- Kenyataannya, semua memiliki benangnya masing-masing. Tinggal bagaimana mereka memutuskan akan melakukan apa terhadap benang itu. Merenggangkan, melepaskan, atau semakin mengikatnya lebih kuat -
Apartemen Seokjin,
08.00 PM
" Yakk!!! Jungkook~a!! kau mau aku menunggu sampai besok pagi ha?! " teriak seorang wanita di seberang telepon sana.
" Kau kan bisa menggunakan jari tanganmu untuk menekan sandi apartemen noona?! Kan sudahku kirimkan tadi" jawab Jungkook jengkel dengan kelakuan perempuan satu itu.
" Tidak bisa, tangan kananku membawa makan malam lalu tangan kiriku sedang membawa ponsel yang kugunakan untuk meneleponmu. Jadi cepatlah!! Aku tidak suka menunggu!!" sambungan telepon itu mati begitu saja.
TING..TONG!!!!
TING..TONG!!!
TING..TONG!!!
TING..TONG!!!
Suara itu terus bergema secara heboh di dalam apartemen, tentunya hal itu sangat mengganggu setiap telinga yang mendengarkannya, tidak terkecuali Seokjin yang mulai menyengirtkan dahinya, tanda jika dia sedikit terusik. Jungkook yang akan melangkah keluar kamar terhenti ketika dia mendengar suara hyungnya
" Kau mau kemana? " tanya Seokjin pelan, dia bertanya sambil memijat dahinya. Seokjin merasa sangat pusing ditunjang tubuhnya juga terasa berat sekali untuk diangkat.
TING...TONG!!!
TING..TONG!!!
" Nah, aku ingin menghentikan pelaku yang membuat telingaku sakit hyung. Kau tidur lagi saja." balas Jungkook singkat kemudian dia memutar kenop pintu kamar hyungnya, lalu menuruni tangga dengan begitu terburu-buru. Selama menuruni tangga, Jungkook tidak berhenti mengumpati perempuan yang lebih tua jauh diatasnya " Aish!! Nenek lampir itu!! Pantas saja dia belum menikah hingga usianya tiga puluh empat tahun!!". Jungkook semakin mempercepat langkahnya menuju pintu apartemen.
CKLEKK..
Pintu terbuka, kemudian terlihatlah sosok yang sedang terkekeh bahagia sembari melambai-lambaikan tangan sebelahnya yang kosong. Perempuan itu masuk tanpa permisi meninggalkan Jungkook yang masih berada di tepian pintu.
" Kau berniat ingin keluar dari apartemen ini? Kenapa kau tidak segera menutup pintu ? Apa kau berniat membuat paparazi berhasil mengambil fotomu sedang memasukkan seorang wanita di sebuah apartemen mewah? " ujarnya sembari melepas sepatu lalu menggantinya dengan sandal dalam. Jungkook yang mendengar ucapan wanita itu hanya mendengus kesal, karena percuma saja jika mau mendebat perkataan yang terlontarkan dari mulutnya.
" Sebenarnya, angin apa yang membuat seorang lisa yang super sibuk dengan pasiennya mau mengajakku makan malam sampai mentraktirku begini?" tanya Jungkook pada Lisa sembari mengambil bungkusan yang dia yakini sebagai makan malam mereka.
" Aigoo, panggil aku noona. Aku rasa kau dan aku memiliki jarak usia yang terpaut jauh, tiga belas tahun." balas Lisa sembari dia berjalan menuju ruang makan di apartemen, kemudian ia menarik kursi untuk sekedar beristirahat.
" Lagipula, sudah lama aku tidak menemui hyungmu. Apa aku tidak boleh kemari tanpa alasan hmm?" Hyungmu benar-benar tidak mau menghubungiku jika aku tidak menghubunginya dulu." sambung lisa sambill mendecak sebal.
Jungkook hanya mengikuti langkah Lisa dari belakang kemudian dia mengambil sebotol jeruk dan sebotol air putih, mengantisipasi jika mereka ingin minum setelah makan nanti. Jungkook meletakkan minuman itu di depan Lisa, kemudian Jungkook mengeluarkan bungkusan makanan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Truth and Choice (END)
FanfictionHidup kita berjalan terkadang hanya karena kebenaran yang ingin kita dengar dan memilih sebuah pilihan yang wajib kita pilih sampai mengabaikan apa yang sesungguhnya ingin kita raih