1. Star

1.8K 224 52
                                    








     "Indah banget, Tuhan ..."

     Dazel antusias mengarahkan kamera yang melingkari leher ke arah hamparan padang Verbena, bunga yang menyerupai lavender, yang sedang berada di puncak keindahannya pada bulan-bulan itu. Momen langka yang hanya bisa dijumpai pada waktu-waktu tertentu dalam perjalanan mendaki puncak Semeru.

    "Daz, fotoin gue juga dong, cepet!"

     Lukas Suhendar, atau yang lebih akrab dipanggil Luki, sahabat baiknya, bergegas berlari dan berpose di antara hamparan bunga berwarna ungu itu sebelum Dazel tanpa memprotes segera mengambil potretnya dengan bidikan yang tepat untuk beberapa kali.

     "Udah!" kata Dazel, mengisyaratkan pada Luki untuk kembali mendekat.

     "Keren!!!" ujar Luki setelah Dazel menunjukkan hasil bidikannya yang memang bisa diandalkan.

     "Sekalian cetak ongkosnya sekian."

     "Amit-amit dah!"

     Dazel terkekeh lalu menyimpan kembali kameranya sembari melanjutkan langkah mengikuti rombongan pendaki dari kampusnya.

     Perjalanan mereka masih panjang; kegiatan yang dia ikuti setiap tahun demi melepas penat hari-hari kuliah dan pemandangan membosankan ibukota. Dan melihat savana, salah satunya di Semeru ini, adalah alasan kenapa Dazel menyukai pendakian.

     "Beruntung banget nggak sih kita dateng sekarang? Bunganya pas lagi subur-suburnya gini," ucap Luki di tengah langkah mereka menyusuri padang Verbena.

     "Banget," jawab Dazel, menyapukan pandangan mengagumi hamparan luas yang membawa damai tersendiri untuknya. "Serius, cantik banget di sini."

     "Kalo Savana?"

     Dazel seketika mengerling pada seringai lebar Luki. "Beda konteks, Rojali!"

Yang dimaksud oleh Luki adalah Savana Ayu Wijaya, teman kuliah mereka yang Dazel sendiri lupa sejak kapan mereka menjadi dekat.

     "Kan cantik juga, Dul? Suka nggak?" Luki terkekeh keras.

     "Sekali lagi beda konteks ya, Bang," tukas Dazel.

     Luki berdecak pelan. "Tapi lo tempelin mulu ke mana-mana gitu jadi konteksnya apaan, Daz?"

     "Best friends?"

     "Best friends?" ulang Luki, tertawa, "... hahahahaha, bullshit."

     "Ya jangan samain sama lo yang tiap cewek lo sepik!" Dazel menukas.

     "Gue ganteng kalo sombong ntar dikira pelit sama pemberian Tuhan."

     "Itu sih emang dasar mulut lo aja busuk!"

     Dazel gesit menghindari ayunan tangan Luki yang siap menghempas kepalanya sebelum keduanya tertawa.

     Bagi Dazel, laki-laki dan perempuan berteman baik atau dekat itu bukan hal yang mustahil. Tapi entah konsep pertemanan seperti apa yang diyakini oleh Lukas, yang jelas pemuda itu selalu menunjukkan ketidakpercayaan setiap Dazel menjawab bahwa antara dirinya dan Savana tidak lebih dari dua orang teman baik.




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Star and SavannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang