քʀօʟօɢ

42K 3.5K 891
                                    

Perihal kehidupan, sebenarnya sudah tak ada lagi yang menarik. Hanya ada sunyi dalam kesendirian, resah dan gelisah dalam keheningan, juga air mata yang terbendung dalam senyuman, lalu ada luka yang berdebar menusuk dada sampai lidah pun kelu tak bisa berkata.

Hai, aksara. Aku melihatmu menghampiriku dengan senyuman yang merekah, seolah kau sangat bahagia kala itu. Lalu mulutmu berucap, "hai Jujun, aku akan memanggilmu Jujun." Aku mendengarnya tak tau harus berkata apa. Jujur, aku sangat kaget. Sampai aku diam membisu dengan pikiranku yang entah melayang kemana. Sebenarnya, baru pertama kali ada yang memanggil namaku semanis itu. Sampai aku speechless karena terharu.

Aku sebagai makhluk sosial seharusnya bercengkrama dengan yang lainnya, atau sekedar tersenyum dan menyapa. Tetapi sepertinya itu mustahil. Aku ada saja mungkin mereka anggap tidak ada, seolah aku tak terlihat.

Tapi kamu malah mengagetkanku dengan ucapan ingin bersamaku. Pikirku, mungkin maksudmu hanya gurauan. Ya, itu hanya gurauan semata. Tapi kau malah berteriak dan berucap bahwa kau tak suka bercanda.

Aku mendengarnya bahagia. Kemudian ... terluka.

Sabtu, 6 juni 2020

Sabtu, 6 juni 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


⚠ W A R N I N G ⚠

Prolog sampai part 4 sudah direvisi.
Part 5 sampai seterusnya belum direvisi.

Btw, kalau cerita sudah direvisi, otomatis komentar di setiap paragraf sebelumnya tidak akan muncul, kecuali memang paragraf itu tidak diedit atau dihapus. Jadi jangan heran jika nanti tidak melihat komentar.

Terimakasih dan selamat datang.

ˢᵉᵐᵉˢᵗᵃ ᵗᵃⁿᵃʰ ˢᵘⁿᵈᵃ.

Teruntuk JUNKYU || ᴊᴜɴᴋʏᴜ ᴛʀᴇᴀꜱᴜʀᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang