Immortal Love

455 37 5
                                    

Immortal Love
(Oleh. bubbleytae)

'Namaku Wang Yibo. Aku percaya bahwa Xiao Zhan adalah seekor kelinci meskipun aku sendiri tak pernah percaya pada hal mistik atau keajaiban. Itu adalah ketidak masuk akalan pertama yang aku terpaksa terima dengan segenap kerasionalan milikku, dan aku sama sekali tidak menyangka akan banyak kisah serupa fiktif yang anehnya... aku percayai begitu saja. Lambat laun aku sendiri menyadari, jika yang berbicara adalah Xiao Zhan, maka kebohongan pun akan tetap ku terima.'

Yibo menatap nanar pada lembar kekuningan di tangannya. Ada kilatan sendu di sepasang kelereng hitam itu.

Lagi-lagi Xiao Zhan...

Hanya tiga jam tersisa sebelum ia meninggalkan daratan Cina, meninggalkan segenap perasaan tanpa pemilik yang bersarang di relung hatinya, meninggalkan semua hal yang membuatnya mengenang sesuatu yang tidak ada, meninggalkan indentitasnya sebagai Wang Yibo untuk memulai kehidupannya yang baru. Ia bahkan belum tidur sejak kemarin, tapi ini bukan hal yang aneh. Wang Yibo memang seperti ini dan semua orang sudah terbiasa.

Dengan langkah gontai, Yibo menarik selimut menuju meja kerjanya bersama sebuah  catatan kecil yang baru saja ia temukan terselip ditumpukan pakaian dalam lemari. Dalam ingatannya, tak ada satu pun frasa maupun klausa yang terasa pernah ia tulis, tapi setiap garis lekuk karakter huruf itu tak bisa berbohong, juga bubuhan tanda tangan di halaman depan.

Pada halaman berikutnya beberapa kata sengaja ditulis lebih mencolok, "Kisah Seekor Angsa" dan tulisan kecil di sudut. "Oleh. Wang Yibo& Xiao Zhan."

Begitulah malam itu dihabiskan. Yibo kembali membuka lembar-lembar kisah yang pernah ia tulis. Pelan saja sembari mencoba meresapi setiap kata dan menghubungkannya dengan kebekuan hatinya yang kian hari kian memburuk. Dengan setitik harapan yang terselip, Wang Yibo mencoba kembali mencari sedikit jawaban untuk teka-teki perasaan tanpa pemilik yang mendekam di relung hatinya.

Kisah Seekor Angsa...

.
.
.

***

Wang Yibo tidak tahu kenapa otaknya mendadak kosong ketika ia menjejekan kaki di pedesaan ini. Kenapa ia tak mengidahkan sedikitpun nasihat orang-orang untuk tidak pergi sendirian di malam hari. Atau kenapa ia bisa tiba-tiba tersesat di sepanjang aspal sempit yang ia jelajahi dengan mobil dan otaknya yang mendadak tidak berfungsi.

Yibo merasa linglung. Sejak pertama kali ia menjejakan kaki di desa ini, rohnya seakan tertinggal jauh entah di mana. Ketika ia mendapat sedikit kesadaran, tahu-tahu dirinya sedang mengemudi sendirian tengah malam, di antara pohon-pohon besar yang berjejer layaknya pagar di pinggiran jalan. Wang Yibo mulai bertanya-tanya, apakah dirinya mabuk?

Sepanjang jalan kadang tatapannya kehilangan fokus, kadang juga laju kendaraannya melambat tanpa disadari. Bahkan setelah decit ngilu sebelum mendadak berhenti bersamaan dengan benturan keras yang terjadi hingga mobilnya terguncang, kesadarannya belum sampai ke titik utuh. Malah isi otak Yibo makin lebur, melayang entah ke mana, mungkin terkubur dalam pekat malam yang terasa kian mencekam.

Awalnya deru halus mesin mobil tak serta-merta membuat ia kembali pada dunia nyata, sampai ketika ia mulai menyadari bukan hanya deru mobil yang telinganya berhasil tangkap. Ada suara rintih samar-samar menginterupsi, terdengar kesakitan dan disertai umpatan pendek. Pada sekon selanjutnya, Yibo sudah kerasukan arwahnya sendiri.

Ada gurat ketakutan di balik wajah kakunya, dan degup jantung yang tengah membabi buta seakan hendak melompat keluar dari tempatnya itu bahkan terdengar jelas oleh dirinya sendiri. Alih-alih melepas sabuk pengaman, membuka pintu lalu memastikan, seluruh otot pada tubuh Yibo kini mendadak lumpuh, bahkan ia tak berkedip untuk beberapa saat, dan barangkali lupa untuk mengisi udara ke dalam paru-parunya yang mulai sesak.

KONTES MENULIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang