49. Tak pantas

811 53 7
                                    

"Hati lo emang enggak ada digue, tapi darah lo mengalir dan menyatu di dalam tubuh ini"
.
.
.
.
.

Perlahan Putra mulai menggerakan jari-jemari dan kelopak matanya mulai terbuka. Meski sulit untuk menggerakan itu karna selang di mana-mana serta kepala Putra yang masih dibalut perban.

Putra meneteskan air mata, dia sangat bersyukur Tuhan masih memberi dia kesempatan hidupan lagi.

"Kamu sudah sadar?" Seorang suster masuk kedalam untuk mengganti infus Putra. Niatnya ingin mengganti itu pun diurungkan karna melihat Putra yang sudah sadar dengan segera dia memanggil Dokter.

Dia bingung kenapa badan nya sulit digerakan terutama bagian kaki seperti tak berasa.
Putra benar-benar mencoba menggerakan kakinya tapi mustahil benar-benar tidak mau digerakan.

Dokter masuk, melihat Putra akan bangun dengan cepat suster membantu Putra untuk baring karna ingin diperiksa.

"Kamu jangan bergerak dulu," perintah Dokter

"Do-dok kenapa kaki saya gak ada rasanya, saya gak bisa gerakin kaki saya dok kenapa?"

Dokter menjawab dengan tenang,"tulang kami kamu retak dengan cukup parah."

Syok bukan main, mendengar jawaban Dokter
"Jadi maksud dokter saya lumpuh?"

Dokter mengangguk tanda iya, sulit untuk Putra menerima itu semua, dia berharap ini semua hanya mimpi belaka.

"Dok ..., dokter bercanda kan? ayo dok bilang ini semua bercanda. Kaki saya gak kenapa-napa kan dok!"

Dokter memberi keyakinan kepada Putra agar percaya kakinya akan segera sembuh.

"Untuk sementara waktu iya dan harus menggunakan kursi roda. Perlahan kaki kamu akan sembuh, pasti sembuh kok." Dokter pun pergi dari sana menyisakan kesedihan yang amat dalam bagi Putra.

"Gue lumpuh ..., kenapa gak mati aja gue, kenapa" lirih Putra dengan kedua mata yang sudah memerah menahan bendungan air mata yang akan jatuh.

Ceklek
Suara pintu terbuka dan muncullah Key dari sana.

Putra benar-benar menangis, sulit untuk menerima kenyataan ini.

"Putra ...," panggil Key.

"Key pergi, ngapain lo kesini pergi!" Seru Putra. Untuk saat ini Putra enggan untuk bertemu siapa-siapa dulu terutama Key.

"Lo punya telinga enggak sih key! Kalo gue bilang pergi ya pergi! gue enggak mau liat lo lagi" Murka Putra.

"Putra gue—" belum sempat Key mengakhiri ucapannya sudah dipotong oleh Putra dengan barang-barang yang dilemparkan Putra untuk mengusir Key.

Varo yang baru datang langsung masuk mendengar suara gaduh dan tepat pas Varo masuk buah ponsel mendarat tepat di kening Varo.

"Aaaa ...," jerit Varo. Baru juga masuk sudah kena saja Varo nasib belum beruntung😂

"Pergi kalian semua!" Usir Putra

"Anjrit lo kenapa sih Put!"

"Pergi!"Seru Putra lagi
Tapi Key dan Varo tak sedikit pun beranjak dari sana

"Putra kita bisa omongin baik-baik put, jangan kek gini," Key berucap lirih sambil berjalan dengan pelan menuju Putra yang menundukkan mukanya menahan air mata yang ingin jatuh.

Key menepuk pundak Putra pelan saat setelah dia berhasil berdiri disamping Putra. Putra menoleh menatap Key dengan air mata yang tak mampu iya tampung lagi. Dan tanpa seijin Key memeluk erat Key serta menangis dipelukannya, Key yang kaget sekaligus bingung pun mencoba tidak bertindak jauh dan membiarkan Putra menangis dipelukannya. Perlahan tangannya menepuk-nepuk punggung Putra pelan.

"Kenapa Put? tenangin diri kamu, mana yang sakit kasih tau aku?" Citra Putra seorang laki-laki yang tak pernah menangis dihadapan perempuan selain ibunya pun hilang, kini iya menangis dipelukan Key dan disaksikan sendiri oleh Varo.

Putra menarik tangannya dari tubuh Key, "Key ini untuk yang terakhir kalinya aku akan memelukmu, aku akan mengikhlaskan kamu dengan dia, pilihan mu itu, kurasa dia yang terbaik untuk mu. Aku mohon sama kamu Key tolong pergi ... aku tidak ingin kita bertemu dan kamu perduli aku lagi. Aku udah tidak berdaya dan berguna lagi Key ...."

"Tapi—"

"Aku mohon Key, plis tinggalin aku sendiri, aku butuh waktu untuk menerima ini semua ...," mohon Putra. Memang Key beserta Varo tidak tau apa-apa karna mereka tidak diberitahukan. Hanya orangtua Putra serta Putra saja yang tau, Putra juga melarang orangtuanya dan Dokter untuk memberitahu teman-temannya.

Key menghembuskan nafas pasrah, kiranya Putra memang membutuhkan waktu sendiri.
Key menuruti keinginan Putra untuk sendiri,"Oke aku pergi, kalo butuh apa-apa aku ada didepan," ucap Key memberi tau bahwa Key akan ada jika Putra membutuhkan sesuatu.

"Key aku mohon, Pergi dari sini jangan datang-datang lagi."
Saat Key akan menutup pintu kamar Putra iya mendengar ucapan Putra seperti Itu, Key hanya memberikan senyuman manis nya saja dan benar-benar pergi dari Rumah Sakit itu atas permintaan Key.

"Aaaaaaa!, kenapa sih kenapa Tuhan, harus dia! Kenapa harus dia Tuhan! Kenapa harus darahnya," selepas Key pergi Putra mulai hilang kontrol, barang-barang yang tertata rapi di meja habis berantakan dilempar Putra ke sekeliling kamarnya. Untuk saja itu kamar VVIP jadi tidak ada pasien selain dia.

"Gue udah enggak pantas buat dia lagi" Putra berucap lirih dan kembali menangisi keadaannya sekarang.
Darah Key yang mengalir di dalam tubuh Putra akan tetap ada dan menyatu dengan darahnya.

"Aku memang tidak bisa memiliki hatinya selamanya, tapi darah ini akan menyatu selamanya."

****
"Key" panggil Varo

"Hmm, kenapa kak?"

"Kenapa pergi?"

Key berhenti berjalan dan duduk dikantin rumah sakit, ya dia tidak langsung pulang tapi singgah dulu ke kantin karna haus.

"Kenapa aku harus menunggu, kalo aku disuruh pergi?" Tanya Key balik.

Varo menggaruk tengkuknya yang tak gatal, bingung jadinya harus menjawab apa pikir Varo.

"Ya maksudnya gak gitu Key, ish enggak paham ni"

"Enggak paham dimana nya sih bang? Aku paham. Cuma dengar enggak tadi Putra bilang apa pergi kan? ya jadi harus pergi, dia masih sakit pikiran dia belum tenang jadi Key mending pergi dan kasi dia waktu buat nenangin diri dulu."

"Jadi besok ke sini lagi?"

"Enggak, tunggu dia tenang baru kesini lagi," ucap Key.

"Ya udah ayo balik, tapi singgah depan bentar nanti, mau beli es krim"

Key mengangguk pertanda iya, mereka pun segera menuju parkiran dan mulai pergi dari kawasan rumah sakit.

Heloo maaf karna kemrin malam lupa update, ketiduran😆

Udah lah baca aja, lagi gak sempat ngebacot
Jan lupa nunggu kelanjutan Sending yakk
Babay

See you

Senior Dingin (Sending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang