Aluna jalan dengan langkah menghentak. Bibirnya mengerucut maju. Tangannya beberapa kali ngasih gesture seolah-olah mau ninju punggung cowok yang lagi jalan dengan santai di depannya.
Aluna masih nggak ikhlas Sabtu sorenya yang santai –yang harusnya dipake dia buat rebahan– terganggu gara-gara kehadiran seorang Biru Putra Gemilang secara tiba-tiba di kosannya.
Cuma buat ngajak olahraga.
Main badminton.
Aluna udah pernah bilang ke Biru kalo dia paling males sama yang namanya olahraga. Apapun itu. Tapi Biru tetep aja selalu maksa dia buat olahraga.
Biru naro tas raketnya waktu udah nyampe lapangan badminton yang ada di kompleks kosan Aluna. Ada sekitar tiga lapangan di sana. Dua di antaranya udah dipake sama beberapa anak kecil.
Biru berusaha untuk nahan ketawa waktu ngeliat ekspresi penuh keterpaksaan Aluna.
Ekspresi yang selalu muncul tiap kali dia diajak olahraga, tapi demi Tuhan ekspresi itu malah buat Biru gemes pengen unyel-unyel pipinya.
"Ketawa aja kalo mau ketawa. Nggak usah ditahan-tahan. Nanti mati!" Ketus Aluna.
Biru udah nggak bisa lagi nahan. Jadinya dia ketawa. Aluna berdecak. Keki setengah mati karena diketawain.
Di sela tawanya Biru melangkah mendekat. Tangannya terulur ke belakang kepala gadis itu. Biru mendekap erat Aluna. Menyalurkan semua rasa gemasnya.
"Bisa nggak sehari aja nggak usah bikin aku gemes terus?"
"Biru!" Aluna menggeliat coba untuk ngelepasin diri dari dekapan Biru. "Lepas nggak! Apaan sih peluk-peluk. Malu tau diliat orang."
Bukannya melepas, Biru malah makin mengeratkan pelukannya.
"Biru! Lepas nggak!"
"Janji dulu nanti malem ikut aku."
"Lepas dulu!"
"Janji dulu Aluna."
"Kamu bakal nyesel kalo nggak ngelepasin aku sekarang."
"Ngancem nih ceritanya?" Biru nunduk. Kedua alisnya terangkat seakan menantang, "aku nggak bakal nyes— AW!" Biru meringis dan langsung melepas Aluna waktu ngerasain cubitan kecil nan perih di pinggangnya.
Aluna bersidekap, ngeliat Biru yang masih meringis ngusap pinggangnya yang baru aja dia cubit.
Biru bahkan ngangkat ujung kaosnya dan Aluna bisa ngeliat dengan jelas kalo pinggang cowok itu memerah, ada bekas kukunya juga di sana.
"Cubitan kamu makin lama makin dahsyat ya," gerutu Biru, "sampe ngecap gini lho bekas kuku kamu."
"Mau lagi?"
"Nggak sayang makasih, ini masih berasa banget perihnya," Biru cepet-cepet nurunin lagi kaosnya.
Ngeliat itu Aluna tanpa sadar narik sedikit sudut bibirnya.
"Oke sekarang kita stretching dulu sebelum main."
Biru mulai gerakin tangan sama kakinya untuk ngelemesin otot-otot badannya.
Aluna dengan males-malesan ngikutin semua gerakan Biru itu.
"Lemes banget, yang semangat dong."
"Kamu tau aku paling males sama yang namanya olahraga."
"Belajar buat nggak males lagi. Olahraga itu penting banget buat kesehatan."
"Iya aku tau. Kamu udah sering bilang gitu. Aku masih inget."
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU'S GIRLFRIEND
Teen FictionKehidupan Aluna yang awalnya hanya berpusat pada kegiatan kampus minus cinta-cintaan mendadak berubah seratus delapan puluh derajat semenjak Biru dengan lancang menciumnya dan mengakuinya sebagai pacar. ((Chapter banyak karena ada Daily Chat-nya))