Tepat bulan Juli tahun 2018. Saat kita tengah berada di kota yang cuacanya sedikit mendung, awan seperti sedang bersedih. Padahal aku dan kamu sedang bahagia bahagianya seperti layaknya bunga yang sedang mekar dan di hinggapi oleh kupu kupu yang cantik. Kamu tampak cantik waktu itu. Walau tanpa riasan make up yang terpajang di wajahmu.
Perempuan yang sederhana, prosa yang tidak berlebihan untuk menceritakan kesederhanaan dari sudut pandang ku. Sungguh aku luluh dengan diorama mu, jika aku pandai membuat puisi saat itu seperti cahiril anwar mungkin akan kubuat beberapa puisi untuk melukiskan keindahan mu dengan sebuah kata kata. Mungkin saja aku bukan laki laki terbaik yang ada di bumi ini, namun kamu harus tahu aku memiliki suatu niat untuk mu.
Aku berniat untuk menyatakan perasaan ku padamu. Jika lebih lama ku gantungkan perasaan ku mungkin saja akan ada yang lebih baik dariku dan kemudian kamu pergi layaknya angin yang yang berhembus. Jadi aku akan mencoba menyatakannya urusan di Terima atau engganya belakangan setidaknya rasa sesak ku dalam dada akan sedikit berkurang.
Langit mulai gelap hanya sedikit warna orange di langit yang terlihat. Aku dan kamu bergegas untuk pulang dari kota, di perjalanan akhirnya awan menangis deras dan kita pun memutuskan untuk berteduh di halte, menunggu hujan reda. Aku mengelap air yang membasahi pipiku. Tapi kamu malah sengaja memercikkan air hujan di wajahku, aku pun membalasnya. Lalu kita tertawa sambil bermain air.
Tidak berani bermain hujan. Kita hanya memainkan air yang turun dari ujung atap halte. Pada saat itu, matamu lebih menarik dari hujan yang membasahi jalan. Matamu seolah meneduhkan jiwa ku. Biasanya aku mengeluh di saat hujan datang tapi kala itu, entah mengapa aku menikmati turunnya hujan bersamamu. Tanpa di sadari aku terbawa suasana duniamu dan hujan secara tidak langsung momen ini akan terpajang di dinding ingatan.
Selang beberapa menit tiba tiba aku teringat dengan ingatan ku yang ingin menyatakan perasaan ku padamu. Beruntungnya aku di saat kita meneduh ada tanaman bunga kecil yang tumbuh di halte. Ku ambil setangkai bunga yang berwarna unggu itu dan aku berdiri di hadapanmu, ku rapikan rambut mu yang sedikit basah itu di belakang telinga dan ku taruh bunga itu di sela sela telingamu.
Muka ku mendekatkan diri di samping telinga mu dan berbisik. " Kamu cantik hari ini dengan bunga yang ku berikan.... Kamu mau ga jadi kekasihku yang akan selalu aku bangga kan kepada orang tuaku dan orang sekitar ku? " Aku tidak peduli walau saat itu ada orang yang memperhatikan ku dengannya biar mereka menjadi saksi jika perempuan yang ada di depan ku ini adalah perempuan yang berharga kedua dari ibuku.
Dan aku mencintainya, suasana hening seketika wajahku memerah karena baru pertama kali mengungkapkan perasaan ku kepada seseorang. Tapi setidaknya sesak di dadaku sudah berkurang, aku berdiri kembali di sampingnya dan menunggu jawabannya. Tiba tiba tangan mu memegang tangan ku, aku menatap dan kamu membalasnya. Aku menatap lebih dalam kesana lalu menenggelamkan diriku berlama lama.
Aku tersadar di saat telingaku mendengar kata iya dan aku pun tersenyum lebar. Akhirnya niat ku berhasil untuk mendapatkan mu.
~~~ momen momen terindah kita bersama akan menjadi sebuah prasasti yang akan kita berdua kenang selamannya ~~~
