Lembaran Keempat Puluh : Kisah Delapan Tahun Lalu

640 93 20
                                    

    "Anti-virus?" Aku mengulangi kata-katanya lagi denga mata yang mengerja-ngerjap tak percaya. Nara mengangguk mantap. Keningnya ikut mengerut menyiratkannya kebingungan yang sama.

    Tidak mungkin! Apa mereka berusaha menciptakan anti-virus untuk fairytale? Hanya bermodalkan sisa-sisa aktivitas siber sistem itu delapan tahun lalu? Aku menghela napas panjang. Perlawanan tidak akan menjadi semudah yang kubayangkan bila mereka berhasil menemukan penghalau fairytale.

    "Hanya itu saja?" Mataku menyelidik curiga. Wanita itu mengangguk singkat, langkahnya gontai menuju brankas di belakang cermin. Tangannya gesit sekali mengetikkan sandi.

    "Pasti ada informasi lebih yang kau miliki, Nara. Sudah tiga tahun aku mengenalmu. Jangan mecoba menutupinya, gerak tanganmu saja gelisah. Selama ini ada orang yang meminta penyamaran sebagai Vienna, kan?" Kedua mataku semakin dingin menyorot jemarinya yang bergerak cepat, gelisah, terkadang meremas telapak tangannya sendiri.

    Terdengar hembusan berat darinya. Langit-langit ruangan lengang. Tubuhnya yang berjongkok kini bangkit dan masih menghadap cermin.

    "Kode etik pekerjaan mengharuskan merahasiakan permintaan klien. Sama sepertimu, asalkan klien itu membayarku tepat waktu, maka apapun permintaannya tidak akan bocor ke luar," tuturnya yang kini memandang bayangannya sendiri. Bayangan kedua bola matanya yang terpantul seakan sedang menelusuri sesuatu.

    Aku menghembuskan napas. Nara tidak main-main dalam menjaga kerahasiaan kliennya. Bahkan jika aku bersikukuh menawarkan puluhan batang emas, ia tetap mengunci mulutnya. Hal ini jugalah yang menjadikannya sebagai penyedia jasa penyamaran terbaik, membuat ratusan pelanggan tetap setia memesan 'wajah' darinya.

   "Lalu, kenapa kau memberitahuku tentang antivirus itu? Kenapa kau langsung mengetahui tujuan kedatanganku adalah Smith Vienna?" tanyaku yang mendelik tajam pada punggungnya, menekan atmosfer kecemasan yang kini ia rasakan.

   "Kita sama-sama berada dalam zona kelabu, hanya bisa diam mengamati hitam putih sambil terus mempertahankan keseimbangan mereka. Tidak perlu lagi hitam yang menumpang tindih putih seperti delapan tahun lalu. White tidak boleh lagi menguasai kota sesuka hati mereka! Karena itu juga aku memberitahukan antivirus itu!" tegasnya yang kini balas menatap tajam diriku.

    Aku merengut kesal. Lagi-lagi dia memperdebatkan keseimbangan. Untung apa bila keseimbangan kota ini terjaga? Untung apa bila organisasi itu tetap berada dalam batasnya, mengedarkan narkoba untuk kalangan tertentu misalnya?

    "Kau terlalu muda untuk mengerti! Dunia memang tidak sesederhana hitam putih. Namun, aku tidak bisa membiarkan kekacauan delapan tahun lalu terulang kembali hanya karena kita, penyeimbang kota, membiarkannya terjadi. Kau saja masih ingusan saat itu! Apa kau tidak tahu apa yang terjadi? Ekonomi kita lumpuh. Organisasi gila itu mulai menargetkan sipil! Angka pembunuhan meningkat drastis setiap harinya!" Dia menyentak keras, gelegar suaranya bahkan merambat sampai jendela kamarnya.

    Aku meringis mendengar bentakannya yang memekakkan telinga. Wanita itu gusar. Tangannya kasar melepas apron, melemparnya ke atas sofa, lalu menghempaskan tubuhnya sendiri selepas menghembuskan napas berat lagi. Kedua matanya yang beberapa detik lalu memancarkan amarah kini sudah menatap kosong atap ruangannya.

    "Sejarah kelam kota ini tidak boleh terulang lagi. Semua masyarakat mungkin hanya mengetahui secuil penyebab kericuhan, namun kita berbeda. Kita tahu ada bayangan yang diam-diam merayap," ucapnya seraya menolehkan wajahnya padaku yang setia menunggu perkatannya. Melihat kedua manik biruku yang masih dingin, terburu-buru wajahnya memandang langit-langit lagi.

    "Kau benar, ada pelanggan yang selama delapan bulan ini memesan wajahnya dan langsung transaksi di muka. Satu lagi, Jung adalah ahli IT terbaik di negara ini. Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Vienna dan pria itu, namun perdebatan mereka membuat kerja sama mereka di proyek film terhenti. Jung mengundurkan diri. Aku bahkan belum bertemu dengannya lagi setelah itu..." tandasnya dengan lengan yang menggelayut pandangannya, membiarkan imajinya tenggelam sejenak dalam kericuhan delapan tahun lalu.

UnfortunateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang