¹³. ᴶᵘʲᵘⁿ, ᴬʳᵃ, ᵈᵃⁿ ʰᵘʲᵃⁿ

6.4K 1.4K 782
                                    

Ada mereka yang pintar memberi luka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada mereka yang pintar memberi luka.
Lalu, ada kamu yang pintar memberi tawa.

~Junkyu~

___

Yoora sekarang sudah duduk di atas sepeda bersama Junkyu. Karena tadi Yoora meminta ingin main hujan-hujanan. Junkyu hanya pasrah, soalnya kalau tidak mengikuti kemauan Yoora dia bisa dicium oleh gadis jahil itu. Walaupun Junkyu juga tidak tahu ucapan Yoora itu benar atau hanya ingin menakut-nakuti saja, yang Junkyu tahu, Yoora itu gadis nekat.

Sudah dua puluh menit perjalanan yang mereka tempuh tanpa arah dan tujuan. Baju mereka basah kuyup. Tas Yoora dan Junkyu disatukan dalam pelastik besar lalu pelastik itu dipeluk Yoora agar buku didalam tas tidak ikut basah juga.

"Ara kita mau kemana?" tanya Junkyu sedikit berteriak soalnya hujan masih deras.

"ARAA!!" teriak Junkyu lebih kencang, karena Yoora sedari tadi melamun sambil senyum-senyum.

"APA JUN?" jawab Yoora dengan berteriak.

"Kita mau kemana?"

"Kemana aja boleh yang penting berdua."

"Kalau tidak ada tujuan kita bisa tersesat Ara."

"Kalau tersesat berdua gapapa, Ara ikhlas redo dunia akhirat lahir batin."

"Lebay ah," ledek Junkyu.

"Ck."

Yoora langsung mencubit pinggir perut Junkyu. Junkyu langsung berteriak kegelian.

"Awww, iya-iya Ara ampun hahaa...."

Yoora mencubit lagi pinggir yang lainnya sambil sesekali menggelitikinya.

"Araaa... hahaa... berhenti dong, ini geli... ampun yaahh Araaa...."

"Rasain siapa suruh ngeselin!"

Junkyu masih tertawa melihat ekpresi Yoora yang terlihat menahan kesal.

"Araa...."

"Apa?!"

"Jangan ngambek."

"Bodoamat!"

Junkyu menghentikan langkah sepedanya, dia langsung melihat ke arah Yoora. Junkyu langsung mengacak rambut Yoora dengan lembut, bibirnya selalu tersenyum seperti biasa. Percayalah, sentuhan tangan Junkyu pada kepala Yoora selalu menimbulkan resonasi pada dada Yoora. Yoora lemah bila sudah diperlakukan selembut itu.

Tak lama Yoora melingkarkan tangannya pada perut Junkyu, menyembunyikan wajahnya pada punggung Junkyu, wajahnya sudah merona akibat tadi diperhatikan Junkyu.

"Jun, cepet jalan. Gak usah liatin Ara."

Junkyu hanya tersenyum sambil geleng-geleng melihat tingkah Yoora, kemudian dia langsung melajukan sepedanya lagi.

"Ara?"

Tidak ada sahutan dari Yoora.

"Araa..."

"Apa sih?!"

"Masih ngambek yah?" tanya Junkyu sambil tertawa kecil.

"Tadinya Jujun ingin bertanya."

Yoora mendongakkan wajahnya, "nanya apa?"

Junkyu terdiam sebentar, menimang-nimang pertanyaannya. "Ara, Mengapa Ara mau dekat-dekat dengan Jujun?"

"Kenapa?"

"Ara kan temannya banyak, malah satu sekolah banyak yang suka sama Ara. Ara kan tau Jujun sendiri, Jujun tidak ada yang menemani, tapi kenapa Ara masih mau berteman dengan Jujun?"

Yoora melepaskan tangannya yang melingkar pada tubuh Junkyu.

"Ara cinta kamu."

"Ara bohong."

Yoora mengerutkan keningnya, "kenapa? kamu gak percaya?"

"Alasan Ara cinta Jujun apa? Bukannya terlalu mustahil untuk mencintai dalam jangka waktu singkat?"

"Mustahil gimana Jun? Namanya juga cinta, kadang cinta emang gak masuk logika. Emangnya salah yah Ara cinta sama kamu?"

"Ara, apakah Ara tidak takut dijauhi mereka semua?"

"Memang mereka penting?"

"Ara---" ucapan Junkyu terpotong karena tiba-tiba Yoora melingkarkan lagi tangannya pada perut Junkyu, dia merebahkan kepalanya pada punggung Junkyu.

"Mereka itu jahat, yang jahat itu sampah, kalo sampah harus dimusnahkan. Mereka semua membenci kamu. Tolong, izinkan Ara untuk membenci mereka juga."

"Ara, jangan---"

"Jun, semua orang menjauh juga gak masalah. Ara sama sekali gak perduli. Mereka gak berharga, karena Ara sudah memiliki yang berharga."

...

Yoora baru saja sampai di rumah setelah tadi main hujan-hujanan dengan Junkyu. Lalu Yoora diantarkan pulang oleh Junkyu menggunakan sepedanya. Senyum di wajahnya sedari tadi masih mengembang.

"Eh Ara, kenapa basah-basahan?" Itu papinya yang bertanya.

Di ruang keluarga sudah ada Suho, Yedam, Hyunsuk, dan Asahi. Hanya Mashiho yang tidak ada. Mereka memang setiap sepulang sekolah sampai mau makan malam selalu berkumpul di ruang keluarga, karena itu peraturan yang di buat papinya agar keluarga semakin harmonis.

"Eh papi, tadi Ara keujanan pi."

"Boong pi, palingan dia abis nyebur di kali gara-gara jatuh cinta." -Hyunsuk.

"Heh ga gitu juga anying!"

"Terus lo kenapa basah-basahan gini kaya bocah."

"Kan di luar ujan, ya keujananlah."

"Kalo punya otak pasti neduh. Ini mah sengaja sih."

"So tau lo kaya si dora."

"Elu monyetnya!"

"Elu tainya!"

"ARGHH SERAH LO!"

"Dih kalah ngomong, marahnya ngeraung-raung kaya anjing kemasukan gorila."

"Gue kutuk lo jadi golek!"

"Apa sih Uncuk, Uncuk mah suka gajelas gitu. Ara mah suka geli, ujungnya suka pengen nendang Uncuk ke alam Barzah."

"Ara udah jangan ngerumpi aja, mandi dulu sana, nanti masuk angin." -papi.

"Ga mempan dia mah masuk angin. Yang ada masuk anjing." -Yedam.

Hyunsuk dan Suho langsung tertawa terbahak-bahak. Yoora langsung melempar bantal sofa pada Yedam, "kakak tua dilarang ngomong anjing."

"Haha kakak tua! Kakak paling tua, paling bongsor, paling galak, paling bego lo," ledek Hyunsuk pada Yedam. Yedam tidak terima dan akhirnya meninju bokong Hyunsuk.

Jangan tanyakan Asahi sedang apa. Karena hari-harinya selalu sama, yaitu pokus menonton Upin & Ipin sambil rebahan tak lupa pocky yang menjadi cemilan favoritnya. Dia sama sekali tidak perduli dengan sekitarnya, karena menurutnya itu tidak penting dan hidupnya jauh lebih penting di atas segalanya. Mantab sekali anak muda!

Papi hanya membiarkan anak-anaknya cek-cok karena itu hanya candaan. Kalau tidak ada candaan mana mungkin ada tawaan, kalau tidak ada tawa mana mungkin tercipta keluarga bahagia. Iya kan?

___


Teruntuk JUNKYU || ᴊᴜɴᴋʏᴜ ᴛʀᴇᴀꜱᴜʀᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang