Blue Sky and White Clouds

873 65 42
                                    

Cerita oleh GinKamen

***

Wang Yibo x Xiao Zhan Fanfiction
.
.
.

Beijing, 2020

Wang Yibo menghela napas tatkala berita di televisi lagi-lagi menayangkan kronologi kecelakaan yang menimpa Xiao Zhan. Pria itu tidak sadarkan diri hingga hari ini ‒mengabaikan keributan yang terjadi karena dirinya. Ia memandangi wajah tidur Xiao Zhan sembari menggenggam tangan pria itu setelah sebelumnya mematikan televisi ‒memilih mendengar suara napas Xiao Zhan daripada mendengar suara reporter.

Sekali lagi, Yibo menghela napas. Pria di hadapannya ini masih baik-baik saja hingga Senin pagi seminggu yang lalu. Mereka sarapan seperti biasa. Xiao Zhan bahkan sempat memarahinya yang bangun terlambat, karena seharusnya ia sudah berangkat latihan balap motor sejak setengah jam yang lalu. Yibo mengabaikan ocehan itu selama sarapan, lalu mengatai Xiao Zhan mirip ibu-ibu cerewet sebelum berlari sambil tertawa guna menghindari ocehan yang lebih panjang.

"Hari itu aku tiba tepat waktu," katanya pelan. "Gege jangan marah."

Genggamannya semakin erat, merasakan dadanya penuh karena rindu. Xiao Zhan memang berada di hadapannya, tapi mata itu terus terpejam dan bibirnya masih terkatup rapat. Xiao Zhan sering memarahinya untuk sesuatu yang menurutnya sepele, mengoceh sepanjang hari jika ia berbuat nakal hingga kupingnya panas. Namun hari ini, ia merindukan ocehan itu.

Jantungnya serasa merosot jatuh saat mendengar kabar bahwa siang itu Xiao Zhan kecelakaan. Mobilnya menabrak pembatas jalan, yang setelah diselidiki ternyata kabel remnya dipotong. Tentu saja itu disengaja. Itu bukan kecelakaan biasa, tapi percobaan pembunuhan. Mobil itu remuk. Di dalamnya, Xiao Zhan terhimpit dengan luka di sekujur tubuh. Suatu keajaiban pria itu masih hidup dan bernapas, ia kemudian tak sadarkan diri hingga saat ini.

"Cepat bangun, Zhan-Ge. Kenapa kau tidur lama sekali? Aku kesepian."

Di luar sana, wartawan dan para penggemar bercampur memenuhi halaman rumah sakit. Para penggemar itu membawa spanduk bertuliskan kata-kata semangat dan doa untuk kesembuhan Xiao Zhan, tidak sedikit pula yang menangis. Xiao Zhan adalah seorang penulis yang sedang naik daun. Sejak novel terakhirnya rilis dan menjadi best seller, ia dengan mudah disayang oleh para penggemar karena sifatnya yang ramah dan murah senyum ‒yang selalu diperlihatkan di setiap acara temu penggemar dan bedah buku. Novelnya bahkan akan diadaptasi menjadi film, tapi naasnya, Sang Penulis mengalami kecelakaan saat akan menghadiri rapat lanjutan untuk membicarakan proyek tersebut.
Sebagai satu-satunya keluarga yang ia miliki, Yibo tidak akan membiarkan seorang pun menyakiti Xiao Zhan lagi. Pria itu telah melalui banyak cobaan sebelum kecelakaan terjadi ‒ia diserang anti-fans dengan macam-macam tuduhan yang tidak masuk akal. Novelnya bahkan sempat mendapat ulasan buruk dari salah satu novelis terkenal ‒menyebutnya kekurangan kosa kata, deskripsi yang membosankan, plot hole, dan menyajikan akhir cerita yang buruk. Namun, novel bergenre psikologis-thriller itu tetap mempertahankan peringkat pertamanya hingga akhirnya mendapat adaptasi.

Tentu saja hal itu melahirkan lebih banyak rasa iri.
Wang Yibo lantas mengelus lembut rambut Xiao Zhan. Ia berjanji akan mencari dalang dari semua keributan ini, berharap saat Xiao Zhan terbangun nanti, ia telah terbebas dari segala rasa sakit hati.
.
.
.
"Dia hanya penulis yang beruntung. Tidak ada yang istimewa dari novelnya."

"Penulis yang mendapat ketenaran dalam waktu semalam. Apa yang bisa dibanggakan?"

"Novel semacam itu semua orang juga bisa menulisnya."

Xiao Zhan merasa kesadarannya perlahan-lahan kembali bersamaan dengan alunan musik yang terdengar lembut ‒menggantikan suara-suara yang tumpang-tindih memenuhi otaknya. Ia membuka mata. Hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit kamar sederhana dengan aroma cendana yang seketika memenuhi indra penciumannya.

KONTES MENULIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang