Lembaran Kelima Puluh Satu : Menyusul Ayah

482 89 45
                                    

"Hari itu, hatiku mengenal kembali satu nama yang sempat menghilang delapan tahun lamanya. Ayah. Dan berkat kata itu, aku belajar menyayangi setiap harinya."

- Alluschia Alaska - 

Teman-teman readers, kalau terlalu tegang atau biasa aja bilang ya, gak tahu kenapa saya ikut deg-degan nulis chapter ini 

     Gaung sirine ambulans membelah semburat senja. Ledakan beberapa menit lalu memang hanya meruntuhkan tempat tinggal Lily Watt, namun dentumannya mengundang seluruh penghuni kota mendekat.

     "Kenapa kalian diam saja?! Kalian telah ditipu! Segera kontak tim di sana!" Cat Eye berdiri gusar. Kedua matanya tak memahami bagaimana semua anggota di sana hanya bertingkah biasa saja, membersihkan tempat perkara seolah hanya perlu membereskan dua manusia.

     "Kita tidak bisa mempercayainya, Sir. Meski Hans baru saja menyelamatkan seseorang, pria itu sudah dicap pembelot! Dan Cat Eye, wilayahmu bukan di—"

     "Gila! Kalian benar-benar tidak tahu siapa orang yang meneleponnya? Gadis itu bahkan warga negara kalian sendiri! Dengar, aku berani mempertaruhkan reputasi seorang Cat Eye jika yang dikatakannya bohong! Cepat tarik pasukan kalian!" Cat Eye berseru memotong, menarik kerah lawan bicaranya penuh amarah.

     "Terserah kalian mengecap Hans sebagai pembelot, tapi yang kutahu, pria itu rela mempertaruhkan nyawa demi keadilan. Jika kalian ingin aliansi ini berlanjut, cepat tarik tim di sana! Kondisi benar-benar gawat!" Cat Eye berseru lagi, kali ini dengan nada mengancam.

     Pemutusan hubungan dua negara jelas bukanlah hal yang diinginkan Intelijen. Sebelum Cat Eye mencekik seluruh leher anggota di sana, langkah mereka tergopoh-gopoh keluar dari reruntuhan apartemen, lekas menghubungi tim Jembatan Emas. Sudah ditentukan, tanpa persetujuan Frans, tim Jembatan Emas resmi mengubah haluan.

     Cat Eye terengah-engah, kedua matanya melirik segala arah, kepalanya sedang menjelajah satu nama dalam puing-puing abu. Alluschia, apa yang kau rencanakan sekarang? Kau tidak sedang bercanda, kan?

》》Unfortunate《《

     "Serius? Ini bercanda, kan? Kau benar-benar memiliki darah Velline?!" Nara mengerjap-ngerjap tak percaya. "Pantas saja kau sekaya ini! Swarovski dan juga porsche!" ledeknya seraya bertopang dagu, menikmati semilir angin membelai kepalanya. Atap mobil memang sengaja kubuka agar leluasa menikmati jalanan.

     Aku hanya mengangguk samar, lantas menatap kembali deskripsi wajah asli seorang Jung. Kedua mata cekung, terlihat mengerikan kalau sedang melotot, serta hidung mancung dengan belahan dagu simetris.

     "Lupakan saja itu. Kau yakin ini wajah aslinya? Jadi, selama dia bekerja menjadi penata efek, kesuluruhan wajahnya palsu? Bagaimana bisa seorang Nara luput?" Aku balas meledek.

     "Dengar ya, aku lebih dekat dengan pemain dan sutradara ketimbang penata efek. Kami lebih sering berkomunikasi lewat telepon, kalaupun bertatap muka, itu hanya basa-basi lima menit. Lagipula, ke mana kau membawa mobil ini berlari?" sahut Nara seraya melongokkan kepala, melihat roda-roda porsche menggilas aspal dengan kecepatan 175 km/jam.

     "Sudah kubilang, kau akan menjadi saksi. Jembatan Emas, kita akan bertemu Intelijen di sana. Kau cukup ikut duduk di ruang interogasi setelah menyerahkan berkas ini, oke?" Aku melempar folder tersebut ke jok belakang, lalu menancap gas lagi.

      Sudah pukul setengah empat sore, waktunya mentari berlabuh. Percik api cakrawala bahkan terlihat menerpa kerangka-kerangka proyek jembatan dari jauh. Kini, resahku tersisa satu.

UnfortunateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang