Perang Dadakan

2.5K 271 2
                                    

Selepas dari kejadian semalam, Vio bertingkah seperti tidak melakukan apa-apa. Namun dia tidak tahu jika semalam ada seseorang yang melihat apa yang dilakukannya terhadap orang-orang suruhan itu.

"Vio apa kau sudah selesai bersiap-siap?" Yerin muncul secara tiba-tiba mengagetkan Vio yang sedang bercermin.

"Iya sudah. Ayo!"

***

Lapangan Selatan Istana Buckingham... 🍃

Banyak yang menonton acara pertandingan berpedang ini, bahkan kerajaan lain dan para rakyat pun ikut meramaikan. Tentu karena mereka ingin memasikan secara langsung tentang rumor jika nilai tertinggi dalam pertandingan memanah kemarin lusa diraih oleh Viona.

Banyak orang berbisik-bisik tentang dirinya saat dia masuk ke arena berpedang. Ada yang memujinya dan ada yang manatapnya dengan kebencian. Namun, Vio hanya memasang wajah datarnya saja tanpa menghiraukan mereka dan berlalu pergi menuju ruang ganti.

Dungg..dungg...dungg.. 

Jadi setelah Vio selesai berganti pakaian dengan pakaian khusus untuk berpedang, ia langsung diberi nomor urut oleh salah satu prajurit yang berjaga di depan ruangan dan dia mendapat nomor urut ke- 4.

Vio hanya duduk sambil memakan buah yang tersedia di depannya tanpa tahu jika kelakuannya itu dilihat dengan penuh minat oleh para pengeran dari kerjaan lain. Dia mencari-cari keberadaan Cherlyn, ternyata dia duduk lumayan jauh darinya membuatnya terpaksa duduk sendirian di sini. 

Sedangkan di deretan para putra mahkota ada seorang pria yang menatap tajam ke arah Vio. Ya siapa lagi jika bukan Lord. Dia sangat tidak suka jika miliknya dilihat orang pria lain.

"Aku akan menghukummu nanti gadis nakal," batinnya dengan tersenyum misterius.

"PESERTA NOMOR 3 DAN 4 SEGERA BERSIAP!"

Vio segera melahap buah terakhirnya dengan tergesa-gesa. Karena kelakuannya itu membuat beberapa pasang mata melihat dirinya sambil menahan tawa.

"Ah! Imutnya nona Viona itu. Jika dia tidak terpilih menjadi ratu. Aku akan melamarnya untuk dijadikan istriku," ucap salah satu pangeran dari kerajaan lain.

"Iya kau benar. Aku akan menikahinya untuk dijadikan selirku," imbuh pria lainnya.

Vio yang mendengar perkataan pria-pria kurang kerjaan itu ditanggapinya dengan tatapan sinis.

"Enak saja dijadikan selir. Gak level!"

Vio segera memilih salah satu pedang yang sudah disiapkan. Ia mengambil pedang yang sangat menarik perhatiannya. Pedang yang ringan dan tajam dengan ukiran rumit dibagian pegangannya.

"MULAI!"

Vio hanya menangkis serangan-serangan yang diberikan lawannya. Kali ini dia menghadapi lawan yang cukup dibilang hebat. Tapi, perlu diingat jika dia adalah ketua dari gangster terkuat di zamannya, yang berarti lawannya ini sama sekali bukan tandingannya.

Dia menangkis tanpa berniat melawannya.

"Heh! Kenapa kau tak menyerangku? Apa kau takut?" remeh wanita yang menjadi lawannya ini dengan tersenyum miring.

Vio hanya diam berusaha untuk tidak terpancing emosi. Bisa-bisa akan terjadi lautan darah di sini. Siapa dia? Berani sekali meremehkan seorang pemimpin gangster.

Tanpa menghiraukan segala perkataan yang keluar dari wanita berbisa ini, Vio segera menyabetkan pedangnya dengan cepat. Bahkan gerakannya tidak dapat dilihat oleh mata telanjang.

Trangg

Pedang yang dipegang wanita itu terlempar jauh sampai keluar arena mengenai sosok yang berpakaian hitam-hitam seperti ninja hingga tewas di tempat.

"Penyusup! Penyusup! Lindungi para selir dan permaisuri!" teriak salah satu prajurit.

Keadaan menjadi kacau akibat penyerangan yang terjadi secara tiba-tiba. Vio sudah mengetahui akan hal ini. Jadi dia dengan sengaja mengarahkan pedang tadi ke arah pria yang sudah terkapar dengan pedang menancap tepat di jantungnya hingga menembus bagian punggung.

Para peserta segera dibawa ke tempat yang aman. Karena rasa penasarannya dan hasrat membunuh yang harus dituntaskan, Vio pun kabur dari rombongan para peserta lalu pergi menuju kamarnya.

Sesampainya di sana dia mengobrak-abrik isi almari dan mengambil sebuah selendang atau syal untuk menutupi sebagian wajahnya supaya tidak ada yang mengenalinya.

Dia segera berlari menuju lapangan tempat pertandingam tadi yang sekarang telah menjadi arena pertempuran dadakan. Dia membawa pistol kesayangannya untuk berjaga-jaga jika terjadi hal yang mendesak sehingga dia membutuhkannya.

Trang..trang...siinngg

Suara desingan pedang menyambutnya. Dia segera mempercepat larinya dan langsung ikut bergabung dengan para prajurit serta para pangeran.

PoV Viona~ 🍁

Aku mengangkat pedang tinggi-tinggi dan langsung mengarahkannya ke lawanku. Dengan gerakan yang gesit dan tajam membuat lawan-lawanku kewalahan. Bahkan aku belum mendapatkan luka sama sekali.

Aku melirik para pangeran, ternyata mereka cukup tangguh hingga bisa mengalahkan lawan dengan jumlah yang cukup banyak. Karena tidak fokus, aku terkena sabetan pedang di lengan kananku. Tidak dalam memang, tapi cukup perih jika digerakkan.

Aku melihat orang itu dengan tajam.

"Mau bermain-main denganku, nona?" ucapnya dengan penekanan dibagian terakhir.

"Bagaimana dia tau jika aku perempuan?" batinku.

"Hahaha! Aku tidak menyangka jika ada seorang wanita cantik yang ikut berperang. Aku ada penawaran untukmu," katanya dengan tersenyum misterius.

Aku hanya diam dengan menatapnya tajam.

"Kau sungguh cantik. Sayang jika kecantikanmu itu disia-siakan begitu saja. Bagaimana jika kau bersenang-senang denganku? Hanya satu malam," ucap pria itu dengan seringai mesumnya.

Seketika wajahku memerah. Bukan karena malu tapi karena menahan amarah dan rasa haus darahku yang memberontak untuk segera dituntaskan.

Viona PoV end~ 🍂

Pria tersebut tiba-tiba mundur beberapa langkah saat merasakan aura yang kuat keluar dari tubuh wanita di depannya ini.

"Le..le..lepahhsskaann," ucap pria itu dengan susah payah karena lehernya tiba-tiba dicengkram dengan kuat oleh Vio.

"Kau telah bermain-main dengan ucapanmu. Jadi kau jarus menanggu akibatnya," desis Vio tajam.

Segera dia melepaskan cekikannya di leher pria tadi sehingga pria tersebut jatuh ke tanah dengan keras sambil menghirup udara dengan rakus.

Tak ingin ambil banyak waktu, Vio segera menyabetkan pedangnya tepat di leher pria tadi.

Crrassshhh

Kepalanya menggelinding ke tengah-tengah arena pertempuran dan darahnya muncrat mengenai wajah serta baju yang dipakainya. Seketika semuanya berhenti, tidak bergerak sama sekali.

Dengan serentak mereka melihat seseorang yang berdiri dengan tegak memakai kain untuk menutupi sebagian wajahnya, sambil membawa pedang yang telah berlumuran darah bahkan pakaiannya pun terkena darah. Entah itu darahnya sendiri atau darah pria yang terpenggal kepalanya ini.

Sedangkan seseorang yang menjadi perhatian hanya diam sambil menenteng pedangnya seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Tiba-tiba dari belakang, seseorang memukul tengkuknya hingga dia tidak sadarkan diri lalu dibawa pergi entah kemana.

"Kau sungguh nakal," gumam seseorang yang membawa Vio pergi.

Bersambung... 🍂

****
Haii aku update lagi nihh..
Jangan lupa tinggalin vote and comment nya ya..
Aku butuh dukungan dan apresiasi kalian readers..
Happy watching🍃

LOST IN THE PAST [ TAMAT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang