BAGIAN ENAM BELAS

61.4K 5.8K 299
                                    

"Yang nelpon Jevan. Boleh aku angkat?"

Biru mengumpat dalam hati. Jevan emang bener-bener pengen cari masalah sama dia

"Sini," Biru ngulurin tangannya, "siniin HP kamu Aluna," kata Biru dengan nada yang sedikit menuntut waktu Aluna cuma ngeliatin dia aja.

Bukannya nurutin maunya Biru, Aluna malah ngarahin layar HP-nya yang masih nampilin panggilan masuk dari Jevan tepat di depan muka Biru dan di detik berikutnya, Aluna menggeser icon telpon warna merah di layar HP-nya. "Puas?"

"Aku bilang siniin HP kamu."

"Enggak!" Tolak Aluna. "Aku enggak suka barang pribadi aku dipegang sama orang lain."

Aluna udah mau lanjut jalan lagi tapi tangannya keburu dicekal kuat Biru.

"Di mata kamu aku cuma orang lain?" Biru menatap lekat bola mata Aluna.

Aluna menghela napas kasar dan coba narik tangannya dari cekalan kuat Biru.

"Lepas."

"Jawab Aluna."

Aluna menatap balik Biru. Sorot jail di wajah cowok itu udah hilang berganti dengan sorot tajam dan rahang yang mengatup keras.

"Ya. Di mata aku kamu cuma orang lain."

Biru tersenyum tipis untuk nutupi semua rasa kecewanya. Tangannya yang tadi mencekal kuat pergelangan tangan kanan Aluna beralih jadi menggenggam.

"Biru," kata Aluna pelan.

"It's okay Aluna. Kamu emang belum bisa percaya sama aku. Nggak apa-apa. Takes your time. Selama apapun itu aku bakal tunggu, tapi tolong, jangan coba buat ninggalin aku."

"Bi–"

"Kamu pernah bilang enggak akan ninggalin aku Aluna."

Aluna membuang napas keras. "Aku mau pulang."

"Kita pulang."

Aluna nahan Biru yang udah mau jalan.

"Apa?"

"Aku nggak mau jalan sambil gandengan kayak gini," tatapan Aluna mengarah ke tangannya yang masih ada digenggaman Biru.

"Fine!" Biru ngelepas genggaman itu dan Aluna langsung jalan lebih dulu. Ninggalin Biru di belakangnya.

"Aku langsung pulang," kata Biru waktu udah sampe di depan kosan Aluna.

Aluna cuma mengangguk. Biru menghela napas sambil jalan ke arah Aluna yang berdiri di teras kosannya.

Biru mengusap puncak kepala Aluna lembut. "Aku minta maaf kalo buat kamu kesel hari ini. Aku pulang, ya." Biru menjatuhi kecupan di kening Aluna sebelum berbalik, berjalan, dan masuk ke mobilnya.

Aluna masih berdiri di teras kosannya sampai mobil Biru bener-bener pergi.

***

"BISA SANTAI NGGAK LO MAINNYA! ANJING!"

"GUE SANTAI!"

Jevan berdecih menatap sinis Biru. "Lo daritadi coba buat jatuhin gue. Nekel kaki gue. Lo bilang itu santai?"

"Nggak usah sok main bola kalo lo masih takut gue jatuhin."

Tangan Jevan mengepal kuat tapi sudut bibirnya tertarik ke atas.

"Gue baru kenalan sama Aluna lo udah segelisah ini, Ru? Kenapa? Takut orang yang lo sayang gue rebut lagi?"

"Anjing!" Umpat Biru sebelum melayangkan satu pukulan ke muka Jevan.

"Ru!" Gilang dan anak-anak lainnya yang ada di area lapangan coba untuk melerai. Nahan Biru yang lagi-lagi mau nonjok Jevan.

Jevan udah dibawa pergi sama temen-temennya waktu Biru menyentak pelukan Gilang dari tubuhnya.

"Lo harusnya nggak usah nahan gue Lang!" Ucap Biru dengan napas yang masih memburu, "gue pengen kasih dia pelajaran."

Wira ngelempar sebotol minuman dingin ke Biru. "Minum, Ru. Dinginin kepala lo."

Biru menenggak habis minuman itu.

"Emang harusnya kita nggak usah nerima lagi kalo anak hukum ngajakin tanding bola. Ujungnya jelas bakal gini. Ribut! masalah pribadi dibawa-bawa ke lapangan," omel Rangga.

"Sorry kalo gue buat kacau." Biru jalan keluar lapangan sambil melepas kaosnya yang basah.

Gilang, Wira, Rangga, Alvie dan beberapa anak teknik lainnya cuma bisa menghela napas. Kegiatan rutin mereka tiap Minggu malam ini harus berakhir sebelum waktunya.

"Langsung balik lo?" tanya Wira ke Biru yang udah berdiri di samping mobilnya.

"Iya."

"Gue sama anak-anak yang lain mau nongkrong di cafe biasa. Lo nggak mau ikut?"

"Enggak Wir. Gue lagi nggak mood. Gue duluan." Biru masuk ke mobilnya.

Biru menghela napas kuat, mengusap kasar mukanya. Mencoba untuk meredakan emosinya.

Kenapa? Takut orang yang lo sayang gue rebut lagi?

Biru mengumpat waktu inget kata-kata Jevan tadi.

"Gue nggak akan kasih lo kesempatan buat ngerebut orang yang gue sayang lagi Van. Enggak akan."

***

"Masih di mall?" Biru nelpon Aluna waktu dia udah sampe di rumah dan berbaring di ranjangnya.

"Ini udah mau pulang. Tapi masih nungguin Kania dulu beli shihlin," sahut Aluna di ujung sana, "kenapa?"

"Kenapa apa?"

"Kenapa nelpon?"

"Kangen."

Biru tertawa waktu denger dengusan Aluna. "Wajar kan kangen sama pacar sendiri."

"Iya, terserah kamu."

Lagi Biru tertawa. Aluna jadi kesel.

"Udah deh aku matiin."

"Nanti dong."

"Apalagi? Ini aku udah mau pulang."

"Aku masih kangen."

"Biru."

"Apa?"

"Nanti lagi aja telponnya. Kalo aku udah sampe kosan."

"Oke, kabarin kalo udah sampe ya?"

"Iya."

***

Menurut kalian cerita ini gimana?

Kasih aku pendapat kalian.

BIRU'S GIRLFRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang