🦋 The prettiest pianist

84 6 4
                                    

Mengecawakan seseorang yang menyayangi kita adalah tindakan bodoh,
Kepercayaan akan hilang, cinta akan pudar, kasih sayang terus terkikis.
Meminta maaf lah, katakan bahwa kamu menyesal, perbaiki dan mulai semuanya dengan cara yang lebih baik.

💌💌💌

Cadee mulai bermain piano dengan jari lentiknya yang lihai, mencoba menyesuaikan diri dengan alat musik kesukaannya tersebut.

Sedangkan Priya dan Coach Deri tengah memperhatikan dengan tenang dari samping panggung. Menyaksikan betapa terbuainya Cadee dengan permainannya sendiri.

Setelah menyelesaikan satu lagu, Coach Deri naik ke atas panggung dan bertepuk tangan. "Well done girl." Ucapnya bangga.

Namun sedetik setelah mengatakan itu, hembusan napasnya terdengar memilukan, dan menatap sayu mata cokelat muridnya. "Ada perubahan rencana Dee." Tatapannya nyalang ke bangku-bangku kosong yang akan ditempati audiens. "Seharusnya kamu bermain lima lagu untuk mengawali acara, tapi tadi panitia meminta tiga lagu diawal dan dua lagu setelah peresmian."

Cadee terpaku sejenak, mencoba mencerna perkataan pelatihnya. Sampai dirinya mengerjap dan menatap nyalang ke depan. "Aku tidak bisa Coach, Aku ... "

Coach Deri menepuk bahu Cadee dan tersenyum tulus. "Kamu bisa Cadee, Kamu adalah murid terbaikku, Kita bisa melewati ini." Ucapnya menenangkan.

Cadee tersenyum kaku dan memainkan kembali pianonya, tidak ada kata yang keluar, yang ada hanya permainan yang yang mengutarakan perasaan yang campur aduk.

Coach Deri menatap Cadee kasihan, Dia sangat tau bahwa mood Cadee saat ini sedang tidak baik, semuanya diluar kendali, sebagai Coach, Dia hanya bisa mengiyakan permintaan panitia untuk tetap mempertahankan eksistensi sekolah tempatnya mengajar musik.

Selagi Dirinya berlatih, para tamu mulai berdatangan. Bukan tamu biasa, hampir seluruhnya memakai pakaian resmi yang terlihat mahal dan mewah, Cadee tidak tau bahwa yang hadir pun semua dari kalangan atas.

Para dokter pun sudah memenuhi backstage dengan pakaian kebesarannya, terdapat tiga puluh dokter laki-laki juga perempuan yang anehnya semua masih muda dan berpenampilan menarik. Mereka memperkerjakan dokter atau para model sebenarnya?, Batin Cadee bertanya.

Saat tengah memperhatikan para dokter yang tengah bersiap, datang seorang Pria dan tersenyum pada Cadee, menyapa dengan suara lembutnya. "Hai."

Cadee diam terpaku, menatap dengan pandangan memuja pada Dokter yang sepertinya tidak asing baginya.

"Kamu yang dua minggu lalu mengalami Ailurufobia di taman Geslamp Quarter kan?" Mata hitamnya menatap Cadee bertanya.

tampan dan memiliki tatapan hangat, bibir tipis dan tahi lalatnya sangat cocok dengan postur tubuhnya yang  tinggi dan ideal.

Kemudian Dirinya tersadar dan kembali menampilkan raut wajah keheranan, kenapa pria ini mengetahuinya?.

"I-iya Sir, Maaf, bagaimana Anda bisa tau?" Tanyanya gugup sambil menatap dokter tersebut dengan wajah polosnya.

Pria berjas putih itu kembali tersenyum yang bahkan lebih lebar dari sebelumnya. "Saya Dokter Farrel Dumpkin." Tangannya terulur memperkenalkan diri. "Yang waktu itu sempat merelaksasikan trauma kamu, mungkin kamu lupa karena masih dalam keadaan shocked hebat, tapi-"

"Aku ingat, Aku ingat." Selanya bersemangat. "Oh Tuhan ... Aku minta maaf dok, ingatanku buruk tentang seseorang." Jawabnya jujur sambil menggaruk tengkuknya.

Unimaginable Destiny [MIKHELSON'S SERIES 1] (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang