LINE BETWEEN US

823 79 12
                                    

(Note : Kepada peserta Kontes menulis komentar, harap menyertakan tagar #pidolopa_baca agar dihitung.)

LINE BETWEEN US

By Namikaze077

Bagi orang – orang apa yang aku katakan hanya sebuah lelucon, bahkan mereka menganggapku gila. Tapi aku tidak pernah peduli, apa yang mereka pikirkan tentang diriku tidaklah penting.  Sejak kecil aku sadar, aku berbeda dengan yang lain, aku sempat berpikir kenapa tidak ada yang percaya padaku ?, kenapa mereka mengatakan jika aku hanya berbohong ?, kenapa mereka tidak pernah mengerti ?. Bahkan keluargaku sendiri tidak penah percaya dengan perkataanku, ibu selalu memukuliku karena aku mengatakan hal aneh padanya, sedangkan ayah tidak pernah menatapku sama sekali, dia bilang aku anak pembawa sial. Namun sekarang aku mengerti, mereka tidak bisa melihat apa yang aku lihat selama ini.

Aku lelah menjalani ini semua, aku tidak akan mampu bertahan, setiap hari aku didatangi oleh mereka yang  sudah mati, mereka meminta bantuan, meminta aku melakukan hal yang tidak masuk akal, Kenapa harus aku ?, kenapa ?.  Saat aku menginjak remaja, aku dibuang oleh kedua orang tuaku, mereka bilang mereka tidak sudi memiliki anak seperti diriku.  Aku hanya bisa tertawa mendengar ucapan mereka,  mau bagaimana lagi ?, aku hanya anak pembawa sial bagi mereka.  Hari itu aku hanya berpikir untuk pergi sejauh mungkin tidak peduli kemana, yang jelas aku tidak ingin berada didunia ini. Tanpa sadar aku berjalan menuju jembatan, sempat terpikir aku akan mengakhiri hidupku, namun aku tidak memiliki keberanian untuk itu.

Hidupku terasa berat ketika harus bertahan seorang diri, dan keberadaan mereka yang selalu menggangguku, aku sudah sering melawan mereka, memukul mereka mengusir mereka dengan berbagai cara, namun tetap saja mereka terus berdatangan meminta tolong,  atau hanya ingin bermain dengan ku. Lama kelamaan aku mulai terbisa dengan kehadiran sosok seperti mereka ini. Sampai suatu hari aku bertemu dengannya.

Hari itu hujan lebat ditengah malam, aku terpaksa keluar rumah karena ditarik paksa oleh sosok seorang anak kecil yang penuh darah.

“ Kakak aku mohon tolong aku, aku mohon tolong aku”

Aku tidak bisa mengabaikannya dengan mudah terlebih lagi ketika melihat ia bersujut dihadapanku. Mau tidak mau aku berlari keluar menerobos hujan mengikuti roh anak ini.

“ Hay kau ingin membawaku kemana ?” Ujarku ketika kami memasuki sebuah kawasan hutan yang cukup jauh dari kota. Aku sudah cukup lelah dengan berlari mengikuti gadis ini dan sekarang aku malah dibawa menuruni parit .

“ Tolong ayah dan ibu ” ujarnya yang membuatku  terkejut sebelum mendekati mobil yang terguling kedasar parit, aku merasa miris melihat keadaan mobil yang sudah tak berbentuk. Tidak akan ada yang selamat dari kecelakaan seperti ini.

“ Maafkan aku, aku tidak bisa melakukannya” ujarku pelan aku ingin muntah ketika melihat keadaan mayat kedua orang tua gadis ini.

“ pembohong.. kau bohong.. cepat tolong mereka” ujarnya dengan wajah mengerikan, inilah yang membuatku ngeri, mereka seenaknya meminta tolong dari ku, namun mereka akan menyakitiku jika aku tidak bisa menolong.

“ Apa  yang kau harapkan dari ku ?. Mereka sudah mati, aku tidak bisa membantumu” ujarku sebelum aku melangkah pergi namun aku terhenti ketika medengar suara tangisan pilu gadis ini.

“ Papa… Hiks..  Mama”

Aku ingin segera pergi namun kakiku tertasa kaku, aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja.  Akhirnya aku berbalik duduk dihadapannya, mengelus kepala gadis kecil ini lembut.

“ Sudah jangan menangis, kau masih bisa bertemu dengan mereka nanti”

“ Benarkah ?”

“ Hm .. aku yakin mereka menunggumu disana, jadi kau jangan sedih sebetar lagi mereka akan menjemputmu ”

KONTES MENULIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang