26| Menyebalkan

507 99 3
                                    

"Mau seberapa banyak orang yang menjatuhkan kita. Insecure tetap bukan pilihan yang tepat ya, guys." -Agisa

***

"Entah ini cuman perasaan gue doang atau bukan, tapi kenapa akhir-akhir ini Putra sering banget nempel sama lo ya, Gis?"

Pertanyaan Fika yang tiba-tiba itu membuat Ijal dan Zaki yang tadinya sedang melahap seblaknya langsung berhenti dan menatapku yang lagi ngaduk-ngaduk es jerukku.

"Masa sih?" Balasku so tak peduli. Sebenarnya, aku belum pernah merasa sedosa ini kepada teman-temanku. Tapi selama hampir 3 minggu ini aku menyembunyikan statusku dengan Putra, entah kenapa setiap melihat wajah ketiga sahabatku, aku selalu merasa bersalah. Mungkin karena aku tahu bahwa mereka selalu terbuka padaku bahkan untuk urusan terkecil sekalipun. Aku tahu permasalahan Fika yang pernah terjebak hubungan toxic dan keresahannya sebagai anak pertama dari empat bersaudara yang membuat ia selalu mengalah dan kurang dapat perhatian dari orang tuanya. Aku tahu permasalahan Zaki yang sebenarnya memilih tinggal sendiri karena tidak ingin sering berhubungan dengan Kakak laki-lakinya yang selalu memaanfatkannya. Aku juga tahu permasalahan Ijal yang harus hidup banting tulang untuk menghidupi Ibu dan adiknya, orang tua Ijal pun sudah bercerai lama membuat aku dan Ijal seolah punya magnet tersendiri karena punya latar belakang yang sama.

Bukannya aku tak ingin jujur ke mereka. Cuman.. rasanya aku terlalu malas untuk meladeni mulut-mulut mereka.

"Masa sih? Orang si Putra deket sama siapapun kok." Ujar Zaki membuatku diam-diam merasa lega.

"Iya tahu, tapi kayaknya Putra jadi lebih intens aja gitu deketin Gisa." Fika masih keukeuh akan asumsinya. "Gue juga pernah liat Putra yang diem-diem ngasih lo sarapan. Dua kali malah. Bener kan, Gis?"

Aku meringis pelan, "Iya, waktu itu gue nitip."

Fika menggeleng, "Kayaknya nggak deh. Entah kenapa, jiwa detektif gue tiba-tiba keluar. Lo ada hubungan apa sama Putra, Gis?" Tanya Fika langsung membuatku langsung melebarkan mata.

"Nggak ada apa-apa, sumpah!"

"Ya biasa aja dong, Gis, nggak usah ngegas." Sewot Zaki. "Tapi kalau dipikir-pikir, iya juga sih. Soalnya waktu itu Putra pernah datangin gue dan bilang kalau lo nggak nyaman gue jodohin sama Karendra."

"Hah? Masa sih?" Fika semakin tertarik dengan topik yang ada di meja ini. Aku semakin meringis. Ini nggak akan bener. Apa aku jujur saja?

"Iya. Ijal buktinya tuh, waktu itu gue lagi bareng Ijal juga. Ya kan, Jal?" Zaki menyenggol Ijal yang entah kenapa dari tadi cuman diam. Ketika disenggol pun, Ijal cuman berdehem pelan.

"Lo kenapa, Jal? Sakit?" Tanyaku mencoba mengalihkan topik.

"Nggak usah mengalihkan topik lo!" Dengus Fika. "Ayo jujur sama kita. Sebenernya ada apa? Gue bakal kecewa banget loh, Gis, kalau lo nggak jujur." Tuntut Fika.

"Iya, jahat banget lo, Gis, kalau nggak ngasih tahu. Gue aja kalau mau boker selalu ngasih tau lo." Zaki ikut protes.

Aku meringis sekali lagi sambil mengaduk mangkok berisi seblak yang siang ini menjadi makan siang kami.

"Tapi kalian janji untuk nggak komentar apa-apa, ya." Prologku.

"Eh bentar," sela Zaki. "Kok ngomongnya gitu sih? Makin bikin perasaan nggak enak aja, Gis."

"Ya udah nggak usah tahu." Cibirku.

"Eh lanjut, Gis. Kita mau denger kok. Lo ngomongnya gitu sih, kayak mau bilang kalau lo pacaran sama Putra aja." Ujar Fika sambil terkekeh yang juga diikuti oleh Zaki. "Iya, kayak kepergok pacaran aja lo."

Persona | Seri Adolescence ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang