"Baringin di ranjang yang ujung aja, Drun." Cindy menunjuk dengan dagunya mengarah ke sisi paling ujung dari kamar, ada sebuah ranjang single di sana.
Badrun hanya mengangguk, tampaknya membopong seseorang yang sedang mabuk merupakan pekerjaan yang cukup menguras tenaga, terlihat dari keringatnya yang nampak mengalir di pelipisnya.
Dengan perlahan kedua gadis tersebut membaringkan Chika dengan posisi nyaman di atas ranjang. Sedikit kesusahan tentunya dengan keadaan keduanya yang juga terpengaruh oleh alkohol. Untuk sesaat, Badrun terkunci pada wajah samping Cindy yang kini tengah berada di depan wajahnya, gadis itu masih sedikit memperbaiki posisi tubuh Chika.
Hidung mancung, bibir merah muda dan leher jenjangnya yang mulus, mau tak mau membuat pikiran si gadis berambut pendek terpaksa berkelana kemana-mana.
"Dah biarin gini aja." Cindy berucap pelan, kemudian mengikat asal rambut panjangnya yang tampak sedikit berantakan akibat keringat.
Badrun tak menyaut Tak begitu ngeh dengan apa yang kakak tingkatnya tersebut katakan, matanya fokus pada keindahan ciptaan Tuhan di depannya. Dalam hati ia berpikir, pantas saja gelar primadona melekat pada gadis itu, kesempurnaan dapat ia lihat tepat di depan matanya kini.
"Kak... Cindy?" Panggil Badrun pelan.
Cindy menoleh dengan santai. "Kenapa?"
"Panas, ya?" Badrun mendekat.
"Iya. Gerah banget, nih." Cindy mengibas-ngibaskan telapak tangannya.
"Buka aja kalau gitu."
"Hah?"
Entah keberanian dari mana, Badrun menuntun tangannya, ke arah kemeja yang Cindy gunakan, kemudian menarik kemeja yang memang tidak terkancing sama sekali tersebut, karena Cindy menggunakan tanktop hitam di dalamnya.
"Kamu gak tidur, Drun?" Cindy melepaskan kemejanya, setidaknya sekarang tubuhnya terasa lebih baik. Hawa dingin dari AC yang menyala cukup untuk membuat suhu tubuhnya mereda.
"Aku gak ngantuk, Kak. Cuma agak pusing aja, sih." Badrun menarik diri, pikiran kotornya coba ia alihkan, bahkan ia merutuki dirinya sendiri yang barusan begitu lancang.
Ia kini tengah memijit-mijit pelipisnya yang terasa sedikit berdenyut sembari menduduki dirinya di ranjang yang berukuran untuk dua orang yang terletak beberapa langkah saja dari ranjang dimana Chika tertidur sekarang.
"Sini aku pijitin." Cindy mendekat ke arah Badrun dan ikut duduk di sebelahnya, ia hadapkan tubuhnya ke arah Badrun, lalu ditariknya wajah gadis berambut pendek tersebut untuk menghadap ke arahnya.
Nafas Badrun terasa semakin memberat, dengan pipi yang semakin memanas, bertatapan langsung dengan jarak sedekat ini dengan seorang primadona kampus yang diagung-agungkan semua orang, merupakan sebuah keberuntungan mutlak baginya.
"Masih pusing?" Cindy kembali mengeluarkan suaranya ketika melihat adik tingkatnya tersebut hanya terpaku dan diam menatapnya.
Entah ada insting apa, tanpa diperintahkan oleh otaknya sendiri, kini tangan Badrun yang tadi menggantung bebas, naik ke arah tangan Cindy yang masih memijit-mijit kepalanya. Tanpa melepaskan kuncian matanya, digenggamnya tangan gadis cantik tersebut, membuat pijitannya terhenti, dan otomatis pandangan keduanya bertemu dan saling mengunci.
Pandangan Badrun turun ke arah Bibir merah muda milik Cindy, bibir yang sempat ia rasakan beberapa menit lalu saat bermain SoD, bahkan rasa manis dan lembutnya masih begitu dapat ia rasakan sekarang, membuatnya ingin mengulanginya sekali lagi.
WARNING 18+ Not for Child
"Kak Cindy...." Panggil Badrun dengan suaranya yang terdengar begitu berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Side
FanficWARNING 18++ Story not for child!! Sebuah kolaborasi bersama @Velaine48 Re-make of @FlitchySn0w story with same title. Inspired by Aku Padamu @adagiotempo Inti ceritanya Azizi menang banyak