Azizi terbangun dari tidurnya dengan kepalanya yang berdenyut begitu hebat. Tidak hanya itu, tubuhnya juga terasa sangat amat pegal. Azizi lalu duduk, sambil memegangi kepalanya yang masih berdenyut. Ia lalu menoleh ke samping kiri dan kanannya, Lala dan Anin masih tertidur pulas di sampingnya tanpa sehelai benangpun.
Azizi menghela nafasnya. Merutuki dirinya sendiri bila mengingat hal yang telah ia lakukan semalam. Rangsangan dari film yang ditontonnya serta hawa panas dari alkohol yang diminumnya membuat Azizi terpaksa melampiaskan hawa nafsunya.
Azizi mengancingkan kemejanya sebelum bangkit dan memakai celananya yang tergeletak di lantai. Setelah kesadarannya benar-benar pulih, Azizi lalu keluar dari kamar Lala. Ia berjalan menuju ruang tengah dan mendapati Cindy sedang membereskan sampah-sampah bekas makanan mereka semalam.
"Kak Cinhap?"
Botol bir kosong yang Cindy pegang jadi terjatuh. Gadis itu benar-benar terkejut mendengar suara Azizi.
"Kenapa gak bangunin aku atau yang lain?"
"I-Itu emmm ka-kalian keliatan pules banget aku gak tega."
Azizi hanya mengangguk. Sementara Cindy kembali membersihkan ruangan tersebut. Azizi masih berdiri diam di sana memperhatikan Cindy. Gadis itu terus menunduk seakan enggan menatap Azizi yang ada di sana.
Azizi yang heran dan penasaran jadi menahan tangan Cindy yang ingin melewatinya. "Kak Cindy, kenapa?"
Gadis itu masih menunduk lalu menggeleng. "G-Gapapa, kok." Suaranya terdengar grogi.
Karena penasaran, dengan kurang ajarnya Azizi memegangi dagu Cindy mengangkat wajahnya agar menghadap Azizi. Semburat merah langsung muncul di wajah gadis cantik itu saat bertatap muka dengan Azizi. Baik Azizi terlebih Cindy tidak bisa melupakan apa yang terjadi diantara mereka semalam.
"Ma-Maaf, Zee." Cindy kembali menunduk, wajahnya masih memerah malu.
"Buat apa?"
"Buat yang semalem...."
"A-Aku yang harusnya minta maaf. Gak sepantesnya aku ngelakuin itu sama Kakak."
Cindy menggigit bibir bawahnya, ia memilih hanya mengangguk untuk membalas ucapan Azizi. Sementara Azizi masih terdiam, menggaruk lehernya. Ia bingung untuk berbicara apalagi pada Cindy. Teman Lala yang satu ini memang tidak mudah bergaul dengan orang baru, tidak seperti Badrun, Mira atau Amel.
Tiba-tiba pintu kamar Lala kembali terbuka. Sang pemilik apartemen berdehem lalu mendekati keduanya yang terlihat canggung. Azizi langsung menoleh dan mendapatkan kecupan selamat pagi dari Lala yang begitu sensual.
"Pagi, sayang. Kok gak bangunin aku?"
"Tadi Kakak keliatan pules banget."
"Akunya pules atau kamu mau godain Cindy? Hmm." Lala bertanya dengan tatapan penuh selidik.
Azizi yang kaget langsung menggeleng cepat. "Gak, Kak Lala. Mana ada aku godain."
Lala memicingkan matanya, ia dekatkan wajahnya pada Azizi. "Hmm. Awas aja kalau ketawan godain cewek lain depan aku." Lala lalu menatap Cindy. "Cin, gue mandi dulu, ya. Kalau Kak Anin bangun bilangin aja." Lala lalu merangkul lengan Azizi. "Mandi bareng yuk, Zee."
Belum sempat Azizi bereaksi, Lala sudah menarik lengannya kembali ke kamar. Azizi hanya melambaikan tangan pada Cindy dengan senyuman kikuknya.
/o/o/
Hari demi hari berlalu, sudah beberapa hari berlalu sejak hari dimana Azizi 'bermain' di apartemen milik Lala. Sudah beberapa hari juga kedua gadis itu tidak bertemu, hanya bertukar kabar saja melalui chat dan telepon. Beruntung selalu ada Chika yang menemani Azizi di waktu-waktu yang dibutuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Side
FanfictionWARNING 18++ Story not for child!! Sebuah kolaborasi bersama @Velaine48 Re-make of @FlitchySn0w story with same title. Inspired by Aku Padamu @adagiotempo Inti ceritanya Azizi menang banyak