"Eomma.."
"Ada apa, sayang??"
Aku menatap eomma-ku yang sedang memasak. Yah, jam 5 pagi tadi aku sudah sampai dengan selamat di Amerika. "Apa.. meninggalkan orang yang kita cintai itu salah?" tanyaku dengan ragu.
Eomma-ku menoleh. "Apa maksudmu, sayang?"
Aku terdiam. Lalu aku menggeleng pelan.
Eomma tiba-tiba terkekeh. "Meninggalkan orang yang kita cintai itu tidak salah.. Apalagi demi kebaikan orang yang kita cintai.. Itu tindakan yang tepat"
"Ta.. tapi.. Apa baiknya bagi dia?" tanyaku begitu eomma menghampiriku dengan membawa piring yang berisi pancake.
Ia duduk di hadapanku. "Setidaknya dia menyadari kesalahannya dan takkan mengulangi itu.."
Aku mengangguk-angguk. Entah kenapa eomma seperti mengerti siapa yang kubicarakan.
"Eomma.. suami baru eomma ma-"
"Aniyo, tidak ada. Eomma berbohong waktu itu agar kau mau kesini"
Aku kembali mengangguk. Rupanya seperti itu..
"Sayang.. maafkan eomma. Selama ini eomma tidak pernah memperhatikanmu.."
Aku tersenyum tipis. "Gwaenchana, eomma.. Aku tahu eomma melakukan itu agar almarhum appa mau berubah. Seperti apa yang eomma katakan!"
Ia terkekeh pelan. "Tapi.. dia tidak berubah.. Dia tetap seperti itu. Terus memainkan hati eomma"
Aku mengangguk. "Dia juga malah meninggalkanku"
"Seharusnya eomma tidak meninggalkanmu, ya sayang.."
Aku menggeleng pelan. "Eomma. Semua yang kita lakukan dan putuskan itu pasti selalu ada hikmahnya. Percayalah"
Eomma mengangguk-angguk. "Putriku sudah sangat dewasa ya"
Aku terkekeh. "Hidup sendiri membuatku bersikap dewasa menghadapi semua masalah, eomma! Tapi.."
"Tapi? Tapi kenapa?"
Aku kembali menatap eomma. Lalu aku menggeleng. "Tidak. Tidak ada apa-apa"
Eomma menghela napas. "Nak. Memang cinta itu terkadang membuat kita buta. Membuat kita melupakan diri kita. Membuat kita terlalu agresif, atau kekanak-anakan. Tapi.. ya itulah cinta. Pasti akan ada saat-saat dimana mereka bersikap dewasa, kekanak-anakan, saling cemburu.. Juga ada waktu dimana kita harus saling berjauhan dengan pasangan kita. Tidak bertemu dulu. Kupikir tak ada yang tak seperti itu dalam sebuah hubungan. Apalagi cinta"
Lihat? Eomma seperti mengerti masalah apa yang sedang kuhadapi.
"Tapi yang salah. Kalau kalian terus seperti itu. Salah, kalau kalian terus berjauhan, tak lagi saling bicara. Itu sebuah kesalahan besar dalam cinta. Bahkan itu bisa merusak hubungan kalian"
Aku terdiam mendengarkan penjelasan eomma. Aku memasukkan kata-kata eomma ke otak, juga ke hati. Apakah.. aku tidak boleh berlama-lamaan seperti ini dengan Taehyung? Maksudku, terlalu lama berjauhan. Aku memang ingin jauh dulu darinya. Tapi aku tak ingin hubunganku dengannya hancur.
"Eoh? Gelangmu bagus juga.. Pasti Kim Taehyung kan yang berikan.."
Mataku sukses membulat. "Eo.. eomma tahu soal in-"
"Tentu saja. Makanya eomma mengerti kenapa kau bertanya seperti itu"
Aku tersenyum tipis. "Aku tak menyangkan eomma memperhatikan diriku"
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM AN ARMY [END]
FanfictionAku hanyalah seorang ARMY. Fans kalian. Tapi apakah salah jika aku merasa sakit saat melihat orang yang paling kucinta ternyata menutupi sebuah rahasia selama ini?? Sebuah rahasia yang membuatku hancur berkeping-keping.