LULUS!! 🎬

38 6 1
                                    

Hello im back




🐣🐣🐣

Kabar Rani masih terus di cek setiap hari oleh Taufiq. Kalau suka bilang aja Fiq ga usah gengsi. Terkadang gengsi itu membuat kita menjadi ketinggalan atau keduluan dengan orang lain.

Saat ini, Taufiq sedang ada di rumahnya. Duduk berdiam diri setelah sholat, mengangkat tangannya dan berdoa agar Rani cepat pulih.

Hari demi hari berlalu, ujian untuk angkatan Taufiq sudah dekat. Taufiq, Gio, dan Ravin sangat giat belajar agar mereka lulus utbk.

Rani dipindahkan ke rumah sakit di dekat rumahnya, supaya teman temannya lebih nyaman untuk menjenguknya.

Mereka juga tidak perlu membutuhkan kendaraan pribadi karena tempat yang dekat dengan rumah mereka.

Guru-guru juga banyak yang mengunjungi Rani. Kiran dan Gio bergantian menjaga Rani di rumah sakit.

Kiran jaga malam dan Gio sepulang sekolah hingga Maghrib. Gio dan Kiran menunggu kapan Rani bangun, membuka matanya melihat dunia.

Rani masih memiliki banyak orang yang menyayangi dan mencintai dirinya, walaupun dia sudah di tolak oleh Taufiq.

Dia selalu menjadi yang terbaik, hal itu membuat Ziwi tidak suka terhadapnya. Ziwi merasa dikalahkan oleh Rani.

Ziwi tidak mau menjenguk Rani, walaupun hati nurani sebagai kakak ada rasa kasihan tetapi gengsi mengalahkan itu semua.

Ziwi di skors selama 3 hari dari sekolah karena melakukan hal kriminal.

Mengurung Rani di rumah kosong yang sempit udara itu bukankah termasuk tindakan kriminal?

Jika iya, maka Ziwi telah melakukan hal itu.

🐣🐣🐣

1 bulan kemudian...

Ujian nasional dan utbk telah di mulai. Ravin, Gio, Taufiq dan Ziwi telah mempersiapkan itu secara matang.

Hal itu membuat mereka sibuk dan tidak memperdulikan sekeliling, yang mereka lakukan hanyalah belajar, belajar dan belajar.

Hari demi hari berlalu, mereka telah menuntaskan ujian mereka. Dan tinggallah adik adik melaksanakan ujian kenaikan kelas.

Sama halnya seperti Rani sekarang yang sedang duduk di meja belajarnya sambil mengamati buku-buku tebal itu.

Rasa malas selalu ada di dalam dirinya, Gio yang selalu setia mendorong Rani untuk terus belajar dengan giat.

Menumbuhkan niat Rani untuk menjadi yang terbaik. Sambil terus menutup mulutnya yang selalu menguap, sambil ia mengerjakan soal-soal latihan buat ujian.

Jam, menit, dan detik terus berjalan. Hingga jam tidur tiba, Rani yang sudah betah duduk di kursinya itu pun akhirnya tertidur di mejanya. Gio masuk ke dalam kamar Rani untuk mengecek apakah Rani masih belajar atau tidak. 

Gio melihat Rani tertidur pulas di mejanya, hal itu membuat Gio tak tega ketika melihat jam di nakas Rani. Gio menggendong Rani menggunakan bridal style ke tempat tidur. Gio membereskan buku-buku yang berceceran di meja belajar Rani, mematikan lampu kamar, dan menutup pintu dengan pelan-pelan.

Gio yang sudah santai karena tak ada tugas lagi, ataupun segala macam ujian. Tapi dia merasa tak tega melihat Rani berjuang begitu keras untuk mencapai cita-citanya. Rani yang sekarang bertumpuk dengan ujian-ujian yang menumpuk di depan matanya saat ini. 

Rani tertidur pulas membuat Gio tenang, tidak merasa ada sesuatu yang harus kembali ia selidiki. Tapi ketika dia mengingat ingat tentang kelakuan Ziwi kepada Rani membuat ia lagi-lagi merasa marah. 

Entah mengapa hatinya tak tenang jika memikirkan hal itu, Gio berusaha untuk terus beristighfar. Sekarang ia hanya menunggu kelulusan.

🐣🐣🐣

Pagi ini matahari sangat terang benderang membawakan sinarnya, Rani terbangun dari mimpinya. "Hooaaaammmm ... " Rani menguap begitu lebar dan merentangkan kedua tangannya. 

"semalam, kan, tidur di meja. Kok sekarang di kasur, ya? Ah, bodo amat. Yang penting gue tidur nyenyak ... " gumam Rani. 

Rani turun dari kasur menuju kamar mandi untuk siap-siap berangkat ke sekolah. Rani bernyanyi di kamar mandi dengan suara gemericik air, membuat Gio terbangun. "huh? pasti ini kerjaan Rani kalau mandi nyanyi terus!! Gimana ga mau bloon, tuh, otak. Kerjaannya cuma nyanyi doang bukannya belajar."

Gio menyunggingkan senyum jahatnya, senyum untuk mengagetkan Rani. Gio menyelinap masuk ke kamar Rani dan berdiri di depan kamar mandi. Rani yang sedang bernyanyi merasakan bau bau parfum Gio di depan kamar mandi. 

"Gio pasti ingin mengerjainya lagi," batin Rani. Rani yang tau kelemahan Gio adalah takut dengan cicak. Rani mencari kardus kecil bekas sabun batang yang ia punya. Rani memasukkan cicak yang ada di kamar mandi ke kardus dan menutup kardusnya secara rapat. 

Rani mulai membuka pintu kamar mandi dan menyembunyikan kardus sabun itu dipunggungnya. "astagfirullah ... ngagetin aja si di depan kamar mandi juga." kaget Rani secara pura-pura. Gio tertawa karena berhasil mengagetkan Rani. 

"Oh, iya. Tadi aku denger suara temen-temen kaka, deh, di bawah." pancing Rani.

 "Kok gue ga denger?" tanya Gio. Rani menimang-nimang ucapan Gio dan menggeleng. Rani mengeluarkan kardus sabun yang ada dipunggungnya, dan memberikannya kepada Gio. 

"Ini tolong di buang! Tapi gue ga tau ada isinya apa ga, jadi sebelum di taro di tempat sampah di buka dulu, ok. Makasih kaka ter-uwu. sekarang turun ke bawah, ya!" Rani mendorong Gio untuk segera turun ke lantai dasar. Rani melihat gerak-gerik Gio, tepat sasaran! Gio benar-benar kaget karena isinya cicak dan berteriak kencang sekali. 

"AAAAAAAAAAAA ... Rani sialan!!" Gio segera melemparkan kardus itu ke tempat sampah. Naura terbangun karena teriakan Gio. 

"ada apa, sih, Gio? masih pagi udah teriak-teriak aja."

Gio menggeleng dan memelototi Rani karena telah usil. Rani langsung masuk dan berberes perlengkapan sekolahnya. Setelah selesai Rani turun ke bawah untuk sarapan. Gio masih membuang mukanya dari hadapan Rani. 

Rani tertawa melihat tingkah Gio yang sangat lucu baginya. Rani memeluk Gio dari belakang. menciumi pipi Gio bolak balik. Ini adalah cara merayu Gio yang terbaik. "Rani, kata kepala sekolah ujian kenaikan kelas di undur. Sekarang akan di buat kelulusan angkatan kaka kamu." 

Rani melompat lompat kegirangan, ulangan di undur adalah salah satu yang ia sukai. Yang membuat Rani heran mengapa sang mama bisa salah memberikan informasi membuat Rani kaget dan mulai rajin belajar. 

Kan kalo tau dari awal dia tak perlu belajar susah susah. sekarang dia perlu merebahkan dirinya untuk puas puasin tidur. "kamu juga ikut ke kelulusan kaka kamu!!" satu kalimat itu membuat Rani kecewa sebenernya, tapi ia tak mau mengecewakan sang mama dengan memasang muka kecewa.

Rani menyetujui ucapan mamanya, mamanya melihat itu tersenyum senang. "kalo bukan karena mama, sih, males banget." batin Rani. Rani melanjutkan makannya, walau ada nafsu yang berkurang. Dia mencoba menelan makanan itu agar masuk ke dalam perutnya. 

"Rani kamu ganti baju dulu, ya, mama dan kaka tunggu di bawah." 

🐣🐣🐣
Makasih buat yang udah baca bab ini, jangan lupa vote dan komennya

29 Juli 2020

Tertanda,
Kenes Indrani Siswanto

PERJALANANKU [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang