Dunia Antah Berantah

5.8K 374 6
                                    

Vio memesan vodka dengan kadar alkohol yang tinggi. Tenang saja, dia tidak akan mabuk. Vio meminum sampai dua botol dan langsung pergi begitu saja dari club dengan mengendarai mobilnya dengan kebut-kebutan. Tidak perlu membayar, karena club itu sebenarnya adalah miliknya sendiri.

Malam itu sepi sekali, jalan yang biasanya ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang sekarang tidak ada satupun, hanya mobilnya sendiri.

Sebenarnya besok adalah hari ulang tahun Vio. Rencananya besok dia dan Clarisa akan berlibur ke Bali untuk merayakan ulang tahunnya. Tapi, semuanya berantakan karena kenyataan yang menampar dirinya.

Pacar dan sahabatnya sendiri telah menghianatinya.

"Bodoh, gue bodoh! Kenapa juga harus gue tangisin laki-laki kayak gitu," umpat Vio sambil mengusap kasar air matanya.

Mobil Vio melewati jalan yang samping-sampingnya terdapat pohon-pohon yang menjulang tinggi. Semakin ke dalam mobil Vio, pohon-pohonnya semakin lebat. Dia akan menuju ke markasnya yang tersembunyi di dalam hutan untuk menenangkan diri selama beberapa hari.

Namun, saat di perjalanan Vio melihat sebuah cahaya yang terang dan berputar seolah-olah ingin menghisap siapa saja yang melewatinya.

"Apa itu? Aaaaa!!" Vio tidak bisa mengendalikan mobilnya dan masuk ke dalam lubang cahaya itu yang ia sendiri tidak tahu dimana ujungnya.

Brukk

***

Ciicicitcit ciciitcitit

Tangan Vio bergerak-gerak dan tak lama kemudian matanya terbuka. Vio melirik ke samping kanan dan kirinya. Kamar dengan nuansa abad pertengahan yang mewah.

"Gue dimana nih? Aduh pusing banget lagi, eh lu siapa? Lu yang culik gua ya? Ngaku dah lu!" Orang asing itu hanya diam menatapnya.

"Heh! lo bisu ya?" Vio jengkel saat pria asing itu tidak menjawab pertanyaannya.

Orang asing itu berbalik dan menatap Vio dengan tajam.

"Kau milikku." Pria asing itu berjalan mendekati Vio yang tertidur di ranjang.

"Eh! Mau apa lo?" Vio mencoba untuk tidak terlihat takut saat pria itu semakin dekat dan dekat dengan posisinya.

"Kau harus menjadi ratuku," bisik pria itu di telinga Vio.

Vio membelalakkan matanya dan menatap pria itu tajam. "Maksud lo apa tiba-tiba ngomong gitu ke gue?"

"Eh ini dimana? Kenapa tiba-tiba gue ada di sini? Seingat gue semalem liat cahaya di depan mobil gue deh. Oh ya, dan lo tuh siapa?" tanya Vio tanpa jeda, yang membuat pria asing itu sedikit geram.

"Kau ini cerewet sekali. Baik, aku akan memperkenalkan diri. Namaku adalah Lord Darkness, calon raja dari Kerajaan Buckingham. Kau adalah ratuku, ratu yang selama ini aku tunggu dan sekarang kau ada di kerajaanku tepatnya di kamarku. Dan apa itu mobil? Oh benda kotak yang aneh itu?" Lord mengernyit bingung.

"Ya, dan dimana mobilku?"

"Benda aneh yang kau sebut mobil itu ada di lapangan sebelah barat istana ini. Tenang saja, benda kotak itu sudah diamankan oleh prajuritku."

Vio akhirnya dapat menghela nafasnya lega saat mobilnya itu baik-baik saja, mengingat zaman di sini begitu primitif. Ia takut jika mobil kesayangannya itu dibakar atau dihancurkan.

"Ratuku, siapakah namamu?" tanya Lord dengan mencium tangan Vio.

Vio bergidik jijik sambil menarik tangannya dari genggaman pria bernama Lord itu.

"Don't touch me! Nama gue Viona Gabriella Vincent. Panggil aja Vio," ucapnya dingin.

"Kau ini manis sekali dengan sifat dinginmu itu. Aku semakin tidak sabar untuk memilikimu," ucap Lord itu sambil mengelus pipi Vio.

"Pelayan!" teriak Lord.

Ceklek

Masuklah dayang-dayang yang berjumlah lima orang ke dalam kamar dengan menunduk.

"Kalian bantu ratuku untuk membersihkan diri. Aku akan pergi untuk beberapa hari dan kalian jaga dia. Jangan sampai terluka atau nyawa kalian taruhannya," ancam Lord.

"Baik lord," ucap dayang-dayang tersebut dengan menunduk.

Lord berbalik dan berkata dengan lembut.

"Kau jaga dirimu baik-baik, aku akan pergi selama beberapa hari. Aku harap kau tidak melalukan perbuatan yang mengancam nyawamu." Sambil mengelus puncak kepala Vio dan mengecupnya pelan.

deg..deg..deg..deg..

"Jantung gue kenapa nih? Yakali gue baper sama orang kayak gini. Emang sih ganteng. Ck, apasih yang gue pikirin," batin Vio sambil memukul kepalanya pelan berharap pemikiran anehnya dapat menghilang.

"Mari nona, saya sudah menyiapkan air mandi untuk nona. Nona mau wewangian apa?" tanya salah satu dayang dengan menunduk.

"Aku ingin wewangian lavender, dan jika berbicara denganku jangan tundukkan kepalamu," perintah Vio dengan nada yang tidak bisa dibantah.

"Maaf nona, saya tidak bisa. Saya takut Lord akan menghukum saya." Pelayan itu menundukkan kepalanya takut.

"Lord mu tidak ada di sini. Begini saja, jika tidak ada orang lain kau memanggilku dengan namaku dan kalau ada orang lain kau boleh memanggilku dengan sebutan nona. Tapi ingat jangan tundukan kepalamu saat berbicara denganku," ucap Vio tajam.

"Iya non, eh Iya Vio," ucap dayang itu dengan tergagap.

"Nama lo siapa? Lo keliatan lebih muda dari gue."

"Saya nona? Eh maksud saya Vio," ucap dayang itu takut-takut.

"Iya lo!" decak Vio jengkel

"Nama saya Yerin, umur saya 16 tahun."

"Oh, salken ya. Gue mau lo jadi temen gue," kata Vio sambil menjabat tangan dayang itu.

"Eh! Jangan nangis. Gue ada nyakitin lo ya?" tanya Vio kebingungan sambil berusaha menenangkan dayang muda di hadapannya ini.

"Saya terharu dengan sikap nona terhadap saya. Padahal saya hanyalah seorang dayang rendahan," jawab Yerin dengan sesenggukan.

"Gue gak mandang orang dari pangkat dan jabatannya, mau dari kalangan bawah sekalipun. Asal satu, jangan berkhianat. Gue gak akan segan-segan ngehabisin nyawanya dengan kejam," ucap Vio dengan mencengkram pundak dayang itu yang membuatnya gemetar ketakutan.

"Sa..sa..saya akan setia dengan nona Vio, saya tidak akan berhianat. Saya janji," ucap Yerin dengan penuh keyakinan.

"Bagus, gue pegang omongan lo."

"Maaf Vio kalau saya lancang, lo gue itu apa?" tanya Yerin dengan tampang polosnya.

"Pfft, gue lupa kalau lagi di zaman bahula. Oke, gue itu artinya aku dan lo itu artinya kamu, paham?" ucap Vio sambil menahan tawanya

"Oh begitu, paham Vio." Yerin mengangguk-anggukkan kepala dengan ekspresi polosnya.

"Yaudah gue mau mandi dulu."

Saat Vio ingin berbalik, dia melihat Yerin mengikutinya dari belakang. "Eh! Lo ngapain ngikutin gue?" tanya Vio kaget dengan setengah berteriak.

"Saya ingin membantu Vio untuk membersihkan badan," ucap Yerin dengan polosnya.

"Gak usah! Gue bisa sendiri," tolak Vio mentah-mentah sambil bergidik ngeri.

"Ta..ta..tapi__"

"Gak ada tapi-tapian. Udah lo siapin baju yang nanti gue pake aja," serobot Vio sebelum Yerin menyelesaikan perkataannya.

"Yakali gue dimandiin, geli sendiri gue bayanginnya," batin Vio sambil memasuki pemandian dengan bersenandung kecil.

LOST IN THE PAST [ TAMAT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang