Lembaran Keempat Puluh Dua : Antivirus (Last)

610 87 29
                                    

"Hari itu, aku membuka mata. Bara dendam yang terbakar delapan tahun lamanya perlahan terbasuh lautan tenang. Untuk pertama kalinya, aku menoleh padanya. Menjulurkan tangan. Tanpa sadar, cercah kecil cahaya di hatiku meminta agar aku keluar bersamanya. Bersama orang yang pernah kupanggil Ayah."

Tiga tempat, satu waktu. Untuk tujuan yang satu, menghancurkan White. Maafkan author bila alur chapter ini belibet. 

    Langit menghitam. Siapapun yang berada di pelabuhan sudah pasti melihat pucuk-pucuk langit seperti menampung rembesan tinta. Pekatnya dengan cepat merambat gumpalan awan. Lantas, setiap pasang mata yang tergabung dalam forum ramai-ramai mengungkitnya menjadi topik utama sore hari ini. Termasuk diriku.

    Reefindom: Wah gila! Kalian melihat langit pelabuhan malam ini? Gelap sekali! Dengar-dengar, polisi menyatakannya sebagai kecelakaan kerja saja! Apa kalian percaya?

    Perhatianku seketika teralih. Kunyahanku terhenti. Ya, aku memang sedang mampir ke restoran rusia tempatku dan Hans terakhir kali makan bersama. Cita rasanya lezatnya tak bisa kulupakan. Semua orang yang pernah mencicipi langsung makanan ini di tempat asalnya pasti sepakat denganku. Lupakan makanan, Alluschia. Kau harus fokus. Pria itu pasti baru saja berbuat sesuatu tanpa sepengatahuan aku dan Hans! Tanganku terburu-buru mengetik.

    Unfortunate : Oh ya? Memang apa yang sebenarnya terjadi?

    Reefindom : Polisi sih mengatakan telah terjadi tabrakan forklift. Kurasa tidak. Sebagai pekerja di sana, aku yakin telah mendengar dentuman di lapangan kontainer. Apa mungkin ada kontainer yang meledak? Mustahil. Siapa yang berani melakukannya di tengah situasi kota sedang genting?

    Ledakan? Apa mungkin pria berjiwa keadilan tinggi tega meledakkan kontainer? Ia pasti menimbangkan keputusannya masak-masak. Nyawa masyarakat sipil sudah pasti dimasukkan dalam perhitungan. Ting! Ponselku berdenting lagi. Sebuah private chat baru saja masuk.

    Beautifulcomes: Lapangan penumpukan salah satu daerah kekuasaan mereka.

    ID ini jelas sekali kukenal. Pemiliknya saja baru kutemui beberapa jam lalu. Nara!

    Unfortunate : Oh. Lalu kenapa?

    Aku mengangkat bahu tidak peduli. Pria itu tidak mungkin berulah. Perbuatan ini pasti akibat pertikaian White dengan kelompok preman lain. Mereka terlalu malas mengerahkan tenaga. Ledakan adalah pilihan yang tepat untuk sekejap melumpuhkan musuh.

    Beautifulcomes : Kukira kau yang menyebabkannya.

    Unfortunate : Apa yang membuatmu berpikir seperti itu? Kau tahu sesuatu, ya?

    Aku menelan ludah. Bila Nara menyadari ini bukanlah permasalahan internal White, lantas siapa? Pria itu menerjunkan tubuhnya dalam pertarungan? Atau menyusup?

    Beautifulcomes : Perlawanan. Sekarang bukan saatnya White berbuat kekanakan. Ada yang menyerang mereka dari luar.

    Aku menggigit jari. Satu kepastian muncul dalam kepalaku. Tidak salah lagi, pria itu bertindak bukan karena balas dendam langsung, namun ada yang menarik perhatiannya. Perihal antivirus pasti sudah diketahuinya dari Hans dan kegilaan macam apa ini? Terjun seorang diri, lantas mengacak-acak keberadaan penawar fairytale?

    Semangkuk borsct mengepulkan uap panas yang tak jadi kusantap. Ada hal yang harus kubuktikan sebelum matahari mencium ufuk barat. Apa yacht pria itu masih terparkir di Pelabuhan Yoru? Langkah gontaiku menyisakan denting bel di pintu. Aku menginjak rem, lalu memanaskannya untuk kembali membelah jalanan perbatasan. Ke Pelabuhan Yoru.

UnfortunateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang