Chapter 11

2K 220 5
                                    

Flashback.

Kedua mata itu masih terbuka lebar, tangannya menepuk pelan punggung sang anak supaya berhenti menangis. Bayi berumur satu tahun itu menangis dengan kencang. Suhu badannya sudah mulai turun,tapi tetap saja bagi bayi berumur satu tahun itu tetap tidak nyaman.

"Sayang, tidur ya ini sudah malam" ucap Jungkook pelan.

Kakinya melangkah ke arah balkon kamarnya,berdiri dekat pembatas balkon. Tangannya mengubah posisi putranya berada di lekukan siku tangannya.

Anaknya terdiam seketika,mata bulat berair itu memandangi wajah sang Ayah. Tangan kecilnya terarah pada bibir sang Ayah,yang mau tak mau membuat ayahnya tersenyum.

"Kenapa suka sekali dibalkon,hmm?".

"Suka melihat bintang ya".

"Jangan pernah sakit ya sayang. Sakitnya pindah di Ayah aja gapapa. Yang penting Soobin sehat terus, ayah sedih lihat soobin sakit".

Bayi berumur 1 tahun itu diam mendengar ucapan sang Ayah. Keningnya mengerut heran. Jungkook mengusap lembut kening putranya menghilangkan kerutan dikeningnya.

Tangan besar itu tak berhenti mengelus kepala putranya. Dirinya menatap langit,memandang bintang yang bersinar dengan indahnya.

"Soobin kangen mommy ya?".

"Ayah juga kangen sama mommy, soobin lihat bintang yang paling terang itu?".

"Itu mommy sayang,dia melihat kita dari sana. Ayah rindu dengan mommymu,hmm".

Jungkook terdiam netra hitam legamnya memandang ke arah depan dengan pandangan kosong.

"Berat sekali menjalani hidup ini tanpa adanya dirimu,Chae. Bahkan aku masih sering melihatmu berada disekitarku. Terkadang aku tak bisa menerima bahwa dirimu sudah tiada. Bayanganmu selalu ada didekatku. Sakit rasanya jika mengingat dirimu. Aku ingin bertekad untuk melupakanmu,tapi itu hanya angan semu yang tak pernah terwujud. Nyatanya semua memori tentangmu masih tersimpan rapi."

"Kau tahu Chae,halusinasiku ini semakin buruk setiap harinya. Aku bahkan bisa merasakan kau memeluk diriku,menciumku dengan lembut, membelai rambutku."

Jungkook tersadar dari lamunannya,matanya memandang sang anak yang berada di gendongannya.

"Soobin sayang,ahh sudah tidur rupanya".

Jungkook melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Sampai di pintu kamar,tubuhnya berdiri kaku. Matanya menatap ke arah kasur king size miliknya. Dia melihat istrinya yang berbaring menatapnya sambil tersenyum manis.

Tuhan jangan biarkan halusinasi ini muncul,sungguh ini sangat menyakitkan -batin Jungkook.

Flashback Off

***

Di bawah sinar bulan yang indah di langit negara AS,terdapat bocah berumur sembilan tahun yang sedang asyik dengan dunianya sendiri. Ia dan sang Ayah beserta para member lain baru tiba di hotel setelah konser di stadium Rose Bowl.

Mata hitam legamnya menatap langit malam dengan senyum mengembang. Ia ingat beberapa saat lalu dirinya berada di panggung dan menyanyikan lagu Euphoria bersama sang Ayah dengan bahagia.

Tangannya terjulur mengambil ponsel miliknya yang berada disaku jaketnya. Jarinya dengan lincah membuka galeri yang berada di ponselnya,membuka salah satu gambar hasil screenshoot yang ia dapat di tagar konser milik Ayah dan para pamannya itu.

Rose Bowl...
Banyak sasaeng yg bilang bahwa konser BTS sebelumnya di Rose Bowl, Jungkook membawa mendiang istrinya. Aku takut Jungkook akan teringat itu kembali,meskipun Aku tahu semua kenangannya tak akan hilang

#BTSatRoseBowl
#Jungkook
#WorldTourBTS

Matanya menatap tulisan yang berada di ponselnya.

Tidak akan kubiarkan dirinya menyakiti Ayahku meskipun hanya kenangannya saja. Akan kupastikan Ayahku bahagia meski dirimu tak ada.

Soobin tersenyum lebar merasa bahwa ia berhasil membuat sang Ayah tertawa bahagia dengan tulus, ia sudah membuktikannya bahwa dirinya mampu membuat sang Ayah bahagia.

"Sayang?"

Sebuah panggilan membuyarkan pikiran Soobin. Buru-buru dirinya mematikan layar ponselnya agar sang Ayah tidak melihatnya.

"Iya Ayah?" jawabnya pelan sembari menengok ke tempat Ayahnya berdiri.

"Kenapa suka sekali di balkon,hmm. Memangnya tidak dingin?" tanya Jungkook lalu ikut duduk di samping buah hatinya.

"Tidak dingin, lagipula Aku memakai jaket" jawab Soobin sambil menunjukkan jaket yang terpasang apik di badannya.

Jungkook tersenyum menanggapi, ia menatap anaknya dengan senyuman mengembang.

"Kau itu sama sekali dengan Ibumu ya.. Sama-sama suka menatap langit dan suka duduk di balkon malam-malam"

Soobin terdiam mendengar ucapan Ayahnya. Dirinya sedang berusaha menahan emosi ketika mendengar nama itu kembali di sebut,terlebih lagi Ayahnya sendiri yang menyebutnya.

"Ayah kan juga menyukai balkon dan langit" jawab Soobin berusaha tersenyum.

"Iya tap--

"Ayah bagaimana nyanyianku tadi di konser? Apa bagus? Apa Ayah bahagia bisa bernyanyi bersamaku?" tanya Soobin memotong perkataan Ayahnya.

Ia sengaja memotong perkataan Ayahnya, ia tak mau mendengar nama itu kembali.Sudah cukup dirinya yang merasa tersiksa ketika orang lain menyebut nama itu. Ia tak sanggup jika sang Ayah yang menyebutnya. Hatinya tercabik ketika mendengarnya. Sangat sakit.

"Kenapa,hmm? Coba cerita pada Ayah". Jungkook bertanya pelan,ia sendiri merasa ada sesuatu yang terpancar dari sorot mata sang anak seperti.. kemarahan.

"Oh ayolah Ayah jawab dulu pertanyaanku" desak Soobin

"Suaramu indah sayang,sangat sangat indah. Ayah senang bisa bernyayi bersamamu tadi. Ayah sangat bahagia hingga Ayah bingung bagaimana mengungkapkannya".

"Benarkah? Apa Ayah tahu bahwa namaku menjadi trending topik?" tanya Soobin dengan senyuman lebarnya yang langsung menular pada sang Ayah.

"Tentu. Ayah bangga padamu my little prince " Jungkook maju memeluk putranya sambil mengusap rambut putranya.

"Aku sudah besar asal Ayah tahu" protes Soobin.

"Tidak kau tetap menjadi little prince Ayah"

"Soobin nak?" panggil Jungkook pelan yang hanya dijawab deheman oleh Soobin karena dirinya terlalu nyaman dalam dekapan sang Ayah.

"Jangan menjadi besar tetaplah jadi little prince -nya Ayah" canda Jungkook

"Aku akan menjadi besar dan melindungi Ayah kelak" jawab Soobin sambil terkekeh.

Hembusan angin malam menjadi saksi bagaimana hangatnya kebersamaan Ayah dan anak itu. Biarkan mereka menikmati kebahagiaan ini walau sejenak. Sebab tidak ada yang tahu kapan badai akan menerpa mereka.

...

vote dan komen jangan lupa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

vote dan komen jangan lupa....

Sorry, Daddy and Mommy | Rosekook (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang