Aku membuka mataku. Ternyata aku sudah ada di kamar ini. Aku begitu kaget saat melihat Taehyung tidur disebelahku. Ia tertidur dengan sangat pulas.
Aku mulai bangkit dari kasur ini. Lalu saat hendak keluar dari kamar, Taehyung memanggilku.
"Waeyo?" tanyaku pelan tanpa berbalik ke arah Taehyung.
"Tunggu aku" ujarnya pelan. Sepertinya ia berjalan ke arahku.
Aku tak menghiraukannya. Aku berjalan keluar kamar.
Saat di tangga, Taehyung merengek-rengek kenapa aku tidak mau menungguinya. Yah, aku tak mempedulikan apa kata Taehyung. Bisakah dia membiarkanku sendirian untuk saat ini??
"Hyun-ah.."
"Kau latihan saja. Yang lain sudah ke BigHit kan" ujarku tanpa menatap Taehyung sama sekali. Aku hanya terus berjalan ke dapur.
"Kau marah padaku?" tanya Taehyung begitu aku sudah ada di dapur.
Tadinya aku ingin mengambil gelas yang ada di rak atas dapur ini. Namun aku tiba-tiba terdiam karena pertanyaan Taehyung.
"Hyun?"
Aku kembali melanjutkan aktivitasku. Aku mengambil gelas yang akan kujadikan tempat untuk menuangkan teh hangat.
"Kau mar-"
"Tidak" jawabku dengan cepat.
Taehyung terdengar menghela napas. "Tapi kau terdengar sedang marah, Na-"
"Sudah kubilang tidak"
Pemuda itu melangkahkan kakinya. Ia memelukku dari belakang. "Kenapa kau menangis tadi pagi?"
Aku terdiam. Sungguh, apa Taehyung tidak sadar akan kesalahannya? Ia sangat menyebalkan. Benar-benar pandai berakting. Namun aku harus menahan amarah ini. Sebelum aku melihat bukti-bukti yang lainnya.
"Kenapa, Hyun-ah??"
Aku tersenyum miring sembari mengaduk-aduk teh yang kubuat. "Seseorang mematahkan hatiku. Namun belum sepenuhnya. Mungkin hari-hari berikutnya, hatiku akan patah. Sepenuhnya"
Taehyung melonggarkan back hug kami. "Siapa?? Beri tahu aku, Nahyun.. Cerita saja padaku"
Aku berbalik. Kini aku ada di hadapan Taehyung. Aku tersenyum tipis padanya. "Aniyo. Sepertinya masalahku terlalu berat. Aku juga tidak ingin membebanimu"
Taehyung terdiam. "Gwaenchana, Nahyun-ah.. Beri tahu aku saja"
Aku masih memajang senyumanku. "Aniyo, tidak apa-apa"
"Hyun-ah.."
"Kau saja tidak mau memberitahuku, kenapa aku harus memberitahumu?? Aku kira kita sepasang kekasih yang mau saling mengerti satu sama lain. Merasakan suka dan duka bersama"
Aku terdiam sejenak setelah mengatakan itu. Taehyung juga terdiam di tempatnya. Kemudian aku berjalan melewati Taehyung yang sedang membeku. Sebelum kembali berjalan, aku menghentikan dulu langkahku. "Cepatlah ke BigHit, kau harus latihan"
Kemudian aku kembali berjalan. Astaga, rasanya sulit bersikap seperti tadi pada Taehyung. Namun mau bagaimana lagi?? Aku ingin mendengar dan melihat semuanya sendiri dari Taehyung. Aku melakukan ini agar Taehyung mau memberitahu semuanya. Aku akan percaya kalau itu dari mulut Taehyung.
Percaya kalau Taehyung itu memang mengkhianatiku.
~~
Aku berjalan-jalan disekitar Sungai Han. Menikmati semilir angin pagi hari seperti. Aku berencana pergi ke rumah sakit untuk melepas gips ini. Sepertinya sudah sembuh. Gips ini harus dilepas. Aku tidak nyaman sejujurnya menggunakan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM AN ARMY [END]
FanfictionAku hanyalah seorang ARMY. Fans kalian. Tapi apakah salah jika aku merasa sakit saat melihat orang yang paling kucinta ternyata menutupi sebuah rahasia selama ini?? Sebuah rahasia yang membuatku hancur berkeping-keping.