DUA

616 87 19
                                    

Berawal dari biasa menjadi luar biasa...
Extraordinary you😍




"Danoh-ah. Eun Danoh, mana sarapanku?" panggil Rowoon dari dalam kamar.

Meskipun dia buta, tapi ia tau dengan pasti jika saat ini adalah pagi hari, dan sudah saatnya cacing-cacing di perutnya diberi makan.

Suasana hati Rowoon terbilang cukup baik hari ini, dia tak mengeluarkan sedikit pun teriakan atau amarah seperti biasanya. Bahkan pagi ini laki-laki itu cenderung pendiam dengan tidak banyak bicara. Seperti halnya saat ini, saat dirinya meminta jatah sarapan paginya seperti biasa, bukan teriakan yang di dapat Hyeyoon melainkan pertanyaan yang biasa saja.

Sudah beberapa minggu ini, Eun Danoh a.k.a Hyeyoon memang bekerja untuknya. Dan dia selalu melampiaskan semua kekesalannya pada gadis itu, jika suasana hatinya memburuk. Padahal dia tau, Hyeyoon tak punya salah apa-apa. Tapi.. entah kenapa kebutaan yang di derita olehnya, membuat dirinya jauh lebih sensitife dari pada yang dulu.

"Ya," teriak Hyeyoon dari dapur membawa pancake buatannya untuk sarapan Rowoon menuju ruang makan.

Hyeyoon membuka pintu kamar Rowoon dengan perlahan, dilihatnya pria itu duduk di kursi roda dengan tenang dan menghadap ke arah jendela, menatap keluar seperti biasanya. "Makanannya sudah siap, tuan." Hyeyoon mendekat dan mulai mendorong kursi roda Rowoon ke arah meja makan.

"Sendok garpu terletak pada jam 11 dan jam 12, tuan." Hyeyoon memberi tahu letak sendok dan garpunya dengan tepat, membuat Rowoon tak kesulitan untuk menemukannya.

Berhubung suasana hati pria itu dalam keadaan baik, meskipun Hyeyoon hanya membuat pancake untuk sarapan tak terlalu diributkan olehnya, dan dia juga tak secerewet biasanya. Berbeda sekali jika suasana hatinya dalam keadaan buruk, sudah pasti Hyeyoon habis kena semprot setiap menitnya.

"Setelah ini, saya permisi pergi dulu tuan. Waktunya saya untuk berangkat kuliah," pamit Hyeyoon.

"Hmm," angguk Rowoon mengerti, ia tau dengan pasti jadwal kuliah gadis itu.

Dulu sebelum dia bekerja di sini Soobin sudah menceritakan semua hal tentangnya dan semua permasalahannya sehingga dia mau bekerja untuknya.

"Tuan.. tidak apa-apa bukan? Kalau saya tinggal?!?" rasa khawatir mendera Hyeyoon ketika harus meninggalkan Rowoon sendirian di apartemen.

Disentuhnya bahu laki-laki itu pelan_ memastikan sepeninggal dirinya laki-laki ini akan baik-baik saja.

"Iya tidak apa-apa, sebentar lagi Soobin akan datang, jadi pergilah," perintah Rowoon lembut.

Mendengar nada kelembutan dalam suara Rowoon membuat Hyeyoon tersenyum kaku.

Ternyata orang sekeras kepala dan secuek ini bisa berlaku lembut juga_ batinnya.

Hyeyoon bergegas meraih diktat dan jas almameternya yang disimpan di ruang belajar Rowoon. Untung saja pagi tadi sebelum berangkat bekerja Hyeyoon kepikiran membawa sekalian diktat kuliah dan jas almamaternya. Selain menghemat waktu, ia juga tak perlu bolak balik antara asrama, kampus dan apartemen Rowoon, toh pria itu juga tidak keberatan sama sekali.

"Saya pergi dulu, tuan." Hyeyoon pamit untuk yang kedua kalinya.

"Tunggu.."

Langkah Hyeyoon terhenti. Dia mendekat ke arah Rowoon lagi dan menggenggam tangannya.

"Kenapa tuan?"

"Kamu punya ongkos taxinya?" tanya Rowoon ingin tahu.

"Punya tuan," angguk Hyeyoon.

Between You, Me, and HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang