JN entertaiment
10.00 AM
Seorang wanita berjalan dengan dagu terangkat, pandangan mata tajam dan seolah meremehkan siapapun yang dia tangkap oleh matanya. Wajahnya memiliki bentuk yang sempurna untuk standart wanita Asia, tubuhnya proporsional mulai dari bibir yang tipis namun terlihat sangat bisa menggoda laki-laki mana pun yang akan melihatnya, hidung tinggi dan mancung yang sangat bagus jika terlihat di kamera tanpa perlu proses editing, pipi yang tampak berisi dan merah alami. Kulit seputih susu tanpa ada bekas apapun, bersih tanpa noda dan jangan lupakan dada berisi yang tidak pas, tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil. Disaat wanita lain mati-matian untuk memperbaiki tubuhnya dia bahkan sudah mendapatkan itu semua secara alami.
Berita mengenai dia telah melakukan operasi sana-sini seolah terbantahkan saat semua orang membawa fotonya ke dokter bedah plastik. Semua dokter mengatakan bahwa sulit untuk memperbaiki wajah ataupun tubuh mirip dengan dirinya. Apapun yang dimiliki gadis itu asli tanpa pernah tergores sedikit pun oleh pisau bedah. Jadi, dia tidak salah jika dia berjalan dengan angkuh, keangkuhan yang selaras dengan semua yang dia miliki. Wajahnya senantiasa terpampang di layar besar dan televisi. Seluruh barang yang dia pegang atau pakai akan menjadi laris manis dalam hitungan menit. Semua perusahaan kosmetik dan brand-brand terkenal berlomba mendatanginya untuk menwarkan kerja sama.
Debut pertamanya sebagai model langsung disambut baik oleh dunia hiburan. Banyak produser yang menawari untuk dia bermain dalam drama dan film mereka. Mereka rela merogoh kantong mereka begitu dalam, mereka tidak akan rugi jika menggunakan wanita itu. Bahkan biaya produksi bisa kembali lima kali lipat. Wanita ini sangat jenius dan berbakat dalam semua bidangnya dan dia akhir-akhir ini merambah mencoba menjadi desainer. Dia ingin memiliki brandnya sendiri saat dia pensiun dari dunia hiburan. Segala sikap arogannya seolah termaafkan karena aktris ini sangat profesional dan sangat tidak menyukai kecacatan dalam setiap pekerjaannya, bahkan dia bisa melebihi cerewetnya sutradara. Tapi, hal itulah yang sangat dibutuhkan di dunia hiburan yaitu hasil yang sempurna tanpa cacat.
Jumlah penggemar dan pembenci dirinya selalu saja bertambah dan bersaing untuk menenentukan siapa pemenangnya. Skandal dan prestasinya pun tidak ada yang mengalah, mereka terus berlomba. Namun, dia tidak peduli hal itu karena dia tidak menuntut mereka untuk selalu datang, mereka bisa datang dan pergi sesukanya. Pertemanannya di kalangan aktris pun sangat sedikit bisa dihitung dengan jari. Banyak yang tidak ingin berteman dengan dia karena sikapnya yang arogan lalu mereka tentu saja tidak ingin kehilangan pekerjaannya. Karena jika mereka bersanding bersamanya maka sudah dipastikan hasilnya adalah mereka kalah telak.
" Kim Jisoo~sii, bolehkah aku meminta tanda tanganmu? Aku penggemar berat Anda. Aku sangat senang ketika mendengar Anda bergabung dengan agensi kami." ujar salah seorang yang tiba-tiba memberanikan diri menghampiri gadis itu.
" Tanda tangan?? Aku sedang tidak mood untuk itu," ujar Jisoo ringan dan tentu saja membuat orang yang mengaku sebagai fansnya itu sedih. Tapi, dia tidak peduli dan melenggang pergi.
" Yakk! Kau tidak bisa terus-terusan berlaku seperti itu dengan penggemarmu!" ujar laki-laki yang sejak tadi berjalan di sampingnya.
" Dia bukan penggemarku Namjoon oppa, dia bahkan memakai semua barang yang di iklankan oleh Park Hyeji. Bahkan dia nekat menghampiriku untuk meminta tanda tangan, tapi tidak membawa kertas. Lagipula ekspresi wajahnya berkebalikan dengan ucapan yang dia lontarkan," jelas Jisoo panjang lebar.
" Hebat! Kau tahu dia bukan penggemarmu hanya karena pakaian yang di kenakan? Menurut ku, kau juga tidak sia-sia berteman dengan Lisa, kau bahkan sudah bisa membaca orang lewat raut mukanya. Aku jadi bangga padamu hahaha." ucap Namjoon sambil terkekeh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Truth and Choice (END)
FanfictionHidup kita berjalan terkadang hanya karena kebenaran yang ingin kita dengar dan memilih sebuah pilihan yang wajib kita pilih sampai mengabaikan apa yang sesungguhnya ingin kita raih