Aldric Anthony Mikhelson pewaris Mikhelson Group, perusahaan gas terbesar di dua negara.
Pria dengan segala kekayaan berlimpah, penguasa dunia bisnis dan memiliki ketampanan yang diluar batas wajar. Pria dingin dengan segala sifatnya yang membuat pa...
Setumpuk buku sudah menjadi alasanku untuk tersenyum Persetan dengan dunia dan segala keegoisannya Aku hanya ingin hidup dengan caraku sendiri
🌼🌼🌼
Cadee masih fokus dengan buku tebal ditangannya, membaca dengan alis bertaut dan wajah yang serius.
Setelah kejadian memalukan tadi, Cadee mencoba sekali lagi membuka pintu utama, namun tetap tak bisa terbuka. Lalu dia menyerah dan hendak balik ke kamarnya.
Matanya tak sengaja melihat satu-satunya pintu ruangan berwarna putih gading, pintu dengan ukiran bunga-bunga menjalar di setiap sisinya.
Rasa penasaran membawanya pada pintu itu, melirik ke kanan dan ke kiri untuk memastikan bahwa dirinya aman. Tak tahu saja bahwa sedari tadi ada seseorang yang memperhatikan gerak-geriknya lewat ipad, dan sesekali tersenyum tipis melihat segala tingkah laku Cadee yang seperti balita yang tengah mencuri kue ibunya, mengendap dan waspada takut ketahuan.
Di dalam pintu itu ternyata isinya perpustakaan yang cukup luas, rak buku yang terdiri dari kayu-kayu kokoh, dua sofa berhadapan, chandilier yang menggantung indah dan lampu-lampu kuning hangat yang membuat siapapun yang membaca akan nyaman dan tak ingin pergi seincipun dari tempat keren tersebut.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cadee sampai menganga dibuatnya, perpustakaan ini begitu artistik dan unik, hampir ratusan buku berjajar rapi di sana, perpustakaan dengan dua lantai yang membuatnya sampai menjerit kegirangan saat pertama masuk.
Pintu terbuka, Cadee sama sekali tidak mendengarnya, masih tetap fokus membaca di karpet bawah sofa dan menumpukkan tangannya pada meja.
"Membaca apa?" Tanya suara dingin tersebut, berdiri sejenak di samping sofa agar tidak menakuti gadis itu.
Tak ada jawaban, sepi senyap, Cadee bahkan semakin menunduk dikala memperhatikan lebih lekat gambar yang ada di buku yang sedang Ia baca.
Aldric maju dan duduk di sofa tepat di belakang Cadee.
"Astaga tuhan." Terlonjak kaget, Cadee sampai mengangkat tangannya dan membuat halaman dibukunya tertutup dan dirinya lupa sudah membaca sampai mana.
Aldric membuka suara. "Hai." Menyeringai kecil, tersenyum bak iblis, melakukan kesalahan namun malah mengejek, membuat Cadee jengkel dan hendak berlalu pergi, malas berbicara dengan orang bermulut tajam dan berperingai kejam.
Sudah berdiri dan siap pergi, tangannya dicekal oleh Aldric. "Mau kmana beastie?" Tanya Aldric, memendam kekesalan namun masih mampu mengendalikannya dan mempertahankan mimik wajah berkuasanya.
Cadee mengambil bukunya di meja dan menghentak tangan Aldric dengan keras. "Bukan urusan anda," Tegasnya.
Baru selangkah maju, Aldric telah menarik dan membantingnya ke atas sofa, membuat keduanya saling tindih dengan Cadee yang berada di bawah dan Aldric di atasnya.