Epilogue

873 85 34
                                    

Warning! Ini chapter terpanjang yang pernah saya tulis! Sediakan snack bila anda merasa terlalu lama membaca!

     Terang rembulan mengembus rasa sepi. Jauh dari hiruk pikuk kota di bawahnya, Hans termenung memandang gedung puluhan lantai di sekitarnya. Apartemennya berada di salah satu kawasan elit, mudah sekali untuk mendapatkan pemandangan ibu kota yang tidak pernah tidur. Dua puluh empat jam roda kehidupan berputar, sejarah-sejarah tercetak, dan kehidupan manusia mengarus cepat.

     Begitupun kehidupannya. Arusnya di Severich telah menemukan hilir untuk berhenti. Singgah di sungai lain. Rusia.

     "Hidup sialan!" Hans membanting kaleng bir keduanya.

     Kelontang kaleng-kaleng bir menemani malam terakhirnya di Severich. Ruang makan di belakangnya menyimpan lebih banyak sampah minuman keras. Baru tiga puluh menit lalu Adam, Breu, dan Cart merayakan kemenangan misi mereka. Di sini. Entah mereka juga mengetahui ia akan pergi atau tidak, tiba-tiba saja tiga pria itu datang dengan lima kotak pizza. Lalu, asap-asap rokok dengan cepat mencemari aroma. Dasar pria-pria gila.

     Sejujurnya, Hans bahagia. Dendam sepuluh tahunnya telah terbalaskan. White hancur. Nama baik keluarganya akan pulih sebentar lagi. Puluhan kasus korupsi yang memfitnah ayahnya akan ditinjau ulang. Dan yang terpenting, kebakaran rumahnya dahulu tidak akan dinyatakan sebagai upaya bunuh diri demi lari dari tanggung jawab. Semuanya akan kembali bersih.

     Lantas apa yang membuatku kecewa? Berpisah dari Alluschia? Kami masih bisa bertemu, saudara ibunya tinggal di sana, bahkan masih ada kemungkinan aku akan bertegur sapa dengan pamannya meski pangkatnya terlalu tinggi untuk bisa kutemui. Apa tentang Ibu? Omong kosong hubungan darah, dia hanya membuatku terlahir. Buat apa memikirkan manusia yang bahkan selama ini menelantarkanku?

    Apa karena aku khawatir tidak akan menemukan kebahagiaan sebesar yang kutemukan di Severich?

     Riuh klakson dari jalan protokol tidak mampu meredam bising dalam kepala Hans. Memori-memori masa lalu berkelebat. Mulai dari pengunduran dirinya di Akademi Rusia, memutuskan kembali ke Severich, menjadi bagian Intelijen di negara ini, sampai akhirnya menemukan teman-teman dekat. Adam, Cart, dan Breu. Apa yang akan mereka katakan bila Hans lenyap begitu saja? Dan terakhir, tepat di tahun ini, seorang Komisaris Polisi berani memintanya sebagai kolaborator pribadi. Tidak pernah disangka, orang itu pula yang mampu membuatnya menyebut kata Ayah lagi. Hanya karena putrinya telah menjadi sinar baru. Secerah matahari. Solnyshko. Matahari kecil.

     Sejak kapan aku menyukainya? Batin Hans yang kembali mempertanyakan perasaan. Rasa itu hadir begitu saja. Ada panas yang terasa membakar tiap kali melihat wajah gadis itu. Bahkan saat mereka menyamar di Sunny Days, pipi Hans memerah hanya karena melihat wajah penyamaran Cia yang tertidur di bahu. Ada bahagia yang memancar untuk setiap tawa Alluschia.

     "Kenapa aku harus pergi?" isak Hans seraya meremas kaleng terakhir.

    Malam terlanjur berganti pagi. Keputusan tidak bisa ditarik. Ia dan Alluschia harus dipisahkan jarak.

》》Unfortunate《《

     "Argh!"

     Jarak sendok dengan mangkuk sebenarnya hanya sedekat kelingking ke jempol. Tanganku saja yang bepura-pura memanjang demi diambilkan. Bangun pagi selalu mengundang kemalasan, mataku saja masih berat saat Ayah datang mengguncang-guncang bahuku, memintaku sarapan bersama di bawah.

     "Kapan kau membeli sorgum? Bukannya kita semua tidur sampai pagi kemarin?" celetukku begitu melihat mangkuk yang sudah diisi sorgum dengan beri di atasnya. Sarapan bergizi pertamaku di tahun ini.

UnfortunateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang