Aldric Anthony Mikhelson pewaris Mikhelson Group, perusahaan gas terbesar di dua negara.
Pria dengan segala kekayaan berlimpah, penguasa dunia bisnis dan memiliki ketampanan yang diluar batas wajar. Pria dingin dengan segala sifatnya yang membuat pa...
Sebenarnya kejadian buruk itu bukan sepenuhnya salah mereka Bisa aja itu cata Tuhan mencoba mengingatkanmu tentang dosa-dosa yang sudah kamu lakukan sebelumnya
🌼🌼🌼
Aldric pulang saat matahari sudah hampir sampai ke peraduannya, sengaja mengganti mobil van hitamnya dengan bugatti chiron, mobil sport kesayangan yang berwarna putih mewah, mobil tersebut adalah salah satu mobil termahal di dunia, Arthur Mikhelson menghadiahinya saat ulang tahun Aldric tahun lalu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aldric memarkirkan mobil mahal tersebut pada garasi rumah mendiang neneknya. Disepanjang jalan, banyak sekali yang memperhatikan mobil itu secara terang-terangan, bahkan ada yang dibuat menganga karenanya, namun itu sudah sangat biasa bagi Aldric, setiap ada yang terbaru, pasti Aldric atau Redmund lah yang memilikinya.
"Kau dari mana saja?" Tanya Cadee yang langsung menghampiri Aldric di garasi setelah mendengar suara pagar dibuka.
"Melakukan sedikit pekerjaan." Jawabnya santai.
"Kau terluka?" Tanyanya panik. Membantu memapah Aldric masuk ke dalam rumah. "Wajahmu lebam." Tebaknya tepat sasaran.
Aldric tersenyum tipis, entah kenapa, hanya perhatian kecil seperti ini saja sudah membuatnya merasa lebih berarti dari sebelumnya.
"Kena pukulan sedikit." Jawabnya enteng, sebenarnya Aldric bisa jalan sendiri, itu hanya luka kecil. Namun siapa yang bisa menolak perlakuan lembut Cadee? Gadis itu sangat cantik dengan wajah paniknya.
"Lebam ini lumayan parah." Cadee mendudukkan Aldric pada sofa ruang keluarga. "Aku akan ambilkan air dingin." Cadee langsung berjalan cepat menuju dapur untuk mengambil baskom berisi air dingin dan sehelai handuk kecil untuk mengompresnya.
Gadis itu balik lagi setelah menaruh baskom di atas meja. Duduk di samping Aldric dan mulai mengompres lebam itu dengan wajah serius.
Aldric memperhatikan wajah Cadee yang luar biasa natural, ternyata Cadee memiliki mata indah yang selalu berbinar, pantas semua orang tersihir oleh tatapan itu, Aldric pun sampai enggan memalingkan wajahnya.
"Kau dipukuli?" Tanyanya sekali lagi. Cerewet sekali gadis ini, tapi Aldric suka, bahkan jika harus terluka lebih parah dari inipun, Aldric akan melakukannya asal Cadee yang merawatnya.
Pria tampan itu tidak menjawab, masih fokus melihat wajah Cadee, seolah hanya itu pusat dunianya saat ini, gadis itu benar-benar sudah menancapkan panah asmaranya terlalu dalam pada seorang Aldric yang sebelumnya tidak pernah percaya akan cinta dan sejenisnya.
Cadee menekan sedikit lebam Aldric, yang membuat siempunya kaget, bukan sakit namun hanya kaget. "Kenapa kau melamun?" Tanya Cadee sekali lagi dengan wajah yang dicebikkan.
"Aku sedang melihat Helene dari sparta di hadapanku." Jawabnya polos, tanpa mengalihkan sedikitpun wajahnya yang menatap Cadee lekat.
Wajah Cadee memerah, antara malu dan menahan tawa. "Putri zeus dan Leda?" Tanyanya geli. "Serously? Kau membaca kisah itu?" Tanyanya dengan wajah jenaka.