Berjalan di tepi kolam renang hotel menjadi pilihan Rose untuk menyelesaikan segala miss komunikasi yang terjadi antara dirinya dan Jaehyun. Suasana yang lebih sepi, dan udara yang sejuk akan membuat keduanya lebih larut dalam percakapan mereka malam ini.
"Kau tahu ada dua triliun lebih bintang di langit?"
Membuat dirinya memulai suatu perbincangan serius adalah hal yang paling ingin Rose hindari, tapi hanya untuk malam ini, gadis itu harus menyampingkan egonya lebih dulu.
"Tidak tau, aku tidak pernah se-menganggur itu dan menghabiskan waktuku hanya untuk menghitung berapa jumlah bintang di langit."
Rose tertawa kecil, menarik nafasnya lalu menghembuskannya lewat mulut.
"Junhoe yang memberi tahuku bahwa kalian menginap di hotel ini, kebetulan dia juga menginap disini dan melihat kalian tadi pagi saat sarapan. Dia ada kerjaan di Toronto, dan kenapa sekarang aku bisa ada disini, karena kebetulan juga minggu ini ayahku membuka store winery disini." Rose mulai meluruskan tentang apa yang terjadi antara dirinya dan June terlebih dahulu kepada Jaehyun.
"Oh begitu.." Jaehyun tidak berniat untuk membahas june lebih panjang. Mendengar namanya saja ia sudah merasa muak.
"Aku tidak pernah berniat untuk menghindarimu." Rose memilih duduk disalah satu kursi santai yang terdapat di pinggir kolam renang dan mengamati Jaehyun yang sedang berdiri menghadap kolam, enggan untuk menatapnya.
Rose menghela nafasnya berat, "Hubungan kita terlalu rumit untuk dilanjutkan saat ini Jaehyun."
Jaehyun mengalihkan pandangannya ke arah Rose dan berjalan lebih dekat kearah gadis itu.
"Siapa yang mengatakan hubungan kita rumit?" Jaehyun melipat tangannya di dada dan menghadapkan badannya tepat di depan Rose.
Gadis itu mendongakkan kepalanya ke arah Jaehyun dengan mata yang berkaca-kaca.
"Aku."
Jaehyun tertawa sarkas begitu mendengar jawaban dari mulut Rose.
"Doesn't make sense."
Rose menundukkan kepalanya, ia sudah menduga bahwa pria itu pasti akan menampik pengakuannya.
"Berikan aku penjelasan yang lebih masuk akal." Jaehyun menarik kursi disampingnya lalu duduk dihadapan Rose. Wajahnya terlihat kesal.
"Sebenarnya—"
"Siapa? Managermu yang melarangmu?"
Rose mengangguk pelan, "Tapi yang ia katakan memang tidak sepenuhnya salah, itu semua memang untuk kebaikan kita. And don't you think it is better if we just focus to our career for this time Jaehyun?"
Pria itu hanya diam menatap Rose, membiarkan gadis itu mengeluarkan semua hal yang ingin ia sampaikan terlebih dahulu.
"We cannot hide like this anymore Jaehyun, soon or later pasti kita akan ketahuan juga dengan orang-orang. Entah reaksi apa yang akan timbul dari publik nanti, tapi aku hanya tidak ingin ada yang sakit dan—"
"Memangnya kamu pernah tidak bahagia sama hubungan kita selama ini? Siapa yang sakit? Hubungan kita tidak pernah ada masalah, tapi semenjak kamu memutuskan untuk terjun ke dunia entertaiment semuanya jadi lebih rumit. Kamu jadi terlalu mengkhawatirkan banyak hal yang gak semestinya."
Rose menatap Jaehyun tidak percaya, "Jadi ini salah keputusanku? Aku salah karna ingin berkarir seperti mu? Aku salah mengkhawatirkan bagaimana hubungan kita kedepannya nanti?"
Jaehyun menghela nafasnya dengan berat.
"Maksudku bukan begitu Rose, dari awal seharusnya kamu tidak perlu mendengar kata orang lain. Jika ada hal yang selama ini membuat hidupmu lebih berwarna dan lebih bahagia menjalani hidup, kenapa kamu harus bersusah payah untuk meninggalkan semua itu? Kenapa kamu lebih memilih untuk hidup seperti itu kalau misalnya kamu merasa ada yang hilang dari hidupmu? Atau apa kamu memang lebih bahagia tanpa aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SESSION 1997.
Fanfiction[COMPLETED] About Him being an Idol, and she as an Influencer. Open the playlist on spotify; Session 1997 [Start: 16 May 2020] [end at: 12 August 2020]