Hening....
Rumah yang tadinya ramai sekarang menjadi sunyi yang benar-benar sunyi. Rani yang memilih tetap di kamar dan tak keluar, para orang tua yang memilih bungkam, dan dua anak lainnya yang memilih makan.
Semua memiliki pekerjaan masing-masing, tak ada yang mengeluarkan sepatah kata pun untuk kejadian hari ini.
Iya, kejadian dilamarnya Rani secara dadakan. Hal itu membuat semuanya menjadi tiba-tiba pendiam dan suasana yang mencekam.
"Apakah kau merestui mereka?" pertanyaan Naura memecahkan keheningan rumah tersebut.
"Rani?" bukannya menjawab Rizki malah bertanya kembali. Naura menganggukkan kepalanya.
"Fine aja, semua keputusan ada di Rani." jelas Rizki.
Suasana kembali hening, canggung, tak ada percakapan lagi di antara mereka.
Naura memilih beranjak dari ruang tamu menuju kamar Rani, tanpa mengetuk pintunya Naura masuk dan melihat Rani sedang melamun di atas kasur.
"Kamu kenapa, sayang? Ada yang mengganjal di pikiran?" Rani sontak kaget dan melirik ke arah Mamanya.
"Ga kenapa-kenapa, sih, Ma. Hanya ... Huh?" keluh Rani. Naura tersenyum manis dan mengelus kepala Rani.
"Cerita saja" Rani menghela napas berat lalu mulai mengangkat mulutnya untuk mengeluarkan suaranya.
"Rani ga nyangka secepat ini, Ma. Rani memang bilang kepada Taufiq jika Rani sudah keluar dari rumah sakit dia akan melamar Rani. Tapi, tetap saja Rani terkejut dengan lamaran dadakannya." jelas Rani.
Rani memejamkan matanya lalu memeluk Naura, menyimpitkan kepalanya diketiak Naura.
"Rani masih belum siap. Tapi Rani ga mau Taufiq menjadi milik orang lain, Rani udah jatuh cinta sama dia dari lama, Ma." Naura terkekeh saja ketika mendengarnya.
"Ya allah, Sayang... sampai segitu sukanya, kah, kamu ke Taufiq?" Rani mengeluarkan kepalanya dari sana dan menatap Naura lalu berkedip-kedip lucu membuat Naura gemas sendiri.
"Mama dan Papa sudah merestuimu, nak. Semua keputusan ada di kamu, kamu mau menerima Taufiq atau tidak semua diserahkan kepadamu. Untuk siap atau tidaknya semuanya akan terjadi cepat atau lambat. Pilihlah pilihan terbaikmu, jangan sampai nanti kamu menyesal karena melewatkan satu kesempatan ini."
Rani hanya mengangguk saat diberi nasihat oleh Naura. "Heem, Rani paham." Naura mengelus kembali puncak kepala anak bungsu kesayangannya.
"Jangan membuat dia nunggu terlalu lama, Sayang. Nanti dia pergi mencari yang lain," Naura kembali mengingatkan hal itu kepada Rani.
"Nanti Rani pikirkan lebih jauh, Ma, tenang saja." Rani kembali menyimpan kepalanya, kali ini ia merebahkan dirinya di paha Naura.
******
Hari sudah berganti, siang ini juga keluarga Taufiq kembali bertemu dengan keluarga Rani.Naura dan Rizki yang mengundang, dan juga Rani yang akan memberikan jawaban dari lamaran Taufiq.
Semua sedang berada di meja makan untuk makan bersama terlebih dahulu.
"Silakan dimakan hidangannya, Ris." Rizki memberikan izin keluarga Taufiq untuk mencicipi makanan yang sudah dihidangkan.
"Iya, Ki. Semuanya jangan lupa berdoa masing-masing. Mari kita makan dengan perlahan." Harris mempersilahkan semuanya untuk makan.
Masing-masing sudah menyiapkan makanannya masing-masing. Berbeda dengan Rizki dan Harris tentunya.
Makanan mereka disiapkan oleh para istrinya Naura dan Meyca. Rani yang canggung dengan semuanya, suasananya membuat Rani lebih memilih bungkam.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERJALANANKU [On Going]
Подростковая литератураTanda "🎬" mengartikan bahwa bab tersebut telah di revisi. 18+ [Slow update] Blurb: Hijrah bukanlah satu hal yang mudah dijalani terutama pada Qirani Naura Wajdi anak dari ibunda Naura dan ayahanda Rizki. Memiliki satu Kaka kembarnya yang sangat me...