Jangan pernah meremehkan kemampuan seseorang
Kamu tidak akan tau seberapa dalamnya jurang kegelapan pada dirinya🥀🥀🥀
"Fuck, fuck, fuck!" Umpat Aldric dengan suara keras.
Lagi-lagi botol minuman di tangannya dilempar ke dinding dengan keras, ruangan tersebut sudah tidak karuan, pecahan beling dimana-mana, air sudah menggenang di telapak kaki, namun semua itu tidak membuatnya berhenti, Aldric malah semakin bernafsu untuk memecahkannya.
Tom masuk dengan gerakan cepat, tidak disangka akan sekacau ini, ruangan VIP di klubnya benar-benar sudah seperti kapal pecah, Aldric memang sudah gila.
Saat kepalanya hampir terlempar gelas kaca, tom segera masuk dan berjalan cepat. "wooow, Easy man. What's wrong?" Tanyanya kesal namun mencoba bersuara sesantai mungkin agar tidak membuat emosi Aldric semakin memuncak.
"Blezinskie sialan." Umpatnya entah untuk yang ke berapa kali.
Tom melihat ke arah bodyguard Aldric yang berdiri di ujung ruangan, menatap tuannya dengan sendu. Dia lah yang terus memesan wine sampai sebanyak ini, lagi dan lagi sesuai permintaan. Jika Aldric belum puas maka tidak akan pernah berhenti.
"Bawa dia ke dalam." Perintahnya pada bodyguard tersebut.
Di dalam ruangan itu memang terdapat kamar yang lumayan besar, bermaksud untuk memudahkan tamu memenuhi hasratnya.
"Baik Tuan." Ucap bodyguard tersebut, membantu Aldric berdiri yang meracau terus menerus.
Thomas menghembuskan napas lelah atas kelakuan sahabatnya, baru sekarang Aldric berbuat hal gila seperti ini, biasanya hanya minum alkohol yang banyak, lalu setelah itu pulang dengan keadaan sadar, pengaruh Blezinskie itu memang luar biasa.
Tangannya mengambil ponsel di saku celananya dan menelpon seseorang. "Bereskan ruang VIP 2C." Dia langsung memutuskan panggilan sepihak. Bukan masalah kerugian yang dipikirkan pemilik klub tersebut, dia sangat yakin Aldric akan ganti rugi semuanya, namun dia sangat hawatir pada Aldric yang biasanya selalu bisa mengontrol dirinya sendiri.
Menggeleng kepala dengan lemah, dan kakinya berjalan jinjit ke pintu kamar. Membukanya dengan pelan. "Apa dia pingsan?" Tanyanya pada bodyguard yang kini sedang melepas sepatu Aldric.
"Tuan Al hanya kelelahan dan tertidur." Jelasnya.
Thomas memperhatikan Aldric yang sudah kacau, rambut yang berantakan, kancing baju atasnya terlepas, dan wajah yang pucat pasi, sangat bukan Aldric sekali.
"Kau boleh kembali, biarkan pria gila itu sendirian, aku akan membereskan kekacauan yang sudah dia perbuat." Mendengus lemah lalu keluar dari sana dengan perasaan yang prihatin.
Lalu sang bodyguard tersebut keluar klub meninggalkan tuannya sesuai perintah Thomas, sepertinya Aldric memang butuh sendiri.
***
Cadee dan Priya sedang makan siang di kantin perusahaan, walau Priya membawa bekal, namun Cadee memaksanya ikut untuk menemaninya, mana berani wanita imut itu makan sendirian di tempat yang besar dengan orang-orang yang tak dikenalnya.
"Pie tau tidak? Semalam keluargaku makan malam dengan keluarga Mikhelson." Ucapnya serius menatap Priya yang tengah makan dengan kotak bekalnya.
Priya mendongak dan menatap Cadee, "benarkah?" Tanyanya.
"Hhmm." Cadee mangangguk mengiyakan. "Dan Evelyn membuat Tuan Aldric itu kesal sampai meninggalkan ruang makan sebelum acara selesai."
Priya makin antusias mendengarkan cerita Cadee, menopang kedua tangannya di atas meja. "Lalu?" Tanyanya semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unimaginable Destiny [MIKHELSON'S SERIES 1] (Completed)
General FictionAldric Anthony Mikhelson pewaris Mikhelson Group, perusahaan gas terbesar di dua negara. Pria dengan segala kekayaan berlimpah, penguasa dunia bisnis dan memiliki ketampanan yang diluar batas wajar. Pria dingin dengan segala sifatnya yang membuat pa...