"Kesan pertama itu penting, karena itu bakal menentukan pandangan orang lain terhadap kita di kemudian hari nanti." -Agisa
***
Hari ini hari Sabtu, dan kuliah libur. Senin depan, UTS semester ini udah mulai. Rasanya baru aja aku masuk semester empat, sekarang malah udah UTS lagi.
Sebetulnya, aku tipe orang yang mau ujian atau ujian pun aku belajar sesuka hati. Kadang ada di mana aku semangat belajar, tapi beberapa hari kemudian aku ninggalin buku dan sibuk ngebucin DAY6 oppa. Btw, banyak orang yang mikir kalau orang males kayak aku nggak keliatan suka fangirl oppa-oppa Korea, padahal aku selalu ngikutin comeback mereka, temen-temenku aja yang nggak tahu karena aku nggak pernah update status tentang biasku.
Ohya, kemarin pas aku mau pulang, di parkiran aku ketemu Putra, terus kami sedikit basa-basi walaupun aku pingin banget cepet-cepet pulang karena aku lapar banget tapi uangku menipis kalau beli makan di kampus dulu, lagipula Mama udah masak, sayang rasanya kalau aku nggak makan di rumah.
"Gis, mau pulang sekarang?" Putra berkata sambil duduk di atas motornya, kebetulan motorku dan motornya itu sebelahan.
"Iyalah, udah mau magrib ini."
"Temenin gue makan dulu, yuk?" Ajaknya yang langsung aku nolak. "Kayaknya nggak bisa. Sorry, ya."
Raut wajah Putra tampak kecewa. Sebetulnya aku ingin jawab, "Temen lo banyak, kan? Nggak usah ngajak gue lah." Tapi nggak berani.
"Gue traktir, deh." Bujuknya.
Aku menatapnya tak enak, "Tapi Mama gue udah masak nih, Put. Gue makan di rumah aja. Sorry, ya."
Kapan sih obrolan ini berakhir? Sumpah aku udah kelaperan, nih.
"Ya udah, kalau gitu, besok kita ke perpustakaan kota yuk, Gis? Kita belajar bareng buat UTS nanti."
Aku menahan desahan kesalku. Apa-apan sih si Putra ini? Tapi, karena aku tak ingin memperpanjang obrolan, aku pun tanpa ragu mengangguk mengiyakan.
Dan sekarang, di sinilah aku, di perpustakaan kota dan lagi duduk di depan Putra. Lelaki itu tampak mengeluarkan banyak buku dan mulai membaca materi-materi kuliah untuk jadwal Senin nanti.
Tanpa sadar aku menghela napas, satu pelajaran yang aku ambil dari kejadian kemarin adalah jangan buat keputusan di saat perut lapar.
Sebetulnya ini kesempatan besar untukku karena bisa belajar sama Putra. Biasanya kalau belajar sama Fika, Ijal dan Zaki kita nggak pernah benar-benar belajar. Pasti berakhir dengan ghibah, atau nonton film. Sekalinya belajar benar, pas nemu pertanyaan yang sulit, diantara kita nggak ada yang bisa jawab. Putra itu pintar, kan? Jadi bisa dipastikan belajar dengan dia bisa lebih berbobot daripada belajar dengan teman-temanku.
"Gis lo udah sarapan?" Tanyanya.
Aku mengangguk, "Udah."
Fyi, Putra itu ngajak aku janjian jam 8 pagi di perpustakaan. Gila, rajin banget kan dia.
"Gue belum, nih. Gue delivery makan dulu, ya, nanti gue makan di taman depan aja."
Aku pun mengangguk lagi.
Ponselku bergetar, ada beberapa pesan di grup yang belum aku baca.
Mabok Tugas Squad
Fikachu : Ntar siang ke rumah gue yok. Pada jalan2 nih keluarga gue, gue sendiri di rumah
Fikachu : Ki, ntar lo bawa mic karoke ya
Fikachu : Jal, lo bawa cemilannya
Fikachu : Gis, lo mah bawa niat aja udah cukup
KAMU SEDANG MEMBACA
Persona | Seri Adolescence ✅
General FictionManusia itu kadang sulit buat dipahami dan Agisa butuh proses seumur hidup untuk bisa terus paham dengan para manusia itu. Dan ini cuman tentang Agisa, mahasiswa biasa yang kehidupannya dikelilingi oleh berbagai macam manusia dan proses bagaimana ia...