"Manusia itu kadang ada di keadaan yang not fine. Cuman kadang, ada beberapa orang yang nggak benar-benar sadar kalau dia lagi not fine." -Agisa
***
Mabok Tugas Squad
Fikachu : Nyesel aing nyesel ga ke kampus hari ini :( ada berita hot dong..
M. Zaki Fahrudin : berita apaan
Fikachu : lo bakal kaget pokoknya:( gue juga kaget pas tau
M. Zaki Fahrudin : apaan ih
S. Rijaludin : aslii, gila, si yadi tadi ngchat gue
S. Rijaludin : gila..
S. Rijaludin : Agisa lo sehat?
M. Zaki Fahrudin : apaan ih aing doang yang nggak tau? :(
M. Zaki Fahrudin : gisa lo ngapain aja hari ini di kampus? Mentang2 kita nggak ada, lo jadi bar-bar gini
Fikachu : gisa nonjok si edo, ki
M. Zaki Fahrudin : anjir
M. Zaki Fahrudin : demi apaaa? Agisa? Istigfar lo
S. Rijaludin : salut buat gisa.. selamat hidup lo nggak akan tenang lagi
Fikachu : hahaha
Aku menghela napas panjang. Aku nggak nyesel udah nonjok wajah Edo, serius. Tapi sekarang aku selalu mendapat serangan panik ketika inget kalau hidupku nggak akan tenang lagi di kampus. Selama dua puluh tahun aku hidup, aku selalu menghindari masalah, apapun itu dan dengan siapapun itu. Terlibat dengan masalah adalah hal terakhir yang mau aku lakuin, meskipun nyatanya aku kuliah di jurusan yang membutuhkan masalah. Well, kalau manusia damai-damai aja mah kan psikologi nggak akan dibutuhkan.
Tapi kenapa hari ini aku bisa lost control? sampai detik ini pun aku nggak tahu jawabannya apa. Tadi, setelah tragedi nonjok Edo, aku langsung ke kamar mandi dan mengontrol diri habis-habissan. Pas balik ke kelas, suasana udah damai karena Edo nggak ada, dan Rima langsung mengucapkan kata maaf ribuan kali, padahal nggak ada yang harus dimaafkan dari dia.
Pas mau pulang kuliah, di parkiran aku ngeliat Edo dan aku langsung kabur begitu aja. Yaps, aku memang sepengecut itu setelah tadi so-soan nonjok dia. Serius, nggak punya muka banget rasanya. Aku takut Edo tiba-tiba balas dendam, apalagi genk-nya Edo itu cukup banyak, walaupun nggak ada satupun dari jurusan psikologi. Temen-temen tongkrongan Edo itu rata-rata anak fakultas manajemen sama teknik.
Sekali lagi, aku menghela napas. Oke, selamat datang di luar zona aman, Gis.
Agisa Kirana : Plis, sampai gue ntar wisuda, kalian semua lindungi gue ya...
Beberapa menit kemudian, ponselku bergetar, Ijal menelponku, tanpa pikir panjang aku langsung mengangkatnya dan merengek, "Ijal.. gimana dong?"
"Kenapa bisa gitu, Gis? Coba ceritain secara rinci. Tadi si Yadi cuman bilang lo nonjok Edo doang."
"Tadi si Edo marah-marah ke Rima gara-gara nama dia nggak ada di paper. Rima udah jelasin kalau itu karena Edo telat ngumpulin tugasnya. Terus Edo nggak nerima. Gue nyoba nggak emosi, tapi pas Edo tiba-tiba nyinggung Rima yang cuman kuliah karena beasiswa, gue nggak bisa nahan diri, Jal. Gue langsung nonjok dia gitu aja. Gue nggak terima Rima dikatain gitu, sumpah sebelum itu tuh Rima sempet cerita kalau dia lagi kesusahan karena harus pertahanin beasiswa dia."
"Gila, si Edo bangsat juga. Btw, tapi gue salut sama keberanian lo. Semua orang di kelas itu paling males dan anti, Gis, buat berurusan sama Edo, tapi lo malah nonjok dia." Ijal pun tertawa ngakak sedangkan aku sekarang mendadak dapat serangan panik lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Persona | Seri Adolescence ✅
Ficção GeralManusia itu kadang sulit buat dipahami dan Agisa butuh proses seumur hidup untuk bisa terus paham dengan para manusia itu. Dan ini cuman tentang Agisa, mahasiswa biasa yang kehidupannya dikelilingi oleh berbagai macam manusia dan proses bagaimana ia...