Batas 2 Dunia

830 65 43
                                    

Batas 2 Dunia
written by ZAYLotusLiteracy

Pemuda itu berdiri menyandar pada kusen pintu, memperhatikan teman-temannya---sedang sibuk memasukkan barang-barang yang hendak dibawa berlibur ke kota Pemandian Air Panas ke dalam bagasi mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemuda itu berdiri menyandar pada kusen pintu, memperhatikan teman-temannya---sedang sibuk memasukkan barang-barang yang hendak dibawa berlibur ke kota Pemandian Air Panas ke dalam bagasi mobil.

Kedua ujung bibir tipisnya tiada lelah tertarik melengkung ke atas, menciptakan kerutan di pipi dan menyipitkan mata.

Bila kebanyakan orang ingin kembali ke masa kanak-kanak yang penuh kepolosan, indah, dan menyenangkan. Tidak begitu halnya dengan Xiao Zhan. Dia lebih bahagia dan merasakan betapa menyenangkannya memiliki banyak teman ketika sudah dewasa.

Masa kanak-kanaknya sungguh kelam. Tidak ada yang menyenangkan untuk dikenang.

Xiao Zhan bau bawang!

Jauh-jauh sana, kau! Jangan sampai melewati garis batas ini!

Xiao Zhan anak setan! Temannya juga setan. Sana menjauh!

Suara-suara ejekan dari masa lalu yang ingin dia kubur dalam-dalam, terkadang sangat jahil, melompat keluar dari kotak memori tempatnya tersimpan hanya untuk menyiksa.

Dulu, semua anak menjauhinya, tidak ada yang mau berteman, bahkan sekadar berdekatan pun tidak sudi. Kalaupun terpaksa harus berdekatan karena perintah guru, maka mereka akan memberi batas aman supaya tidak saling bersentuhan.

Semua itu gara-gara Xiao Zhan selalu membawa banyak jimat yang digantung di baju menggunakan peniti, bahkan terkadang juga bau bawang putih karena sang nenek mengoleskan parutan bawang putih ke kulit Xiao Zhan. Kata nenek,  untuk melindungi dan menjauhkannya dari makhluk halus yang jahat.

Bersyukur, masa-masa suram itu akhirnya berlalu, berkat seseorang yang sangat berharga. Selalu ada di sisi dalam kondisi seperti apa pun. Bersama dia, Xiao Zhan tidak peduli walaupun seluruh dunia menciptakan batas untuknya.

"Zhan, yuk, berangkat."

Bahu Xiao Zhan menjengit. Sapaan lembut disertai tepukan ringan pada bahu, menariknya dari lamunan. Senyum pun kembali terkembang untuk seseorang yang sangat berharga ini.

"Oke. Siapa yang mendapat giliran mengemudi?"

"Kuan Ge."

_________

Rombongan anak-anak muda itu mengikuti seorang pria paruh baya---tampak sangat tradisional dengan hanfu warna pastel yang dikenakannya.

"Jaman sekarang masih ada orang yang memakai hanfu kuno seperti itu," salah satu pemuda, berambut gondrong, berbisik pada Xiao Zhan.

"Mungkin untuk penyesuaian. Kamu tidak lihat, semua yang ada di sini, bahkan bangunan rumah penginapan ini juga menyerupai bangunan jaman kuno."

"Kalian ... bisa tidak jangan membicarakan orang di belakang?" Wang Yibo menegur tak acuh.

KONTES MENULIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang