Rani Ngidam?🎬

9 1 0
                                    

Seorang ibu hamil yang kini sedang berada di meja makan sambil memakan nasi kuning yang belum selesai jua sedang di sidang oleh para orang tuanya.

"Udah hamil berapa bulan, de?"

"Masih dua minggu, Ma, Bun."

"Kamu tinggal di sini dulu aja, gimana? Kandungan kamu kan masih rentan. Kalau kamu tinggal di rumah berdua sama Taufiq nanti kamu kecapekan harus bebersih."

"Mama kok nuduh Taufiq membuat Rani jadi babunya Taufiq, sih?!"

"Sebenernya bukan seperti itu, tapi kalo kamu merasa bukan salah mama berarti. Mama mah hanya berkata sesuai fakta, kamu kan manja banget orangnya. Dan udah pasti itu ganggu buat Rani."

Setelah mamanya berbicara seperti itu, yang dilakukan oleh Taufiq adalah memeluk Rani dan berkata, "ga boleh. Ini istrinya Taufiq, Ma!"

"Yang bilang istri orang lain siapa?"

"Ga, ada. Ish, tapi ma ... " Kalimat Taufiq terpotong dengan ucapan Rani.

"Mas, Rani mau rujak cingur."

Taufiq terkejut dengan hal yang diminta oleh Rani. Rujak cingur katanya? Mana ada di daerah sini rujak cingur.

"Yang lain saja, Ran. Di daerah sini ga ada rujak cingur," Taufiq berusaha menawarkan sebuah makanan yang lainnya kepada Rani.

Rani menggeleng cepat, ia lagi benar-benar rujak cingur sekarang.

"Kan, sudah mama bilang Rani di sini saja. Rujak cingur? Mama bikinin rujaknya, mau?"

Mendapat tawaran itu tentu saja membuat Rani menganggukkan kepalanya kecil.

"Boleh?"

"Apa, sih, yang engga untuk menantu mama yang cantik dan calon cucu mama ini," ucap Mamanya sambil mengelus puncak kepala Rani dan menuju dapur untuk membuat rujak cingur.

"Makasih, Mama. Sayang, deh," Rani langsung memeluk mamanya dan langsung mengecup pipi mamanya bertubi-tubi.

"Kamu ga sayang aku, ay?" tanya Taufiq dengan wajah melasnya menatap istrinya yang tadi mencium pipi mamanya. Ah, ia cemburu.

"Ga. Kamu ga mau cariin aku rujak cingur. Aku mau sama mama aja!"

Sepertinya keputusan Rani sudah bulat, ia tak mau menatap suaminya dan lebih mencuekkannya.

Rani melihat mertuanya membuatkan rujak cingur untuknya, ia melihatnya dari meja makan dengan air liur yang sudah menetes.

Bau dari sambalnya saja sudah menggoda ketika lewat di hidung, masih dengan kecemberutan suaminya yang tetap menemani istrinya sambil menunjukkan tatapan memelas andalannya. 

"Sayang, nanti kita pulang ke rumah, kan?" Tanya Taufiq yang masih tetap dengan posisinya.

"Ga. Aku mau di sini aja sama Mama. Kamu pulang aja sana, aku ga mau deket-deket sama kamu!"

Mau tidak mau Taufiq langsung memundurkan kursinya dan pergi menjauh dari istrinya sebelum istrinya kembali marah kepadanya.

"Kamu mau di sini berapa lama?" Tanya Mama sambil menyimpan rujak cingur di meja makan, di depannya Rani.

"Yang lama," tutur Rani sambil mengekspresikannya dengan tangan yang diperluaskan.

"Kasian dong, Taufiqnya?"

Rani tetap menggeleng artinya, ga. Dia sepertinya memang masih punya rasa dendam dulu.

"Biarin aja, Ma. Rani pengen sama Mama di sini." tegas Rani kesekian kalinya. Rani menyantap rujak cingur itu dengan penuh kenikmatan dan kepuasan.

PERJALANANKU [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang