12. Truth... or Dare?

812 169 35
                                    







[Savana]


Dazel langsung melihat ke arah gue waktu kita tahu kalau orang yang dateng sama Mima dan Anya adalah Hardian. Gue jelas kaget. Anak-anak lain juga. Hardian bukan temen satu jurusan kita. Tapi kita tahu kalau Hardian emang lumayan kenal baik sama Mima. Cuma kayak nggak nyangka aja dia sampai ikut kita camping.

"Oi, Ian, kirain siapa Mima bilang ngajak temen. Taunya elo," kata Luki waktu Hardian akhirnya turun dari mobil dan high five-ing mereka satu per satu.

"Nggak keberatan 'kan gue gabung? Kalo enggak gue balik nih langsung," sahut Hardian setengah bercanda, sebelum dia berhadapan sama gue. "Hai, Sa!"

"Hm," jawab gue pendek dan mengulas senyum gue sebaik mungkin.

     "Jadi kita break dulu bentar apa mau pasang tendanya sekarang?" ujar Randy kemudian.

     "Sekarang aja lah, pasang mode santai. Toh kita nggak buru-buru juga," Dazel menanggapi seraya beranjak buat ngambil satu set tenda yang dia bawa dan bilang ke gue, "Sa, kita pasang tenda yang buat lo sama Nola aja dulu."

     "Buat kita?" tanya Nola, buru-buru mendekat. "Oke, sini gue bantuin."

     Akhirnya semua mulai sibuk sama tenda masing-masing. Dazel, Nola, gue—kita memasang tenda kecil buat berdua, lalu ngebantuin Luki buat memasang tenda yang lebih gede. Kayaknya sih buat mereka tidur sama Yasa dan juga Randy. Dua tenda kecil lain juga dipasang, masing-masing buat Joanna sama Daisy, dan Mima sama Anya. Hardian?

Ternyata dia bawa tenda sendiri.

Setelah semua tenda siap, kita istirahat sebentar sambil menyiapkan meja, kursi, alat pemanggang, dan lain-lain. Termasuk pergi buat nyari kayu bakar. Gue pergi sama Nola dan Dazel, setelah Mima dan Daisy ditunjuk buat jaga tenda dan barang-barang lain termasuk kendaraan kita.

     Semakin sore semakin terlihat lebih banyak tenda-tenda yang berdiri di area itu. Kebetulan titik camp kita ada di sebelah sungai. Jadi sambil istirahat setelah capek nyari kayu bakar, sebagian dari kita duduk di batuan di pinggir sungai dan merendam kaki di sana.

"Airnya bersih banget, bisa kali buat mandi," ujar Luki yang udah berganti pakai sleeveless shirt sama celana pendek dan ikut nyeburin kaki di sungai.

"Ya lo aja mandi di sini," sahut Joanna sembari nyipratin air ke arah Luki.

"Eits! Jangan gitu dong, Jo. Nih ntar kalo baju gue basah nggak ada ganti, lo siap lihat gue bugil?"

"Najissss!!!"

"Najis sih kagak. Cuma nggak halal aja."

Padahal kayaknya seisi kampus udah sempat dibikin heboh gegara Lukas buka atasan seragam bola dia pas jurusan kita menangin pertandingan futsal. Body ideal yang disebut ala model sampul majalah dewasa ditambah muka yang manis-manis maskulin jadi bahan omongan bahkan sampai para dosen pun tau. Makanya nggak heran kalau popularitas 'Bang Luki' di kampus ngalahin nama ketua BEM fakultas di angkatan kita.

Kita ngabisin sore dengan becandaan dan menikmati bias matahari yang kuning sempurna hari itu. Keren. Nola yang kebetulan juga punya hobi fotografi, berdua sama Yasa sama-sama jalan nyari spot buat ngambil potret pemandangan sore di tempat itu. Sementara Randy sama Mima nyalain kompor dan merebus air buat bikin minum. Katanya biar kayak anak indie si pecinta senja dan kopi.

Semakin gelap, Randy, Mima, Anya dan Hardian yang tadi sempat pamit buat jalan-jalan di sekitar perkemahan, akhirnya balik lagi ke camp dan ikut gabung sama kita.

Star and SavannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang