TAC 8.

189 36 6
                                    

- Terkadang mengerti dan memahami memiliki perbedaan setipis tisu, semua hal harus berjalan santai agar kita dapat memaknainya-

08.00 AM

Suasana hati Seokjin berubah menjadi sangat buruk setelah menerima telepon dari Lisa. Dia terlihat menggerutu sepanjang perjalanan menuju lokasi pemotretan.

"Apa yang mau di lakukan wanita itu? Kenapa dia tiba-tiba menghubungiku bahkan sepertinya dia sering berkomunikasi dengan Jungkook." ucap Seokjin pada dirinya sendiri.

Dia terakhir bertemu dengan Lisa yaitu saat usianya menginjak dua puluh satu tahun, berarti sudah tujuh tahun mereka tidak bertemu. Selama ini, mereka jarang sekali berkomunikasi, jika Jungkook tidak memaksa dia untuk menyimpan nomor itu dipastikan dia tidak akan tahu jika Lisa yang menghubunginya. Seokjin mengambil ponsel di dalam sakunya dan segera menghubungi seseorang, dia merasa ada yang janggal dengan wanita itu.

Tujuh tahun tidak pernah bertemu ditambah jarang berkomunikasi membuat dia sedikit khawatir. Jika Jisoo adalah wanita yang sangat dia benci, maka berbeda dengan Lisa. Dia mengusahakan agar hati dan pikirannya tidak sampai membenci keberadaan wanita itu. Menurutnya, wanita itu termasuk dalam list orang-orang yang meninggalkan dirinya, tapi di satu sisi dia juga tidak bisa membencinya sekeras apapun dia berusaha. Selama ini dia hanya menutup mata dan telinga tentang dirinya.

" Sial!! Tidak diangkat!! Kemana dia?!" gerutu Seokjin dia benar-benar ingin menanyakan sesuatu kepada Taehyung tentang wanita ini, selama ini Jungkook terkadang bercerita tentang kegiatan Lisa tapi dia hanya menganggapnya sebagai angin lalu dan terkadang dia akan selalu berakhir tertidur, karena suara dan keberadaan Jungkook bagaikan penenang.

" Sial!! benar yang dikatakannya, jika tidak ada Jungkook aku pasti tidak akan terlihat waras." monolog Seokjin sambil terkekeh miris. Tapi bertanya pada Jungkook adalah pilihan paling buruk, yang ada malah membuat keduanya ribut, apalagi mereka tadi pagi sempat berdebat. Seokjin kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku kemudian bergegas menghampiri Jennie yang terlihat sedikit murka.

" Yakk!! Tidak kusangka JN entertaiment memperkerjakan seseorang yang tidak profesional! Kau datang jam delapan kurang tiga menit! Dan lagi kau membuat mood Jisoo berantakan." Cerca Jennie kepada Seokjin dan hanya mendapatkan balasan ekspresi datar dari laki-laki itu.

Jennie ingin memaki dan mencakar Seokjin rasanya, dia begitu jengkel pada laki-laki di hadapannya ini. Laki-laki itu sama sekali tidak menunjukkan ekspresi apa pun dan tidak mengeluarkan sepatah kata apa pun untuk beradu argumen.

Jadi, Jennie berusaha menetralkan emosinya dan menutup matanya sejenak.

" Apa kau tidak membangunkannya? Aku sudah berkata padamu bahwa aku tidak bisa mengurusi Jisoo secara pribadi hari ini. Seharusnya kau berinisiatif membangunkannya!!" omel Jennie sekali lagi

" Dia sudah cukup umur untuk bisa bangun sendiri." jawab Seokjin ringan.

" Kau benar-benar ya!!" Jennie kehabisan kata-kata untuk mengomeli Seokjin. Mengomel pun percuma, respon Seokjin hanyalah wajah datar dan tatapan mata yang mengintimidasi. Jennie memutar bola matanya jengah, dia benar-benar mendadak pusing karena bertemu satu lagi manusia yang tidak bisa diatur. Saat dia memutar bola matanya, tanpa sengaja dia melihat sesuatu.

" Kemarikan tanganmu!!" pinta Jennie pada Seokjin.

"........................................" Seokjin hanya memandang Jennie datar.

" Kemarikan tanganmu !!" ulang Jennie sekali lagi kepada Seokjin

" Untuk?" tanya Seokjin curiga

Truth and Choice (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang