1

16.4K 297 33
                                    

Suara pertengkaran terdengar sangat jelas di rumah mewah salah satu komplek elit. Gadis kecil yang masih tertidur di kamarnya jadi terbangun. Ia usap kasar matanya sambil berjalan gontai menuju pintu kamarnya yang tertutup. Suara pertengkaran itu semakin terdengar jelas saat gadis kecil itu membuka pintu kamarnya.

"Ini udah kesekian kalinya ya Boby, aku mergokin kamu sama cewek lainnya!!"

"Sadar diri deh, Shan. Kamu sendiri apa? Jalan kesana-kemari sama berondong. Malu-maluin." Suara decihan terdengar menyusul setelah ledekan tersebut.

Gadis kecil tersebut melirik ke arah kedua orang tuanya lalu menatap kedua kakak lelakinya yang berdiam mematung dari depan kamar mereka menatap kedua orang tuanya dalam diam. Tak ada yang bisa mereka lakukan, hanya pasrah menatap semua yang akan terjadi di depan mata.

Si anak kedua akhirnya sadar, bahwa adik kecilnya mendengarkan semua pertengkaran bersama ia dan kakaknya. Ia pun meminta sang adik mendekat, dan langsung ia peluk erat. Sang kakak yang melihatnya lalu mengarahkan kedua tangannya menutupi telinga sang adik terkecil.

Karena pada akhirnya ia tahu, pertengkaran itu kembali berakhir dengan caci maki dan sebuah tamparan keras yang Boby layangkan pada istrinya dan tetap menembus gendang telinga Boby.

"Kalau bukan karena kamu hamil duluan kita gak akan nikah kaya gini."

"Cih! Kamu pikir aku sudi hidup dengan pria kaya kamu. Lebih baik kita cerai!"

"Oke, kalau itu mau kamu!! Kita cerai!!"

/o/o/

"Azizi, bangun!! Azizi Asadel!!"

Mendengar namanya dipanggil dengan suara nyaring seperti itu, membuat gadis tomboy itu bangun dari tidurnya dengan mendadak. Jelas kepalanya langsung terasa pusing setelahnya apalagi setelah memimpikan masa lalu keluarganya itu.

"Azizi bangun!! Kamu sekolah!!"

"Iya, Mah!!"

Azizi melirik ponselnya sekilas sebelum bangkit untuk pergi mandi dan bersiap-siap sekolah.20 menit telah berlalu, Azizi sudah turun dari lantai 2 rumahnya menuju ruang makan. Di sana ia melihat Mama tirinya tengah membuatkan roti, sarapan untuknya. Azizi menatap punggung wanita tersebut.

"Kok Mama yang bikinin sarapan?"

"Bi Inem lagi mandiin kucing-kucing kamu sama Pak Naim. Kamu sih, jarang mandiin.""Kan kucing-kucing Mama juga."

Azizi lalu melirik bangku di seberangnya, bangku Boby. Ia hanya tatap datar bangku tersebut. Mama tirinya lalu duduk di dekatnya, menaruh 2 piring roti untuk Azizi dan dirinya sendiri."Papa mana?"

"Udah berangkat kerja pagi banget. Kamu taulah Papa kamu, Zee."

Azizi melirik Mama tirinya sedih. Namanya Ayana, Azizi mengenal baik Mama tirinya tersebut karena jauh sebelum Boby dan Shania bercerai, karena faktanya Boby dan Ayana memang pernah pacaran semasa remaja, sayangnya kecelakaan antara kedua orang tuanya memaksa keduanya berpisah. Azizi sudah 16 tahun sekarang. Sudah cukup dewasa untuk mengetahui semua itu.

"Kerja, ya?" Tanya Azizi dengan lirih.

Ayana jadi menoleh. "Kenapa, Zee?"

"Gak."

Azizi tahu Papanya tidak benar-benar pergi bekerja sepagi ini. Penyakitnya tidak pernah sembuh. Azizi tahu itu. Azizi kembali melirik Mamanya. Apa wanita blasteran Indonesia-Arab-Jepang tersebut bisa sabar dengan Boby? Azizi tidak ingin kehilangan lagi. Ia sudah dipisahkan dengan kedua kakaknya karena masalah hak asuh keduanya dimenangkan Shania. Jikalau bisa, Azizi ingin memusnahkan Boby yang telah menyakiti wanita sebaik Ayana.

Another SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang