"Lo deg-degan nggak sih Lun mau ketemu ortunya Biru?" tanya Celine yang lagi ngeliatin Aluna dandan.
"Deg-degan nggak yaaa? Hm," jawab Aluna sambil menyapukan blush brush bergantian di masing-masing pipinya.
Celine berdecak kesel.
"Katanya kalo cowok udah ngajak ceweknya ketemu ortunya tuh berarti dia serius Lun jalanin hubungannya. Berarti Biru—"
"Cel, gue tuh ini karena diundang aja sama adeknya Biru. Kalo nggak ya, nggak akan gue ketemu ortunya Biru," potong Aluna cepat.
HP Aluna berdering, panggilan masuk dari Biru.
"Hm? Kamu udah di mana?"
"Kos kamu."
"Sumpah?"
"Baru nyampe. Santai aja kalo emang masih siap-siap, nggak usah buru-buru. Ini aku langsung ditantang Pak Asep main catur. Kali ini aku mau kalahin dia."
Aluna terkekeh pelan, "ya udah."
Aluna ngelanjutin lagi kegiatannya dalam merias diri. Celine udah pamit balik ke kamarnya.
Setengah jam kemudian Aluna keluar kamar dengan kado di tangannya.
"Cel, Kan, gue cabut ya!" pamit Aluna di depan pintu kamar Celine dan Kania yang tertutup.
"Ya, Lun!" Sahut Celine dan Kania nyaris bersamaan.
Aluna jalan keluar, langsung ke pos Pak Asep.
"Yes! Skakmat Pak!"
"Waduh."
Aluna ngasih isyarat ke Pak Asep biar nggak bilang kalo sekarang dia udah berdiri di belakang Biru.
"Kali ini Pak Asep saya kalahin," kata Biru dengan nada bangganya.
"Ini beneran skakmat, Mas?"
"Ya bener, Pak, raja Pak Asep udah nggak bisa berkutik itu."
"Saya kayaknya hari ini kurang fokus nih Mas Biru, makanya kalah," kilah Pak Asep, "biasanya kan saya menang terus."
"Yang penting malem ini saya yang menang, Pak."
"Malem ini doang Mas Biru. Ini saya kasih kesempatan aja ke Mas Biru biar ngerasain yang namanya menang."
Aluna berusaha nahan tawanya denger omongan Pak Asep.
"Ya udah ayo Pak satu set lagi," kata Biru yang nggak terima dengan omongan Pak Asep itu, "nggak ada alesan kurang fokus sama sengaja kasih saya kesempatan ya Pak kalo saya nanti menang lagi."
Aluna berdehem membuat Biru sontak berbalik. "Aluna?"
"Masih mau main lagi?"
"Ya nggak dong kalo kamu udah siap." Biru langsung berdiri terus ngambil kado yang ada di tangan Aluna. "Nggak jadi, Pak. Besok-besok aja kita main lagi."
"Siap Mas Biru."
Aluna jalan lebih dulu ke mobil yang asing di matanya. Ini bukan mobil yang biasa Biru pake.
"Kamu bawa mobil siapa?"
"Om aku," Biru nge-unlock mobilnya dan lebih dulu bukain pintu buat Aluna sebelum naro kado yang ada di tangannya ke kursi belakang.
"Cantik banget pacar aku malem ini," adalah ucapan pertama Biru setelah masuk mobil sambil make seatbelt-nya.
Aluna mendengus kecil, menatap Biru, "malem ini doang?"
"Tiap hari sih, tapi malem ini kayak lebih keliatan cantik aja," Biru balik menatap Aluna dengan senyum tipis di wajahnya. Tangan kirinya terulur mengusap lembut pipi Aluna, "tiap hari juga rasa sayang aku ke kamu nambah terus."
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU'S GIRLFRIEND
Teen FictionKehidupan Aluna yang awalnya hanya berpusat pada kegiatan kampus minus cinta-cintaan mendadak berubah seratus delapan puluh derajat semenjak Biru dengan lancang menciumnya dan mengakuinya sebagai pacar. ((Chapter banyak karena ada Daily Chat-nya))