[Dazel]Gue pikir rada nggak masuk akal sih ngajakin Sasa camping. Bukannya apa-apa tapi Sasa sendiri bilang dia nggak terlalu suka sama kegiatan satu itu dari sejak dia masih sekolah.
Orang yang kenal Sasa pasti ngerti salah satu alasan utamanya apa: dia termasuk golongan clean freak yang isi tasnya nggak jauh-jauh dari hand sanitizer atau antiseptic wipes. Yang juga nggak pernah lupa nyelipin stainless straw sama foldable shopping bag ke dalam tasnya ke kampus. Pokoknya 11-12 lah sama Ibu Ira, alias housewife material banget.
"Sebenernya sih gue juga pengen ngerasain naik gunung. Tapi ... gue mikir kalo pipis mesti di semak-semak itu loh, aduh!"
Gue ketawa dengar pengakuan Sasa soal itu. Iya emang bener sih kalau naik gunung itu mesti punya surviving skill sama mental yang kebal. Mesti rela nggak mandi bahkan sampai beberapa hari kalau medan pendakian yang ditempuh nggak cukup makan waktu sehari semalam.
"Makanya gue kalo pengen aktivitas outdoor biasanya cuma piknik aja. Atau ke pelosok yang intinya masih ada tempat nginep sama toilet bersih lah."
Dia itu suka bintang. Dan gue suka banget pamerin dia hasil jepretan langit malam di pendakian dimana biasanya pas banget lagi banyak bintangnya. Kalau udah gitu dia cuma nyebik.
"Sekali-sekali deh, Sa, coba naik gunung. Sama gue deh."
"Enggak, makasih."
Tapi ajakan gue kali ini cuma ke tempat camping yang udah pasti ada fasilitas toilet, jadi gue rasa Sasa nggak bakal nolak. Gue harap sih dia nggak nolak.
"Iya gue kabarin lagi— besok? Okay?" Gitu tadi dia bilang.
Gue iyain jawaban dia sebelum kemudian panggilan dari Randy masuk ke handphone gue setelah Sasa menutup sambungan kita gitu aja.
"Apaan, Ren?"
"Eh, lo besok ngapain?"
"Gue? Sibuk sih."
"Sibuk apaan?"
"Sibuk mikir gue mesti ngapain."
"Sat!"
"Heheheh ... napa emang?"
"Serius nih, gue ada tiket nonton tapi gue nggak bisa berangkat. Lo mau?"
"Boleh sih ... kalo gratis."
"Lo jangan kek tai dong, sejak kapan sih gue acara ginian pake minta ganti duit?" sembur Randy kesal.
"Iya kali aja, kan agenda pengangguran kita udah mau mulai."
"Elo aja nganggur. Gue mah enggak."
"Ya udah, nonton apaan?"
"Lo lihat sendiri aja. Romance kok. Tiketnya dua, terserah lo mau ngajak siapa."
"Oke, gue mau."
"Ntar biar dianter ke rumah lo sama Pak Jaja sekalian dia jemput nyokap, lo nggak bakal ke mana-mana kan?"
"Enggak kok, santuy!"
"Oke, gue titipin ke Pak Jaja kalo gitu."
Gue senyum lebar. Asik! Di pikiran gue spontan berniat ngajakin Sasa buat pergi nonton. Siapa lagi? Bodo amat dikatain Luki soal prioritas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Star and Savannah
Fiksi Umum"Dia suka savana. Denotatively, haha...bukan gue," monolog si gadis, Savana, yang selalu menyukai bintang dalam gelap langit malam dan si pemilik nama dengan makna yang sama: Alterio Dazel Wirendra. Empat tahun pertemanannya dengan Dazel, Savana ham...