"Aluna."
Bohong kalo Aluna bilang dia nggak kaget waktu ngeliat Jevan sekarang udah berdiri di depannya.
"Gue mau ketemu temen terus nggak sengaja liat lo duduk sendiri di sini, makanya gue samperin," kata Jevan dengan santainya sebelum duduk tepat di depan Aluna.
"Ngapain duduk sendiri di sini?" tanya Jevan.
"Nunggu cowok gue," jawab Aluna dengan mata yang fokus mengarah ke HP-nya.
"Biru?"
Aluna mengangguk.
"Lo betah pacaran sama cowok macem Biru?"
Aluna langsung ngangkat kepalanya, "maksud lo?"
"Dia posesif kan? Lo betah pacaran sama cowok posesif? Dia bahkan nggak ngebolehin lo temenan sama cowok lain."
"Temen cowok gue banyak by the way."
Jevan tersenyum sinis, "oh, berarti cuma gue ya cowok yang nggak dibolehin Biru buat temenan sama lo."
Dua alis Aluna terangkat.
"Cuma gue cowok yang nomornya harus dia suruh blokir dari kontak lo."
Aluna buang napas pelan sebelum ngomong dengan tegas, "Biru nggak pernah nyuruh gue buat blokir nomor lo."
Raut terkejut tergambar jelas di muka Jevan.
"Gue sendiri yang inisiatif buat blokir nomor lo."
"Why?"
"Pertama, lo minta nomor pribadi gue dari orang lain dan orang itu nggak izin ke gue, bahkan waktu gue tanya ke lo orang itu siapa lo nggak mau ngasih tau. Kedua, hampir tiap hari lo nelponin gue, chat gue, nanya gue lagi di mana. Lo sadar nggak kelakuan lo itu annoying!"
Jevan mendengus. "Apa bedanya gue sama Biru? Dia juga pertama kali dapet nomor lo dari orang lain kan?"
"Tapi Biru nggak selancang lo buat nyari tau sendiri di mana alamat kosan gue, dateng malem-malem dan maksa biar dibolehin masuk ke satpam kosan gue. Itu bedanya Biru sama lo."
Tatapan Aluna berubah tajam, "gue nggak tau lo ada masalah apa sama Biru, tapi kalo lo mikir bisa manfaatin gue buat mancing emosi Biru, lo salah besar. Gue bukan cewek yang gampang dibegoin. Dan yang perlu lo inget, gue juga bukan cewek yang memuja-muja fisik sempurna seorang cowok. Kalo pun emang iya. Gue udah dapetin itu dari Biru."
Setelah ngucapin kalimat itu Aluna berdiri. Ninggalin gitu aja Jevan di gazebo fakultasnya.
"Shit!" Jevan mengumpat keras menatap punggung Aluna yang mulai menjauh.
***
Aluna berjalan cepat ke mobil CRV hitam milik Biru yang baru aja berhenti di depan fakultasnya dan pintu penumpang sudah lebih dulu terbuka dari dalam.
"Silahkan masuk tuan putri."
Aluna mendengus walaupun diam-diam sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas.
Aluna baru selesai memasang seatbelt waktu Biru mengulurkan sesuatu ke arahnya.
"Ini undangan ulang tahun siapa?"
"Jingga."
"Jingga?"
Biru mengangguk. "Dia ulang tahun besok."
"Aku diundang?"
"Iya, sayang. Kamu diundang." Biru senyum tipis ke Aluna sebelum jalanin mobilnya.
"Emang Jingga tau aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU'S GIRLFRIEND
Teen FictionKehidupan Aluna yang awalnya hanya berpusat pada kegiatan kampus minus cinta-cintaan mendadak berubah seratus delapan puluh derajat semenjak Biru dengan lancang menciumnya dan mengakuinya sebagai pacar. ((Chapter banyak karena ada Daily Chat-nya))