[Dazel]Pertemuan pertama gue sama Sasa itu bisa dibilang lucu.
Dan gue nggak akan lupa.
Kita masih calon mahasiswa baru waktu pandangan gue tanpa sengaja lihat cemong merah di bagian belakang celana Sasa. Demi Tuhan gue bukannya jelalatan ngelihatin sampai ke situ, tapi kebetulan aja pandangan gue nemu noda ganjil di celana denim warna terang yang dipakai cewek bertubuh chubby yang berdiri nggak jauh dari gue.
Gue yakin dia nggak sadar kalau lagi dapet. Dan karena itu gue buru-buru deketin dia dan mencolek pundaknya ati-ati.
"Ehm—sorry ..."
Cewek itu noleh dan kelihatan agak kaget, pasti, semua orang bakal bereaksi sama kalau tiba-tiba disamperin sama stranger. Sebenernya gue sedikit ragu buat kasih tau dia, tapi gue rasa lebih baik gue nekad kasih tau sekarang daripada dia malu nanti.
Gue ulas senyum canggung dan nundukin sedikit kepala gue, pelan ngomong ke dia, "Sorry ya, tapi ada noda merah di celana lo."
Cewek itu mendelik kaget, rautnya berubah ngeri sambil ngomong, lebih ke dirinya sendiri, "Mampus!"
"Oh, are you okay?" tanya gue ikut panik ngelihat dia spontan merapat ke tembok. Di pipinya muncul semburat merah yang gue ngerti mau nggak mau dia pasti malu. "Em— lo bawa pads nggak?"
Dia tambah kaget ngelihat ke gue.
So, before it get worse, gue coba periksa dalam tas gue sendiri dan ternyata gue nggak lupa bawa pads di situ. Gue tarik kantong kecil warna kuning cerah dari tas gue, isinya dua pads, dan gue serahin kantong itu ke dia. "Nih, pake aja."
Dia masih ngelihatin gue bingung, yang gue nggak heran karena cewek manapun pasti kaget kalau tiba-tiba dikasih pembalut sama orang asing dan orang itu cowok.
"E—oh, please jangan kaget, gue biasa bawain ini buat jaga - jaga kalo cewek gue juga lupa bawa pas tanggalnya. It's normal, so ... take it," kata gue, berusaha bikin situasi itu masuk akal, dan untungnya cewek itu akhirnya ngangguk.
"Oh ... iya, makasih."
Waktu itu gue masih pacaran sama Alia. Dan iya, gue bawa pads dalem kantong di tas gue itu buat jaga-jaga kalau misalkan Alia sendiri lupa bawa. Itu ide Alia, tapi gue sama sekali nggak keberatan. Toh, nggak ada yang salah dengan bawain pads buat cewek gue sendiri.
Gue sempat ngawasin Sasa melesat ke arah toilet sambil ngiketin cardigan yang dia pake di pinggang buat nutupin bagian belakang celana dia, dan gue nggak lihat dia lagi setelah itu.
Gue pikir kita nggak akan ketemu lagi.
Tapi ternyata kita temen satu jurusan. Satu kelas. Gue hampir nggak sadar sampai gue ngedarin pandangan ke seisi ruangan dan gue nangkep sosok Sasa duduk di deretan belakang.
Her chubby figure, dengan rambut digelung tinggi dan berponi, berkemeja biru cerah, gue yakin itu cewek yang gue samperin tempo hari.
Tanpa pikir panjang, gue pun melipir ke meja dia begitu ada kesempatan.
"Loh—hei," sapa gue sok kaget. "Yang waktu itu kan?"
Dia ngulas cengiran sekilas.
"Ternyata kita satu jurusan ya," kata gue lagi, sambil nyodorin tangan. "Gue Dazel."
KAMU SEDANG MEMBACA
Star and Savannah
Genel Kurgu"Dia suka savana. Denotatively, haha...bukan gue," monolog si gadis, Savana, yang selalu menyukai bintang dalam gelap langit malam dan si pemilik nama dengan makna yang sama: Alterio Dazel Wirendra. Empat tahun pertemanannya dengan Dazel, Savana ham...