- Berhentilah di sana, jika kau tak mengerti kemana kau akan berjalan –
- Perasaan manusia itu begitu rumit dipahami -
Di tempat lain di Daegu...
08.00 AM
" Saeng~a... kau tidak bangun ha?! Apa kau sebegitu lelahnya sampai-sampai jam segini kau belum bangun?" ujar laki-laki itu sambil mengusap rambut adiknya. Rupanya gerakan itu tidak membuat adiknya itu terganggu sama sekali, usapan itu malah membuat adiknya semakin asyik bergelung di dalam selimutnya.
Laki-laki itu memandang dengan tatapan yang begitu tulus dan tersirat rasa bangga pada pancaran sinar matanya. Sudah sepuluh menit berlalu laki-laki itu masih betah memandangi adiknya yang begitu terlelap dalam tidurnya. Dia memutuskan untuk berdiri dan berjalan mendekati tirai.
" Eghh..tutup lagi tirainya" ucap adiknya dari dalam selimut dengan suara serak khas orang bangun tidur.
" Kau masih saja sama seperti dulu, sulit sekali di bangunkan. Ayah dan ibu sampai menyerah setiap kali membangunkanmu." ujar laki-laki itu sambil menikmati pemandangan pagi hari dari kaca jendela mereka.
" Apa kau hidup dengan baik? Lima tahun lebih kau pergi dari rumah. Hanya sesekali kau mengabari ayah dan ibu. Pulanglah, aku janji saat kau pulang aku akan mencari acara lain, jadi kau bisa tinggal sedikit lebih lama di sana." pinta laki-laki itu,
Suasana dalam kamar itu sangat hening hanya terdengar kicauan burung dan hembusan angin yang menabrak dedaunan pohon di rumah mereka.
" Hmm " hanya respon seperti itu yang dia dengar.
".........................."
" Namjoon hyung bisakah kau tidak mengeluarkan kalimat sepanjang itu? Tolonglah, ini masih pagi. Otak dan telinga tidak mampu menerimanya." ucapnya sebal sambil menyembulkan kepalanya
" Akhirnya kau bangun juga," ucap Namjoon sambil tersenyum tapi dia kembali mendecak sebal saat tahu jika adiknya kembali menenggelamkan diri dalam selimutnya.
KRINGG...KRINGG..
Sajangnim is calling
" Yakk!! Taehyung~a. Handphonemu dari tadi berbunyi terus!! Yakk!!bangun dulu siapa tahu itu penting!! Itu dari sajangnimmu. Taehyung~a" teriak Namjoon sambil menggoyang-goyangkan tubuh Taehyung.
" Aishh!! Biarkan saja!! Aku sudah bilang jika aku tidak akan bekerja sampai dua hari ke depan!! Sudahlah hyung keluar saja, aku masih mengantuk!" perintah Taehyung dengan suara sedikit serak.
" Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu. Aku tidak akan mulai makan jika kau tidak turun!" ucap laki-laki itu mengancam.
" Aishh!! Kau masih saja suka seenaknya memerintah dan mengancam." ucap Taehyung masih sambil memejamkan matanya.
" Jika mengajak sarapan kau masukkan katagori itu, yah apa boleh buat" balas laki-laki itu cuek.
" ....................................."
" Terimakasih kau sudah mau datang ke sini, ayah dan ibu juga senang sekali. Mereka menitipkan salam untukmu. Mereka pagi-pagi sekali sudah berangkat kembali ke Tokyo" ucap laki-laki itu tulus.
" Tetap saja pekerjaan nomer satu bagi mereka. Aku mau datang ke sini bukan berarti aku menerima kalian lagi dan terutama kau hyung! Aku masih belum bisa, maafkan aku." ucap Taehyung lirih.
" Tidak masalah, selama aku masih kau panggil hyung aku tidak apa-apa. Aku masih tetap Namjoon hyungmu. Hyungmu yang bodoh. Aku tidak berhak menuntut hal itu darimu. Jika, dengan membenciku bisa membuatmu mengurangi kesedihan itu, maka aku tidak berhak melarang. Karena.."

KAMU SEDANG MEMBACA
Truth and Choice (END)
FanfictionHidup kita berjalan terkadang hanya karena kebenaran yang ingin kita dengar dan memilih sebuah pilihan yang wajib kita pilih sampai mengabaikan apa yang sesungguhnya ingin kita raih