Ikatan hubungan bukan sesuatu yang layak untuk dipermainkan
Tidak ada yang salah dari hubungan, yang salah yaitu manusianya yang lebih dominan dengan egonya masing-masing🌼🌼🌼
Sesampainya di depan Mikhelson mansion, Evelyn langsung turun dengan tergesa-gesa, berteriak kencang di depan gerbang megah yang menjulang tinggi.
"Hey pencuri, cepat keluar, dimana adikku sialan!!" Terus berteriak marah. Andrew yang berada di dalam mobil pun ikut turun untuk menenangkan anak bosnya.
Datanglah tiga orang satpam dari arah pos penjagaan. "Siapa anda?" Tanya salah satu dari mereka, melihat aneh pada Evelyn yang penampilannya sudah seperti orang gila, berantakan dan memprihatinkan.
"Cepat panggilkan tuan kalian." Ancamnya tajam.
"Tidak bisa nona, tuan sedang istirahat." Jawabnya santai, malah terkesan mengejek.
"Sialan!" Evelyn mengumpat lagi dan berbalik ke mobilnya dengan cepat.
Tak lama Evelyn kembali dengan membawa pisau lipat di tangannya. "Panggil, atau saya robek mulut kalian." Tanpa gentar tanpa gemetar, tangannya sudah sangat benar memegang benda tajam tersebut.
Penjaga itu ketakutan dan segera memanggil tuannya. Yang lainnya menatap ngeri ke arah wanita yang saat ini tengah murka dan terlihat putus asa.
Tak lama Arthur dan Redmund datang dengan piyama satin dan kaki yang beralaskan sandal tidur, ditemani oleh dua Bodyguard berbadan besar di samping kanan kiri mereka.
Arthur terkejut melihat Evelyn datang dengan penampilan berantakan dan di tangannya tengah memegang pisau lipat yang terlihat sangat tajam. "Ada apa ini nak?" Tanyanya panik, namun masih bisa mengendalikan suaranya.
"Kembalikan adikku." Ucapnya marah, bodyguard di samping kedua pria tersebut hendak maju ke arah Evelyn namun tangan Arthur mengisyaratkan untuk tetap di tempatnya.
"Apa maksud anda nona." Jawab Redmund, tidak, Redmund tidak takut, hanya saja tidak ingin ada keributan malam-malam di rumah kakenya.
"Dimana adikku?" Tanyanya sekali lagi, mengarahkan pisau tersebut ke arah Redmund. "Jangan pura-pura bodoh, aku tau kalianlah dalang dari semua ini." Ucapnya tajam, matanya sampai memerah campuran air mata dan kemarahan.
"Tenang nak, kita bisa bicarakan dengan kepala dingin." Mencoba menengahi dan mencari titik terang dari kekacauan ini.
Evelyn menghembuskan napas panjang, melempar pisau lipatnya ke samping dan terjatuh pasrah, dengkulnya dibiarkan bertabrakan dengan lantai aspal, terlihat frustasi dan berantakan. "Kami sedang melihat pameran lukisan di horton plaza, Tak lama Cadee meminta izin ke toilet, lalu temanku melihat Cadee sudah pingsan dan dibawa oleh pria berjas lengkap dengan emboss Mikhelson di dada kirinya, persis seperti itu." Tunjuknya pada bodyguard di samping Arthur.
"Aldric." Menggeram, tajam dan dalam. Arthur sudah menyangka pasti ini ulah cucu pertamanya itu. "Ambilkan ponselku, cepaat!!" Perintahnya pada bodyguard yang langsung berlari dengan kencang ke dalam mansion.
Kring ... Kring ...
Ponsel Evelyn berbunyi dan langsung diangkat di dering ketiga. "Adikmu menuju San Diego Internasional Airport."
"Shit." Umpatnya sekali lagi.
"Ada apa nak, siapa itu?" Tanya Arthur dengan tergesa, tidak sabar untuk mendengar informasi tersebut.
"Mereka membawa adikku ke San Diego Internasional Airport." Ucapnya lemah. Evelyn lalu berdiri dan berbalik ke mobilnya.
"Tunggu." Tangannya di cekal oleh Redmund, tangan perempuan itu sangat dingin, bahkan kulit putihnya telah berubah seputih mayat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unimaginable Destiny [MIKHELSON'S SERIES 1] (Completed)
Fiksi UmumAldric Anthony Mikhelson pewaris Mikhelson Group, perusahaan gas terbesar di dua negara. Pria dengan segala kekayaan berlimpah, penguasa dunia bisnis dan memiliki ketampanan yang diluar batas wajar. Pria dingin dengan segala sifatnya yang membuat pa...