"Bagi beberapa orang, menjadi diri sendiri itu suatu masalah besar. Padahal, tidak ada yang lebih baik selain kita bisa menjadi diri sendiri apa adanya." - Agisa
***
"Agisa." Panggil seseorang di belakangku. Aku terdiam, seharusnya aku balik badan dan nyapa balik orang yang memanggilku. Tapi.. masalahnya, yang manggilku itu Putra.
Dua minggu berlalu sejak Putra mengutarakan hal yang menurutku tak harus aku tahu. Dan sejak itu, entah benar atau tidak, aku merasa Putra lebih intens berinteraksi denganku. Dia jadi lebih sering menyapaku ketika aku baru masuk kelas, beberapa kali ia juga pernah mengirimiku pesan tak penting dan bahkan udah dua hari ini dia tanpa ragu mengajakku makan di kantin bareng. Pendekatan yang Putra lakukan memang tak terlalu menonjol, aku yakin nggak banyak orang yang ngeuh kecuali Fika dan Ijal yang terang-terangan mempertanyakan sikap Putra padaku.
"Gis!" panggil Putra lagi membuatku dengan tak enak hati berbalik dan menatapnya yang sedang tersenyum menyapaku.
"Eh, Put." balasku singkat.
"Hari ini hari Selasa, Gis." ujarnya yang sekarang sedang berjalan di sampingku. Kami sedang berjalan menuju kelas pagi ini.
"Iya, tahu. Terus?" tanyaku heran.
"Tiap hari Selasa kita pulang siang, Gis."
Aku mengangguk, aku tahu, kok, kenapa Putra mesti menjelaskan lagi itu padaku?
"Habis kuliah lo mau kemana, Gis?"
"Pulang."
"Ke rumah?"
Aku mengernyit, "Iya.. ke rumah. Memangnya kemana lagi?"
"Oh, nggak, siapa tahu aja lo ada janji. Kalau gitu, temenin gue, yuk, Gis?"
"Hah?" Aku menatapnya, serius nih? "Kemana?"
"Beli buku. Gue lagi butuh asupan bacaan fiksi, nih, Gis. Lo juga suka novel, kan? Rekomendasiin novel yang bagus, dong."
Aku menatapnya sekali lagi yang sekarang lagi tersenyum cerah tanpa beban. Aku nggak tahu motif apa yang Putra punya untuk mendekatiku, tapi sejujurnya, aku cukup risih dengan pendekatan-pendekatan yang ia lakukan. Meskipun aku tahu, pendekatan yang ia lakukan bukan untuk ke arah romantisme, aku lebih mikir kalau Putra itu cuman ingin berteman dekat denganku. Tapi.. plis, punya Fika, Zaki dan Ijal aja kadang udah bikin aku stress sendiri menghadapi kelakuan absurd mereka.
"Gue emang suka baca novel, tapi jarang beli novel langsung. Gue lebih suka baca di wattpad." jelasku.
"Wattpad apaan?"
"Aplikasi novel gitu. Semua orang bisa nulis di sana. Banyak banget novel di sana, banyak yang bagus juga. Semua genre ada, yang 18+ juga ada."
Putra terkekeh mendengar penjelasanku, "Terus lo suka baca yang 18+, Gis?"
Aku menggeleng tapi langsung tersadar, "Tapi pernah, deng."
Putra lalu tertawa ngakak dan aku masih merasa ini nggak lucu, memangnya apa yang salah?
"Lo lucu, Gis." ujar Putra disela tawanya.
"Apa yang lucu? Emangnya baca novel dewasa lucu, ya? Bukannya para cowok bisa lebih parah?" Aku menodongnya langsung dan Putra langsung mengalihkan pandangannya dariku, tampak salah tingkah.
"Ayo jujur lo!" Aku menunjuk wajahnya dengan jari telunjukku, "Jujur, lo udah pernah nonton video yang mantap-mantap, kan?"
"Apaan, sih, Gis?" Putra menepis telunjukku, "Malu tahu bahas ginian sama cewek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Persona | Seri Adolescence ✅
General FictionManusia itu kadang sulit buat dipahami dan Agisa butuh proses seumur hidup untuk bisa terus paham dengan para manusia itu. Dan ini cuman tentang Agisa, mahasiswa biasa yang kehidupannya dikelilingi oleh berbagai macam manusia dan proses bagaimana ia...