Selamat Menempuh Hidup Baru

609 50 23
                                    

Selamat Menempuh Hidup Baru

Written by : @suryasaloka

Sepanjang masa hidupnya, Wang Yibo larung dan tenggelam dalam samudera sepi yang begitu ia puja. Ia adalah rahasia yang tidak akan pernah terbongkar. Menurut kerabat dekatnya, berbicara tentang Yibo berarti memilih seutas topik rumit yang tidak akan terpecahkan. Yibo tidak akan pernah bicara kalau tidak terlalu perlu. Bukankah itu yang diharapkan tiap orang tua? Anak yang tumbuh tanpa macam tingkah. Wang Yibo adalah manusia yang dibungkus keheningan, tidak pemalu, tapi tidak juga berusaha menonjolkan diri. Matanya bening, parasnya malaikat. Orang-orang selalu menatapnya barang satu dua detik lebih lama, berandai tentang betapa indahnya sosok ini jika menorehkan selengkung senyum. Magnetik. Dingin namun menarik.

Lahir sebagai anak dari sebuah keluarga priyayi membuat Wang Yibo hidup berkecukupan, tiada masalah signifikan yang pernah ia telan, tidak pernah meminta macam-macam dan tidak pernah berteman. Pada ulang tahunnya yang ke-18, ia memilih untuk membeli sebuah rumah kecil di tengah kota. Begitu mengejutkan. Ketika dicari tahu, tidak disangka Wang Yibo menabung penuh dengan uang jajannya sejak umur sepuluh. Pengalaman sekolahnya begitu monoton, ia tidak hidup seperti remaja kebanyakan. Tidak ada hal menarik yang bisa dibicarakan dari hidup seorang anak yang membangun tembok tinggi untuk membatasi dunianya dengan manusia lain. Kesunyian menjadi sahabat setia bagi Yibo. Zhuocheng, kakak sepupu sekaligus manusia yang paling dekat dengannya pernah iseng berucap, "Kau selalu menyendiri, di dalam kepalamu, aku tahu tidak ada siapa-siapa disitu. Sepi." Yibo menatap mata sepupunya tajam, sebetulnya tidak mendelik dan terkesan biasa. Tapi menurut Zhuocheng yang telah tumbuh bersamanya sejak kecil. Mata itu kini bicara banyak, mencekik dan menjerat sampai ke tulang.

"Aku sungguh sadar atas semuanya, kakak. Kau tidak perlu khawatir. Aku hanya mencoba untuk tidak banyak berinteraksi dengan manusia, supaya mengurangi segala kemungkinan untuk disakiti atau menyakiti." Zhuocheng mengangguk, mengiyakan dalam hati. Ternyata segala kata sepupunya yang pendiam memang seutuhnya benar.Pada hari itu, akhirnya Zhuocheng paham, dan memilih untuk tidak bertanya lagi, sampai hari-hari seterusnya. Sampai waktu berikutnya.

Kerap kali Yibo ditarik secara halus oleh orang tuanya agar ia mau bergaul dengan orang lain. Pergi ke bar, menongkrong di kafe, atau berkencan. Tapi Yibo selalu tahu cara untuk kabur dari situasi yang tidak menguntungkan seperti ini. Observasi mini maupun besar-besaran terhadap mental dan psikis Yibo dilakukan, barangkali karena orang tuanya mengira Yibo punya kelainan atau ada trauma khusus yang membuat dirinya tidak suka berinteraksi. Bukannya dapat jawaban, Yibo malah menertawakan usaha orang tuanya. Hingga orang-orang ini lelah, memilih untuk pasrah, selagi Yibo hidup dengan sehat dan taat pada norma-norma. Semua jadi serba cukup.

Tidak perlu teka-teki atau aloritma sulit. Kesimpulannya, Yibo memang memilih enggan untuk berubah.

Hidup membawa Yibo pergi jauh pada lembaran buku serta ketertarikannya pada motor balap. Entah berapa banyak buku yang sudah habis ia baca, entah berapa putaran sirkuit yang habis ia pelototi. Kecintaannya pada buku dan dunia motor yang suara knalpotnya bisa buat telinga pengang adalah suatu keniscayaan yang paling menonjol, sebuah identitas yang kerap kali membuat namanya harum. Dari buku, ia tahu bagaimana cara cepat menyerap pelajaran dengan baik, ia tahu taktik apa yang harus ia lakukan agar ia cepat paham suatu masalah, melihat apa saja dari perspektif yang berbeda. Dari buku, ia bahkan keluar sebagai seorang lulusan terbaik di sekolah. Yibo memilih melanjutkan jenjang pendidikannya ke sebuah universitas ternama di Beijing, mengambil jurusan arsitektur sebagaimana profesi turun temurun orang-orang terdahulu yang membuatnya ada, membesarkan nama keluarganya. Tidak ada penolakan, tidak ada sesuatu yang spesial.

Sesungguhnya, tidak ada yang tahu bagaimana hidup akan mengerjai. Setenang apapun seseorang, pasti akan ada guncangan yang kerap kali datang. Hadir dalam bentuk masalah yang menjelma sinar, menyilaukan mata. Yibo sejatinya belum melihat banyak hal, sebanyak apapun buku yang ia baca dan sepandai apapun ia dalam dunia balap motor tidak akan pernah bisa membeli rasa dan pengalaman yang cukup. Ia belum pernah berkenalan dengan kekacauan hidup, tatanan isi otak yang rusak, keberuntungan yang berantakan.

KONTES MENULIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang