Lembaran Keenam Puluh Satu : Kami Melangkah Pergi

438 75 7
                                    

     Jarum jam berdentang. Tiga kali, masing-masing dentangannya menusuk jarum jam tepat di angka dua belas. Matahari sedang tinggi-tingginya, teriknya bahkan menerobos masuk seakan tidak peduli sebetapa pengapnya ruangan kecil yang mendadak disesaki tujuh orang. Ditambah komputer yang menghabiskan sepertiga ruangan, hanya tersisa sebagian kecil sudut untuk mereka mengambil napas.

     "Positif. Beberapa agen di apartemennya ditemukan terluka, namun kabar baiknya, tidak ada yang tewas di sana. White sudah membawa pergi Jung dengan helikopter dari pucuk apartemennya dan lagi, saat itu kebanyakan warga sipil sedang bekerja. Jadi tidak ada korban luka yang bisa menarik perhatian publik. Bagaimana denganmu, Sharon? Apa lokasinya sudah ditemukan?" papar Frans cepat.

     Di depan mereka, layar besar terbentang sampai mencium langit-langit. Dengan James sebagai pemantau utama sejak delapan hari lalu, layar itu telah menunjukkan hasil memuaskan. Transmisi bergerak 200 km/jam, secepat baling-baling helikopter membelah langit Severich. Pemetaan sempurna wilayah kedua kota juga menampakkan langit biru dengan gedung-gedung tinggi dibawahnya.

     "Ada kemungkinan mereka menuju pulau-pulau di sekitar Severich dan Yoru, Sir. Sangat mungkin jika organisasi itu memiliki pulau pribadi atau buruknya, mereka menumpang, membangun markas di tengah kerumunan sipil yang sibuk berpariwisata. Negara kita ini negara kepulauan, hanya memiliki satu pulau besar untuk menangkup Severich sekaligus Yoru. Sisanya menyebar menjadi pulau-pulau kecil yang kepemilikannya pun terkadang samar," Sharon melanjutkan penuturannya yang sempat disela telepon dari Frans.

     Begitu Nyonya Sharon berlari menghampiri Frans maupun Letnan Jenderal di ruang rapat, ponsel lipat kuno Frans berdering. Sangat kencang dengan bunyi memalukan pula. Para agen hijau yang berjaga di apartemen Jung ditimpa musibah. White ganas menyerbu setiap ruangan, melepaskan baku tembak yang mengharuskan mereka mengarang alasan agar tidak mengundang keributan. Terhitung dua anak buahnya terkena luka tembak di paha, tapi itu jauh lebih beruntung ketimbang tewas di tempat. Frans, yang merasa kabar tersebut bukanlah kabar duka, datar saja menyikapinya agen-agen yang harus dilarikan ke rumah sakit. Percakapan itu ditutup sebelum akhirnya Nyonya Sharon bersorak. Transmisi dalam perut Jung telah nyata memberi tuntunan.

     Kembali pada masa sekarang, di mana Adam, Breu, Ren, Letjen, Frans, James, dan Nyonya Sharon mengerubungi layar bagai semut mengerubungi gula. Bagaimana tidak? Transmisi itu lebih dari sekadar gula manis yang memikat, tapi juga penentu kemenangan mereka.

     "Sharon, apa ada kemungkinan transmisi tercerna sebelum kita menemukan batang hidung Silver?" James bertopang dagu, kedua matanya lamat-lamat memperhatikan setiap inchi pergerakan titik kecil di layar.

     "Ya kalau Jung tiba-tiba punya ide minum dua botol besar soda sekaligus, mungkin bisa. Tapi, aku belum pernah menemukan orang gila semacam itu," celetuk Nyonya Sharon santai.

     "Kalian sudah memprediksi di mana helikopter itu mendarat? Maksudku, karena Yoru dan Severich ibarat cekungan yang dikelilingi laut, akan sulit melihat mereka dari bibir pantai Severich. Harus menggunakan drone," Letjen itu menyela. "Militer bisa memberikannya sekarang."

     "Ide bagus, setidaknya grupku tidak perlu sering-sering mengotori tangan. Dan lihat pojok kanan atas, sistem dalam transmisi baru saja berhasil mengambil data dari fairytale. Dan fairytale telah menyelinap ke jaringan White itu sendiri dengan sedikit jejak siber yang tidak akan terlihat berbahaya di mata mereka. Jadi, setiap kali koordinat helikopter itu maju satu senti, semua lokasi-lokasi yang pernah didatangi White otomatis terpetakan. Semakin jauh helikopter itu menuntun kita, semakin runcing juga penemuan kita akan lokasi Silver. Teruslah memantau, Sharon." Ren akhirnya angkat bicara perihal teknologinya.

     Bibir Nyonya Sharon monyong-monyong tak jelas, namun yang jelas, ia kesal, lalu mencibir perilaku Ren yang selalu seenaknya memanggil dirinya tanpa hormat. James menahan tawa, meski pipinya sudah menggembung—Letjen dan Frans juga berada di sampingnya, tidak mungkin pria itu terbahak-bahak sekarang.

UnfortunateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang