🦋 Almost is never enough

82 9 2
                                    

"Cadee, kau dipanggil Tuan Redmund diruangannya." Mr.Christian berucap santai sambil membenarkan dasi yang menggantung dilehernya.

Cadee yang tengah fokus pada layar komputernya menoleh pada sumber suara, ternyata Mr.Christian telah duduk diujung meja kerjanya. "Mmmhh apa Aku berbuat kesalahan Sir?" Kaget bukan main saat atasan langsung yang memanggilnya, tadinya Cadee merasa kejadian malam itu telah menyelesaikan semua masalah yang berhubungan dengan Mikhelson.

Mr.Christian tersenyum simpul. "Red orang yang baik, mungkin Dia hanya ingin membicarakan sesuatu hal denganmu."

"Dengan Anak magang baru sepertiku?" Tanya Cadee dengan mata menerawang jauh.

Mr.Christian mengedikkan bahunya acuh dan pergi meninggalkan Cadee yang masih termangu ditempatnya.

Karyawan lain tidak ada yang mendengar pembicaraan tersebut karena ketua tim mereka berbicara dengan suara pelan. Cadee meminum air digelasnya dengan cepat, kemudian berdiri tegak, menghembuskan napas panjang dan berlalu pergi ke ruangan bosnya yang berada dilantai paling atas.

Dirinya menunggu di depan lift yang masih berada dilantai dasar, lift tersebut masih terus naik tanpa berhenti dimanapun.

Saat pintu lift terbuka, di dalamnya hanya ada seorang Pria paruh baya yang memakai baju dan celana santai, Cadee pun mengernyit heran.

Apa dia pekerja disini? Kenapa pakaiannya seperti itu? Bukankah di perusahaan ini tidak boleh memakai kaos dan sandal?

Cadee masuk dan mengangguk sopan pada Pria tersebut.

Pria itu seperti bukan orang sembarangan, walau dengan pakaian santai yang membungkus tubuhnya, namun aura yang dikeluarkannya tidak main-main, tubuhnya pun masih sangat tegap dengan wajah yang juga masih terbilang tampan, hampir mirip seperti Mr.Christian tapi mungkin ini versi lebih tua.

"Dik," Sapa Pria paru baya tersebut dengan menarap Cadee bingung, Cadee mengerjap dan menyadari bahwa Dirinya melamun cukup lama. "Mau ke lantai berapa?" tanyanya sembari menaikan sebelah alisnya yang telah memutih.

Cadee tersenyum dan menggaruk tengkuknya, "Maaf, Ke lantai 50 Sir." Jawabnya dengan sedikit gugup dan mengalihkan pandangannya menatap tombol-tombol yang berjejer rapi di dalam lift.

Lalu Pria itu mengangguk dan mulai menekan tombol menutup pintu lift, ternyata tujuan keduanya sama. "Kau Anak baru disini?" matanya masih fokus ke depan tanpa melihat mata lawan bicaranya.

Cadee mengangguk dan menjulurkan tangannya, "Aku Cadee Sir, Anak magang baru bagian perekrutan karyawan."

Pria tersebut bergeming dan terpaku sejenak, uluran tangan Cadee tak diindahkannya, kepalanya mulai menengok memperhatikan Cadee lekat. "Cadee? Cadee siapa?" Tanyanya serius.

Tangan Cadee masih setia terulur, senyumnya berubah menjadi senyum canggung, "Cadee Cecilia Blezinskie." Ujarnya singkat.

Pria tersebut masih tetap memandang Cadee dengan mata biru jernihnya. "Ada perlu apa Adik ke lantai 50?" Wajahnya masih tertata datar, berbeda dengan Cadee yang mulai panas dingin karena ditatap segitu intensnya oleh orang asing.

Cadee menurunkan tangannya yang tak disambut dan mulai mengalihkan pandangan ke hal lain. "Aku dipanggil oleh Tuan Redmund ke ruangannya."

"Apa kau berbuat kesalahan?"

Cadee menghembuskan napas pendek. "Aku berfikirnya begitu Sir." Jawabnya dengan wajah pasrah yang kentara di wajah putihnya.

Tak terasa ternyata keduanya telah sampai dilantai yang dituju. Pria tersebut langsung berjalan ke arah sekertaris Redmund yang berada di depan pintu, sedangkan Cadee masih di dalam lift dan menghembuskan napasnya terlebih dahulu sebelum menghadapi hal yang tidak diinginkan.

Unimaginable Destiny [MIKHELSON'S SERIES 1] (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang