Dok! Dok! Dok!
Suara gedoran pada jendela mobil Azizi membangunkan kedua insan yang tertidur di dalamnya. Azizi langsung bangkit dan menoleh keluar jendela. Mendapati Evan berdiri di luar menatap ke dalam mobil dengan wajah penasarannya. Beruntung mobil Azizi berkaca gelap sehingga orang tidak bisa melihat keadaan di dalam mobil dari luar.
"Brielle, ka-" Ucapan Azizi terpotong saat melihat Brielle sudah bangun. "Masih sakit?"
"Emm. Gak," jawab Brielle pelan.
Walau sedikit lemas, Brielle tetap memasang kembali kancing seragamnya. Sementara Azizi membantu menaikkan celana dalam Brielle. Ia cium sejenak dada Brielle dari luar seragamnya.
"Zee, Evan duluhhh."
"Ah, iya." Azizi lalu bangkit dan membuka pintu mobilnya untuk menemui Evan. "Kenapa, Van?"
Evan melirik sedikit ke dalam mobil. Penasaran tampaknya. "Ngape-ngape bae. Udah jam pulang, Jii."
"Seriusan?"
"Seriusan. Gue sama Olla cariin lu daritadi. Sampe ke kelasnya Brielle. Eh, taunya lu berdua ketiduran dimari." Evan menjawab dengan malas.
"Gurunya nyariin gue, gak? Gue dapet hukuman?"
Evan terkekeh. "Yaelah, Jiii. Mane ada dah guru yang berani ngehukum cucu ketua yayasan."
Azizi hanya menggeleng saja. "Apaan, sih."
"Hahaha. Yaudah. Nih, ah. Tas lu berdua." Evan memberikan tas milik Azizi dan Brielle yang dibawanya sendiri tadi. "Sana dah pada pulang lanjutin tidurnya."
Setelah Azizi mengambil alih tas keduanya dan menaruhnya di dalam mobil. Evan lalu berbisik pada teman sekelasnya itu.
"Main berapa ronde sih lu, Jii? Sampe lemes gitu anak orang?"
Azizi langsung terbelalak dan dengan reflek ia pukul Evan menggunakan tangan kanannya yang sakit. "Ngasal banget."
"Aduh!" Evan memekik kesakitan. "Bukannya lagi sakit ye tuh tangan?"
"Sehat kalau buat mukul lu."
"Bener-bener Ajiji Asa de el!"
"Bodo amat, Van."
"Yeudah ah, gue balik. Lo hati-hati bawa mobilnya. Mending cuci muka dulu sana. Beler banget."
"Iya, Van. Thanks, ya."
Evan hanya mengangguk lalu pergi dari hadapan Azizi. Azizi melirik ke dalam mobil sejenak, sepertinya Brielle kembali tertidur di kursi belakang. Akhirnya Azizi mencuci mukanya dengan air mineral dari botolnya sebelum bersiap-siap pulang sekolah.
/o/o/
"Biyel, bangun." Azizi menepuk pelan pipi chubby Brielle. "Udah sampe rumah aku."
Brielle mengerjapkan matanya, memperhatikan sekelilingnya. Mobil Azizi sudah sampai di parkiran rumah Azizi, Brielle langsung bangun dan keluar dari mobil Azizi dengan tas di tangannya.
"Kita ketiduran berapa lama tadi, Zee?" Tanya Brielle yang entah mengikuti Azizi di belakangnya.
"Cukup lama sampe bel pulang." Azizi lalu menoleh, baru menyadari bahwa Brielle mengikutinya ke dalam rumah. "Ada apa?"
"Aku mau ngobatin tangan kamu lagi."
"Udah gak sakit lagi, kok."
"Jangan bohong, Ajiji alay."
Azizi jadi mengerucutkan bibirnya. Ia lalu tatap Brielle kembali. "Kamu udah gakpapa? Masih sakit gak itunya?"
Wajah Brielle spontan memerah mendengar pertanyaan Azizi. "Emmm. U-Udah mendingan," jawabnya malu-malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Side
FanfictionWARNING 18++ Story not for child!! Sebuah kolaborasi bersama @Velaine48 Re-make of @FlitchySn0w story with same title. Inspired by Aku Padamu @adagiotempo Inti ceritanya Azizi menang banyak